"Lihat aku!"
Sakura mendongak, menatap Shizune santai.
"Kamu semakin sulit dibaca." kata Shizune setelah meniliki. "Apa other side mu ikut campur?" sambung nya. "Ah?? Benarkah?" jawab Sakura santai, malas. Membuat Shizune mengerutkan alis tak menyangka.
"Ketika Raja dan Ratu mati, apa menurutmu semuanya berakhir?" tanya Sakura kembali fokus ke permainan nya. "Apa?" tanya nya tak mengerti dan ikut melihat papan catur yang kini nampak berada di posisi rumit.
"Tentu saja. Karena mereka lah kekuatan besar disini." jawab Shizune. Sakura tersenyum tipis. "Tapi apa kamu lupa? Masih ada Putra Mahkota dan Putri, Ksatria, belum lagi para Pion..." jawab Sakura seraya terkekeh pelan.
Shizune tidak mengerti. Apa Sakura mengacu pada permainan catur atau...
"Raja dan Ratu tumbang, tapi Putra Mahkota dan Putri masih hidup dan memobilisasi Ksatria dan Pion mereka..." sekarang ia mengerti. Ini mengacu pada keluarga gadis itu. Memang, orang tua nya meninggal dan Sasori serta Sakura yang mengambil alih semuanya dan berhasil dengan sangat baik.
"Seperti pepatah Cina, jika ingin menghancurkan, hancurkan sampai akar nya, jika tak ingin mendapat bencana di kemudian hari. Namun, musuh yang membunuh Raja dan Ratu melupakan itu. Ia pikir dengan membiarkan keduanya, Putra Mahkota dan Putri hidup, akan mendapat untung besar."
Pembicaraan ini sangat serius. Dan Shizune sudah menangkap. Ia sangat terkejut. Apa ini... masa lalu Sakura?
Sakura tertawa pelan.
"Sayang sekali, Putra Mahkota dan Putri bukanlah orang suci. Putra Mahkota berhasil menghancurkan semua Pion musuh dengan satu perintah. Namun, Putri lah yang tidak berdaya, yang duduk diam, akan menyelesaikan semuanya, mengakhirinya..." sambung nya datar.
"Mengakhirinya??? De-dengan??"
Saking tercengang nya ia sampai tergagap. Semua orang merasakan atmosfir menekan dan terasa sesak disana.
"Mengorbankan dirinya..."
Ctakkk
"Skak Mat!"
Shizune melihat bahwa bidak catur miliknya dalam sekejap habis diraib dan bahkan posisi Raja dan Ratu bidak catur, kacau. Tak ada jalan, dan sekali ia berpindah, mati.
"Sakura, kamu..."
Sakura tersenyum halus dan menuangkan teh ke cangkir dengan berwibawa dan meminum nya dengan anggun. Posturnya sudah seperti bangsawan kelas atas. Seolah ia memang sudah biasa seperti itu.
Shizune tak melanjutkan kata-kata nya. Ia nampak menuliskan sesuatu di kertas dokumen.
"Kamu yang tenang, seribu kali lebih mengkhawatirkan dibanding kamu yang menangis...."
Karena tenang nya Sakura terkesan menekan semua keluhan nya. Menutupinya, membebani dirinya sendiri.
"Jadi, aku harus menangis histeris dan mengamuk?" kekeh Sakura seraya menaruh cangkir teh nya di meja. Dia nampak mempersiapkan dirinya dan beberapa saat kemudian membuka matanya.
Matanya memerah, berkaca-kaca dan menangis.
"Seperti ini???"
Sungguh, itu nampak realistis sekali. Namun, sesaat kemudian, dia tertawa dan menghapus buliran air mata itu cepat.
"Eyy, menggelikan!" tawa nya meremehkan. "Bukan gayaku." sambung nya. Shizune memperhatikan nya baik-baik dan menggelengkan kepalanya. "Lalu, selama ini aku berbicara dengan yang palsu?" yang di maksud adalah Lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionIni tentang mu.. Yang masih bisa tertawa bahagia walau selalu ingin menangis.. Yang selalu tegar dan sabar... . . . . Ps : ini hanya sekedar pengalihan dari story 'We'. Story ini up nya sesuai mood dan ide yang muncul. Tapi story 'We' tetep jadi pri...