52

572 79 11
                                    

Sasuke mengetuk meja kerja nya. Iris onyx nya menatap tajam kearah laporan di hadapan nya.

Ada beberapa laporan, namun ia pikir tidak terlalu berguna. Namun, setelah emosi nya reda karena keributan di mansion Akasuna itu, ia akhirnya menyadari sesuatu...

Sakura... nampak nya memiliki penyakit mental.

Memang bukan hanya 'nampak nya' tapi memang 'iya'. Jika tidak, mana mungkin kan dia mengidap alter ego?. Belum lagi, ia kini menyadari fungsi dari keberadaan ruangan terisolasi itu, bagian-bagian yang diteralis dan macam-macam peralatan bunuh diri.

Nampak nya itu cukup berat.

"Kenapa aku harus mengatakan itu?" bisik nya. Entah mengapa ditanyai seperti itu oleh Naruto, membuat nya kesal setengah mati. Sasuke tak akan pernah menyesali kata-kata nya!

Mengingat Sakura masih bisa tersenyum dan mengatakan 'tak apa' ia merasakan perasaan tak nyaman, dan itu sangat tidak menyenangkan!

"Ck, sialan! Ada apa denganku?!"

Meanwhile...

Sakura tepat sampai di rumah, pas jam 1 malam. Ia sempat khawatir Sasori akan memergoki nya. Untung para anak buah nya berhasil mencegah nya dan ia bisa bersiap dulu sebelum berpura-pura tidur.

Pas sekali, baru saja ia berpura-pura, ia tiba-tiba mendengar suara pintu yang terbuka otomatis. Pasti Sasori!

Sakura menjaga ketenangan nya saat langkah itu semakin mendekat. Sesaat kemudian, ia merasakan sisi ranjang nya bergerak halus dan sebuah tangan besar yang hangat mengusak surai merah muda nya lembut.

"Cherry, syukurlah kamu baik-baik saja... aku sangat khawatir." kata suara berat itu lembut. "Orang rumah sakit mengatakan kamu bersikeras kembali dan Ketua Maid bahkan melaporkan tentang barang-barang itu." ketika mengatakan ini, Sasori nampak tercekat.

Sakura sendiri berusaha menahan dirinya untuk tidak membuka matanya untuk memastikan keadaan Sasori. Bulu matanya sedikit bergetar, ia benar-benar merasa bersalah.

"Selamat tidur, Princess, Cherry."

Sakura merasa hampa saat kehangatan tangan besar itu hilang darinya. Bersamaan dengan sisi ranjang yang bergerak halus karena gerakan Sasori yang beranjak pergi dari sana.

Sebelum benar-benar keluar, ia melihat, memastikan sesuatu. Cherry nya, masih tidur dengan nyaman. Dia nampak begitu rapuh saat ini. Apalagi, ia nampak pucat.

"Ah, aku harus mencari cara lagi untuknya."

Selesai, ia pun benar-benar keluar.

Sakura membuka matanya dan melihat kosong ke depan. Ke arah mana Sasori pergi. Sakit sekali. Kakak nya pasti kesulitan dan kelelahan. Ia merasa bersalah karena sengaja membuat masalah hanya supaya Sasori menjauh sejenak.

Memang, demi jalan balas dendam nya, ia harus kejam walau sejenak. Sakura mengusap sudut matanya yang terasa basah sebelum akhirnya mengambil cairan obat dan suntikan baru.

Sial, sakit nya malah semakin menjadi.

"Uhukkk!"

Ia terbatuk dan lagi, ia dapat merasakan aroma amis darisana. Jelas, darah.

Ia sebisa mungkin menahan nya dan mulai menyuntikkan obat itu. Setelah selesai, ia memilih duduk bersandar, kemudian memandangi laci nakas yang terbuka. Ada banyak obat-obat cair dan suntikan nya. Belum lagi, obat-obat padat yang tak pernah di konsumsi nya.

Ia tersenyum lemah dengan keringat dingin membasahi pelipis nya. Ia merasa sesuatu terasa menyakitkan diantara pinggul dan ulu hati nya. Walau obat sudah di suntikkan sekali pun, tetap saja akan terasa.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang