Hari menjelang malam.
Sakura yang sudah fresh dengan piyama nya, duduk menghadap jendela kamar nya yang di teralis.
Malam itu terasa begitu gelap dan dingin. Dan...
Eh?
"Wah, sudah mulai turun salju, ya." gumam nya riang dan juga lirih. Ia dapat melihat butiran putih yang halus itu, jatuh dengan kecepatan sedang. Ia ingat sekarang... saat ini kan sudah mulai memasuki bulan Desember. Jadi, ya turun salju.
Srrrrt
Pintu terbuka otomatis, Sakura berbalik dan melihat Sasori yang nampak kuyu karena menghabiskan banyak waktu di lab.
"Ah, sudahlah Kakak. Aku baik-baik saja sekarang. Sebenarnya aku mampu berjalan dan berlari, hanya saja aku terlalu malas." jawab Sakura. "Tidak, Cherry... aku tidak bisa lengah sedikitpun!" jawab nya cepat. Ah, Sakura jadi semakin tak tega.
"Yaah, padahal aku ingin menikmati musim dingin, salju dan natal bersama Kakak." lirih nya seraya menunduk sedih. Membuat Sasori tak tega dan pada akhirnya...
"Baiklah, baiklah... Kakak akan fokus padamu dan Kabuto yang akan mengurus sisa nya." pasrah nya. Membuat Sakura yang awalnya menunduk lesu, mendongak dan menatap Sasori dengan mata berbinar dan penuh keriangan.
Sratt
"Yey! Terimakasih, Kakak!" seru nya seraya memeluk Sasori dengan antusias. Sasori terkekeh, mengelus surai soft pink Sakura dengan lembut.
"Sama-sama, Cherry."
Meanwhile...
Sasuke keluar dari halaman mansion, saat salju turun. Ia mendongak, menatap langit malam yang begitu gelap dan dingin.
"He, sudah bersalju saja." cetus nya dingin dan datar. Untung saja ia memakai mantel, jadi ia tidak kedinginan. Ia baru saja selesai berdiskusi dengan Madara.
Well, ya... ia tak mendapat celah sedikitpun.
Kakek nya ini bergerak cepat dan mampu mengendalikan ekspresi dan segala macam gerak-gerik nya. Sehingga ia tidak terlihat mencurigakan sama sekali.
Ia menghela napas. Uap halus nan tipis nampak keluar darisana. Ia perlahan turun dan masuk ke mobil nya, dengan kepala menunduk dan fokus membaca laporan progres yang ia manipulasi.
"Kakek memang hebat."
Ia tidak bisa mengelabui nya dengan mudah.
Laporan itu, berhasil dipecahkan permasalahan nya oleh Kakek nya dengan cepat dan mudah.
"Jika begini, tak ada cara lain."
Ia berdecak sebal dan memilih menyingkirkan dokumen itu menjauh.
🌸🌸
Sakura dan Sasori menghabiskan hari itu dengan makan bersama, menonton film dan mengobrolkan banyak hal. Namun, karena Sasori tak mengizinkan Sakura untuk begadang, ia dengan paksa menyuruh Sakura untuk tidur dan Sakura hanya bisa pasrah.
Hingga...
"Ah..."
Sakura membuka mata nya dan menghela napas. Ia segera turun dari kasur nya dan berlari cepat ke kamar mandi nya dan...
"Hoeeek, uhuk uhuuukkk!"
Ia memuntahkan darah, banyak sekali. Ia sebisa mungkin tak mengotori piyama yang dipakai nya. Seusai memuntahkan itu, ia membasuh bekas muntahan nya, sekaligus berkumur.
Ia dapat merasakan bau darah, namun hanya bisa diam, menahan diri.
"Ini resiko..." ia berbisik pelan. Memang, inilah yang harus ditanggung nya. Ia memang cukup bisa tenang, karena penyakit sialan itu mampu dikuasai nya, walau sedikit dan sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionIni tentang mu.. Yang masih bisa tertawa bahagia walau selalu ingin menangis.. Yang selalu tegar dan sabar... . . . . Ps : ini hanya sekedar pengalihan dari story 'We'. Story ini up nya sesuai mood dan ide yang muncul. Tapi story 'We' tetep jadi pri...