27

861 97 53
                                    

Hannie mengumpulkan mayat-mayat itu dengan cepat. Sakura hanya memperhatikan saja. Kemudian, ia berjalan kearah Sasuke dan yang lainnya.

Melihat Sakura menghampiri mereka, mereka tanpa sadar mundur karena takut. Namun, gadis itu hanya tersenyum lembut. Berbeda kontras sekali dengan yang tadi.

"Nona-Nona, maaf membuat kalian ketakutan." kata nya lembut. Membuat para gadis bingung. Haruskah mereka memaklumi atau memarahinya? Pemuda tampan itu tetap tersenyum halus, seperti Malaikat.

Srattt

Ia mengambil sebuah kepala yang sebelumnya terlempar pada Ino dengan enteng nya. Membuat mereka tercengang.

"Hannie, ada satu yang tertinggal!" seru nya. "Oh, Master!! Lempar saja!" balas Hannie seraya menunjuk kearah tumpukan mayat yang sudah tak berbentuk itu. Pemuda itu menganggukkan kepalanya dan memain-mainkan kepala itu.

"Mungkin aku bisa strike?" kekeh nya lucu sembari mengayun-ayunkan kepala itu seperti bola bowling saja. Kemudian, ia melemparkan nya dan tepat sasaran. "Master, kau yang terbaik!" seru Hannie yang muncul sembari membawa sebuah jerigen berisi bensin.

"Kuharap kalian tak akan membocorkan hal ini" ia berbalik. Semua kelembutan nya hilang. Dingin dan suram sekali. "Yah, itupun jika kalian tak mau bernasib sama seperti mereka." sambung nya cuek kemudian tanpa memberikan tatapan yang kedua kalinya, segera bergegas pergi dari sana.

Sakura cepat-cepat menghampiri Hannie. Hannie sudah menyiramkan semua isi bensin ke tumpukan mayat itu. Sakura mengeluarkan pemantik dari saku celana nya. Dia menatap api kecil dari pematik dengan tatapan dingin sebelum melemparnya ke tumpukan mayat itu.

Swossshhh

Seketika, api yang membesar segera menyerbu mayat itu, dengan sangat cepat. Aroma angus dari daging mulai tercium. Fireplug tidak berfungsi karena orang-orang nya sudah mengurusinya. Namun, disaat ia menikmati pemandangan itu...

"Ughhh... uhukkk uhukkk!"

Dada nya didera rasa sakit yang hebat. Dan ia terbatuk hebat. Ia melihat darah yang menodai telapak tangan nya. Segera Hannie dan Aiden menghampirinya.

"Master!"

Sakura merasa sangat kesakitan. Namun, ia hanya bisa diam saja saat Aiden dan Hannie membantunya untuk masuk ke mobil. Keringat dingin mengalir deras dari dahi dan pelipis nya.

"Ma-Master, tahanlah sebentar" kata Hannie yang hampir menangis. Master nya ini nampak mengkhawatirkan. Bagaimanapun, dia yakin itu sangat menyakitkan. Namun, Master nya ini lebih suka menahan nya sendirian. Sakura hanya diam.

Kepala dan punggunya bersandar pada kursi mobil. Ia menghela napas. Rasa sakit itu bukan main-main. Bahkan ada sensasi terbakar. Hannie sendiri sudah membersihkan tangan nya dan menyuntikkan obat pada Sakura. Butuh beberapa saat memang. Namun, syukurlah itu bekerja.

"Terimakasih." kata Sakura lirih. "Master, lain kali jangan menutupinya!" omel Hannie. "Maaf." jawab Sakura pasrah. Hannie hanya mengangguk saja. "Kita harus segera pergi. Biarkan yang lain mengurus sisanya." kata Aiden yang diangguki keduanya.

Begitu mobil itu melintas pergi keluar, dari kaca mobil yang terbuka lebar itu, mereka mampu melihat bagaimana lemah dan pucatnya pemuda itu. Matanya yang tertutup, perlahan terbuka. Iris nya terpaku pada sosok bersurai merah yang nampak tercengang.

Tatapan nya lembut walau hanya menyipit saja.

"Tunggu!"

Sayang, kaca mobil itu segera tertutup dan mobil itu sudah melesat pergi.

"Hei, Gaara... ada apa?" tanya Kankurou yang tercengang. "Kau mengenalnya?" tanya Temari. Gaara tak menanggapi. Hanya tetap fokus menatap kearah pergi nya mobil itu. Ia merasa bahwa pemuda itu adalah Sakura yang sedang menyamar! Terlihat dari gerak-geriknya saat ia terluka dan dibawa masuk ke mobil tadi!

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang