"Pft... uhukkk uhukk."
Sakura terbangun saat ia merasa sesuatu yang menyakitkan di dada nya. Ia terbatuk mengeluarkan darah. Belum lagi, sudut bibir nya yang robek dan kini ia terbatuk, membuat penderitaan nya semakin bertambah.
Dia butuh obat penenang.
Sakura menutupi mulut nya, menahan supaya darah tidak semakin mengotori piyama dan selimut itu. Dahi nya mengeluarkan keringat dingin dan ia sangat pucat.
Cklek
"Apa yang terjadi?!"
Sakura otomatis menoleh dan melihat Sasuke muncul. Pemuda itu nampak memakai setelan tidur berwarna navy dan rambut nya agak kusut. Mungkin dia terbangun begitu mendengar Sakura terbatuk dan bergegas kemari.
Baru kemudian, Sakura sadar bahwa dia tidak di rumah sakit ataupun di rumah nya. Kamar tidur disini sangat luas dan mewah dengan interior klasik. Benar-benar bukan khas nya.
"Tahan, tahan, tahan...."
Sasuke segera bergegas mengambil sesuatu dari laci nakas. Ia membawa kit P3K dan juga membawa obat(?). Obat yang diberikan orang-orang suruhan nya. Tenang saja, bukan racun. Ia masih punya hati nurani walau dulu ia sangat kejam pada Sakura.
"Apa... ini?" tanya Sakura tertahan. "Obat. Kau minum saja." kata Sasuke seraya mengeluarkan tisu dan membantu Sakura membereskan noda darah itu. Sakura agak menyipitkan matanya dan memilih segera meminum nya walau kesulitan. Sasuke segera mengambil air minum yang disediakan, membantu Sakura meminumkan nya.
"Uhukk.. uhukk!" ia terbatuk karena kesulitan. Namun, untung saja, karena ia bersikeras memaksa, itu masuk. Sasuke membantu Sakura untuk duduk bersandar di kepala ranjang. Sakura masih agak kesakitan. Bagaimanapun, itu perlu proses.
Melihat gadis itu yang nampak kepayahan dan tak berdaya, entah mengapa Sasuke merasa ada yang mengganjal di hati nya. Apa... dia merasa kasihan?
Tak ingin emosi nya yang sedang bingung terlihat, Sasuke memilih fokus membersihkan kekacauan itu. Ia nampak tidak jijik sekalipun. Bahkan ia nampak santai dan tetap memasang wajah datar.
"Terimakasih, Sasuke-kun."
Suara itu mengalun lirih dan lemah. Membuat Sasuke merasa perasaan tak nyaman di hati nya. Kenapa?
"Hn."
Sakura tersenyum tipis. Merasa bersyukur Sasuke mau menolong nya disaat genting.
"Dimana ini?" tanya Sakura. "Mansion ku yang lain." jawab Sasuke cepat. Sakura mengangguk mengerti. "Ah, maaf merepotkan mu, Sasuke-kun. Itu pasti sangat menjijikkan." kata Sakura tak enak.
Kali ini Sasuke menatapnya. Sebelumnya, ia berpura-pura fokus membersihkan darah yang bercecer itu.
"Sebenarnya ada apa dengan mu, Akasuna? Kamu berbohong pada semua orang. Aku mengerti jika kamu membenciku. Tapi, apa hubungan nya dengan Kakek ku?"
Sakura tertegun mendengar pertanyaan bernada sinis dan dingin itu.
Pertanyaan ini yang ingin di hindarinya! Dia yakin, dengan kejeniusan dan kemampuan Sasuke, ia pasti sudah mengetahui segalanya. Namun, ia tidak mau menjawab nya. Ia tidak mau! Pasti Sasuke sedang munguji nya.
Melihat Sakura yang diam, Sasuke merasa semakin kesal dan gemas. Namun, akhirnya ia dapat mengerti. Diam nya Sakura nampak seperti jawaban pasti, yang mengiyakan jika ditanyai 'ya' atau 'tidak'. Sakura bukan orang bodoh yang idiot, ia pasti tahu bahwa dirinya sudah mengetahui segalanya.
Namun, sebenarnya ia tidak tahu. Karena tidak ada celah! Yang jelas adalah ya dari petunjuk saat Sakura. Bukan. Tapi, other side nya yang mengamuk itu. Setelah mengumpulkan tisu bernoda darah itu, ia mengambil satu set piyama baru yang sudah di sediakan dan menaruh nya di pangkuan Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionIni tentang mu.. Yang masih bisa tertawa bahagia walau selalu ingin menangis.. Yang selalu tegar dan sabar... . . . . Ps : ini hanya sekedar pengalihan dari story 'We'. Story ini up nya sesuai mood dan ide yang muncul. Tapi story 'We' tetep jadi pri...