53

597 71 14
                                    

Sasori mengamati reaksi obat-obatan itu. Sakura masih duduk diam dengan piyama yang masih ternoda darah mimisan nya. Hidung nya ditutupi kapas, mencegah darah keluar banyak lagi.

"Kenapa obat nya tidak bereaksi?" gumam Sasori kesal sekaligus cemas. "Cherry, itu pasti menyakitkan." kata Sasori merasa sakit. Sakura yang diam lebih menyedihkan. Karena ia terkesan menutupi nya.

"Tidak. Hanya sedikit pusing." jawab Sakura berbohong. Sedikit? Haha, mana mungkin! Belum lagi ia merasakan sakit di organ tertentu nya. Bahkan ia sulit sekali untuk bernapas. "Kamu tidak bisa berbohong pada Kakak, Cherry." bisik Sasori.

Mereka berdua kini berada di lab khusus Akasuna, yang letaknya tersembunyi jauh di bawah tanah. Ia segera membawa Sakura kemari, karena ia rasa mimsian Sakura bisa sebagai penanda tidak efektif nya obat dan keparahan penyakit nya yang semakin menjadi.

"Aku tidak apa, sungguh!" kata Sakura berusaha menyakinkan. "Tidak! Tidak! Jangan terus berbohong pada Kakak, Cherry." suara mya lirih dan menyedihkan. Sakura jadi tidak tega.

Sasori kembali fokus dengan obat-obatan dan peralatan di tangan nya. Bahkan tshirt putih yang dipakai nya ternoda darah saat membopong Sakura kemari dan jas lab nya pun terkena darah saat berusaha menghentikan mimisan Sakura.

Sungguh, bisa-bisa Sakura mati karena kehabisan darah. Sasori tidak mau itu terjadi!

Jadi, ia harus bekerja keras menemukan solusi nya!

Sakura diam-diam mengepalkan tangan nya. Hari yang harus nya indah berubah hancur karena penyakit sialan ini. Melihat Sasori berusaha mati-matian mencari solusi dan cara menemukan obat baru, dalam waktu singkat hanya untuk nya, membuat Sakura sakit.

Melihat Sasori yang begitu bekerja keras, lebih menyakitkan dibanding sakit sialan ini. Iris emerald nya berkaca-kaca. Begini saja Sasori sudah nampak sangat kacau, apalagi jika ia benar-benar mati? Apa yang akan terjadi pada Kakak tercinta nya ini?

"Kakak, suntikkan saja yang biasa. Hanya saja, tingkatkan dosis nya... itu sudah cukup menahan untuk sementara waktu." kata Sakura dengan suara serak. Sasori mendongak, menatapnya. "Itu tidak akan bertahan lama, Cherry." kata Sasori lirih.

Selain itu, jika penambahan dosis, persediaan obat Sakura akan cepat habis. Dan efek nya tidak akan seefektif sebelum nya, bahkan jika kadar obat nya di tingkatkan sekalipun.

"Hehe, tenang saja, aku kan kuat! Itu tak akan terasa! Ayo, tingkatkan saja. Aku bisa bertahan, karena aku berusaha dan ingin!" jawab Sakura dengan tekad bulat nya. Sasori menelisik dan akhirnya mengangguk pasrah.

Benar, Cherry nya ini lebih kuat dari siapapun. Ia masih bisa bertahan setelah apa yang dialami nya selama ini. Jika dibandingkan dengan nya, Adik nya ini lah yang paling kuat dan hebat!

"Baiklah. Setelah selesai, kita lakukan tranfusi." kata Sasori mulai mempersiapkan.

"Hum!!!"

🌸🌸

Sakura duduk bersandar seraya menikmati segelas teh hijau beserta camilan kecil di depan nya. Ia sesekali menghela napas di sela-sela acara membaca buku nya. Ia kelelahan total.

Dosis nya memang di tinggikan dan itu benar, efek nya tidak signifikan dan tidak seefektif sebelumnya. Sasori kini bahkan sibuk di lab setelah memanggil Kabuto, tangan kanan nya yang mumpuni juga dalam hal medis. Sakura duduk sendirian, menikmati waktu kesendirian nya.

"Nona Muda, teman-teman anda datang kemari."

Eh??

"Biarkan mereka masuk." jawab Sakura meletakkan cangkir mungil nya. Ketua Maid mengangguk dan segera bergegas untuk memperbolehkan teman-teman Sakura masuk.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang