Sudah hampir seminggu...
Sakura hilang tanpa kabar. Juga, kata Kepala Sekolah, Sakura telah keluar dari SIHS. Dan Gaara benar-benar merasa frustasi. Kemana gadis itu? Dan kenapa keluar?! Ia sudah menyuruh para bawahan nya mencari infoemasi, namun tak ada hasil apapun!
Ia merasa seperti kehilangan separuh jiwa nya. Setiap hari, ia selalu saja muram dan mudah marah. Membuat siapapun tak berani menyinggung nya.
Temari dan Kankurou sendiri merasa takut. Mereka bahkan diam-diam meminta tolong pada teman-teman mereka yang di Konoha. Jika Gaara tahu, mungkin dia akan semakin marah. Namun, siapa tahu kan mereka mendapat informasi?
"Tak ada jejak?" tanya Naruto cemas. "Aku belum meminta maaf padanya. Bagimana ini?" gumama Naruto cemas. "Haruskah? Lihat, dia lagi-lagi merepotkan kita semua!" cetus Sasuke dingin. "Kau sebaiknya diam saja." cetus Shikamaru dingin. "Benar kata Shikamaru. Jika kamu tidak mau membantu, diam saja!" ketus Naruto kesal.
Sasuke mengertakkan giginya. Lagi-lagi dia dihentikan dengan cara memuakkan seperti itu!
"Sepulang sekolah sebaiknya kita berkumpul lagi." kata Shikamaru yang diangguki Naruto.
🌸🌸
Ruangan itu sangat sunyi.
Sasori duduk diam memandangi Sakura yang masih tidak sadarkan diri seminggu penuh ini. Dalam sekejap, ia nampak kacau. Namun, sekacau apapun, dia harus menjernihkan pikiran nya demi melakukan hal untuk menyelamatkan Sakura.
"Cherry, sampai kapan kau akan terus-menerus menjadi Putri Tidur, hm?" bisiknya halus. Namun, tak ada jawaban sama sekali. Sepi. Sasori menghela napas. Ia kini berada di rumah sakit besar di Konoha. Rumah sakit besar ini tadinya milik keluarga Senju namun Sasori membelinya. Semuanya demi Sakura.
Sasori sebenarnya mampu melakukan hal-hal medis. Kemampuan nya menyamai dokter profesional. Namun, ia lebih memilih mengurusi bisnis nya ketimbang hal itu. Karena ia hanya menggunakan nya untuk pekerjaan rahasia keluarga mereka. Semacam pembuatan obat-obatan dan kedokteran yang... ilegal? Ya, bisa dibilang begitu.
Dan Sasori menggunakan kemampuan medis nya itu untuk membuat obat-obatan untuk pengurang rasa sakit milik Sakura dan segalanya melalui percobaan yang cukup lama. Untung saja itu sangat efektif dibanding obat-obat umum di rumah sakit.
Cklek
Pintu kamar rawat terbuka dan Kabuto muncul dengan teman-teman Sasori yang datang untuk menjenguk Sakura. Ia memimpin mereka untuk masuk, sementara penjaga berjaga di luar.
"Astaga!" bisik Deidara tidak percaya. Tubuh Sakura nampak kurus dan sangat pucat. Gadis itu tertidur dengan oksigen dan selang medis menempel di tubuh nya. Ya, walau tidak sebanyak saat pertama kali Sakura muntah darah.
"Master.." panggil Deidara tak tega. Ia merasa kasihan pada Sasori. Setegar apapun pria itu, dia akhirnya akan runtuh jika terjadi sesuatu yang mengenai 'garis bawah' nya. Dan 'garis bawah' nya itu, jelas Sakura.
"Apa?" balas Sasori dingin. "Semangat!" kata Deidara. Ia tidak kesal walau Sasori bersikap sedingin itu. Ia mengerti. "Terimakasih!" jawab Sasori tulus. Semuanya berkumpul dan duduk di sofa luas dan besar yang tak jauh dari ranjang pasien.
"Huft, sudah seminggu dia seperti ini?" tanya Itachi yang diangguki Sasori. "Sakura sakit apa? Siapa tahu aku bisa membantumu!" tanya Yahiko. Sasori menggeleng.
"Organ dalam nya rusak. Terimakasih, tapi aku sudah mempersiapkan semuanya." jawab Sasori seraya tersenyum tipis. "Rusak?" tanya mereka tidak menyangka. Sasori memendam semua ini dari mereka. Pria itu nampak sudah tidak bisa menahan apa yang ditahan nya selama ini.
"Kuharap kalian menutupi ini semua. Musuh Akasuna mengintai keluarga ku dengan ketat dan nampaknya menunggu celah." kata Sasori. Tatapan nya dingin sekali. "Tenang saja, Sasori. Juga, jika kau membutuhkan bantuan, katakan saja. Kami kan bersahabat!" kata Yahiko serius, diangguki semuanya.
Sasori tersenyum, merasa lega dan berterimakasih.
"Terimakasih!"
🌸🌸
Hari sudah menjelang malam.
Diskusi Shikamaru dan Naruto tak berjalan lancar karena banyak nya jalan buntu. Sasuke dan sisanya mengikuti saja.
Para gadis kini berkumpul di rumah Ino. Mereka nampak merenung. Mengingat-ingat kesalahan mereka pada Sakura.
"Kuharap Sakura-chan segera kembali. Naruto-kun benar, kita semua salah." kata Hinata merasa sangat bersalah. Ino nampak diam, tak bergerak. Ia ingat, dia dan Karin lah yang paling banyak menyiksa Sakura saat itu.
"Semuanya menjadi rumit." keluh Tenten. "Seharusnya kita berpikir jernih. Sasuke memanfaatkan kita untuk berurusan dengan Sakura." sambung Tenten. Ia kemudian menatap Ino.
"Sebenarnya, kenapa saat itu kamu mau bekerja sama dengan Karin?" tanya Tenten. "Tck, Sasuke bilang Sakura merayu Sai diam-diam di belakang ku. Saat itu, aku pun tidak percaya. Namun, Sasuke memberikan bukti!" decak Ino tak terima disalahkan.
"Cih, aku sendiri tidak terlalu merasa bersalah. Kupikir itu cukup setimpal dengan rasa sakit hatiku!" tambah Ino. Hinata menghela napas. "Lalu, kebenarannya? Bukankah Sai masih bersamamu? Bahkan dia sendiri yang mengatakan bahwa ia bisa dekat dan tahu segalanya tentang mu dengan bantuan seseorang." cetus Hinata mengingatkan.
"Aku yakin, itu dia!"
Ino diam!
Memang diantara Sakura, Hinata dan Tenten, gadis bersurai soft pink itulah yang mengenalnya lebih baik. Tapi... apa benar? Ia tidak bisa didamaikan saat itu. Apalagi Sasuke dan Karin terus memprovokasinya!
Ino hanya bisa diam dan merenung. Jika dipikirkan kembali, itu terasa masuk akal. Namun, ia tidak berani mengakuinya!
"Aku pulang!"
Deidara muncul. Ia masuk dan menyapa Ino dan yang lainnya ramah.
"Oh ya, Ino, apa kau tidak menjenguk sahabat mu? Dia dirawat dan seminggu penuh belum tersadar!" tanya Deidara heran. Ia pikir Sakura dan Ino baik-baik saja. Dan menduga Sakura menutupi semuanya dari sahabatnya itu agar tidak diketahui.
"Ha? Mereka disini!" balas Ino tercengang seraya menunjuk Hianta dan Tenten. "Bukan. Maksudku Sakura. Bukankah dia sahabat mu? Kupikir kalian bertemu ketika study tour di Suna?" balas Deidara seraya mengerutkan alisnya.
Ketiga gadis itu tercengang.
Jadi... Sakura menghilang karena ia sakit?!
"Kami bertemu! Tapi baru-baru ini dia menghilang dan tak mengabari kami. Kami kira dia sedang ada keperluan!" jawab Ino cepat. Tak mungkin ia memperlihatkan konflik diantara nya dengan Sakura. Deidara mengangguk mengerti. Jadi, Sakura memang sengaja menyembunyikan nya.
"Kakak, darimana kau tahu?" tanya Ino masih terkejut. "Aku baru saja menjenguknya. Sakura adalah Adik sahabatku." jawab Deidara. Kembali, ketiga gadis itu tercengang.
"Sebaiknya besok kalian menjenguknya juga. Karena tadi hanya kelompok ku saja yang menjenguknya." nasihat Deidara. "Ya! Tentu!" jawab Ino cepat. Setelah itu, Deidara bergegas.
"Kita harus segera memberitahu Naruto-kun dan Shikamaru-kun!" kata Hinata cepat. Namun, ditahan Ino. "Kita harus memastikan nya dulu, Hinata." tahan Ino. Hinata menjadi cemas.
"Apanya yang harus dipastikan?! Sudahlah Ino-chan, sebaiknya kau renungi semuanya dulu. Aku sendiri akan ikut meminta maaf!" jawab Hinata agak tidak sabar. Tenten yang sedari tadi diam, mengangguk. Setuju.
"Kalau begitu, aku pulang dulu!" kata Hinata cepat-cepat. "Aku juga!" sambung Tenten. Sebelum pergi, Hinata menatap Ino serius. "Renungkanlah, Ino-chan." setelah itu, dia pergi.
"Sial!"
🌸🌸
Saatnya saatnya saatnyaaaaaa
Huweeee gimana menurut kalian chapter ini?????
Oke gak sih???
Well ya, semoga kalian sukaaa
Arigatou
.
.
.Rabu, 19 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionIni tentang mu.. Yang masih bisa tertawa bahagia walau selalu ingin menangis.. Yang selalu tegar dan sabar... . . . . Ps : ini hanya sekedar pengalihan dari story 'We'. Story ini up nya sesuai mood dan ide yang muncul. Tapi story 'We' tetep jadi pri...