Suara denting sendok garpu yang bertabrakan dengan piring menghiasi suasana makan malam yang dilakukan antara dua keluarga disebuah tempat makan yang cukup terbilang mewah.
Semuanya sibuk larut dalam makanan masing-masing, hanya suara musik classic yang melantun samar samar diujung yang terus saja berputar.
Setelah cukup dengan acara makan nya. Akhirnya Jiyoung mengeluarkan suara.
"Kita harus segera bicara tentang pernikahan anak kita.."Siwon meneguk air putihnya lalu menanggapi ucapan Jiyoung dengan antusias." Tentu, lebih cepat lebih baik.."
Chaerin dan Sandara hanya menggangguk setuju, mereka mengangkat tangan penuh atas ini semua. Biar saja suami mereka yang memutuskan.
Disisi lain, Jennie dan Hanbin sama sama terdiam. Sama sama tidak mampu membuka suara barang sekata pun. Mau bagaimanapun Hanbin menentang perjodohan ini, sedangkan Jennie? Sepertinya ia mulai sepemikiran dengan Hanbin.
Nyatanya meluluhkan hati seorang kim Hanbin tidak semudah seperti apa yang dibayangkan. Jennie mulai merasa lelah, dia hanya akan menyerahkan semuanya pada waktu. Biar saja semuanya berjalan mengalir begitu saja, Jennie akan mengikuti alurnya, tidak akan memaksakan kehendak lagi.
"Lagipula keliatan nya hubungan kalian semakin membaik bukan?.." Tanya Siwon pada Hanbin dan melirik Jennie bergantian.
"M-hah?i-iya pah.." jawab Hanbin gelagapan.
Jennie membuang nafas nya. Bagaimana ini? Ia bingung harus melakukan apa.Apakah ia harus mengatakan semua yang terjadi pada hubungan nya sekarang? Apakah ia harus mengatakan pada papa nya untuk menghentikan perjodohan ini ke jenjang yang lebih serius?
Ahh, memikirkan nya saja membuat kepala nya terasa ingin pecah.
"J-Jennie izin ke toilet.." Ucap Jennie lalu bergegas meninggalkan meja menuju toilet tanpa menunggu jawaban dari papanya dan yang lainnya.
Hanbin memperhatikan kepergian Jennie dengan ekor matanya. Lalu ia segera beranjak dari duduknya. "Hanbin mau pesen kopi dulu sebentar.." ucapnya Alibi, ia hanya ingin mengekori Jennie.
Setelah siwon mengangguk, Hanbin segera berjalan pelan dan berdiri di salah satu koridor arah toilet perempuan. Ia akan menunggu Jennie.
Sedangkan di dalam toilet sana. Jennie tengah mencuci tangan nya, lalu menatap dirinya di dalam pantulan cermin di hadapannya.
"Gue harus gimana? Gue gak bisa terus menerus bohongin papa sama mama. Hanbin gak pernah bisa bersikap baik sama gue, bahkan anggap gue ada pun gak pernah.." lirih Jennie pelan, membuang nafas gusar lalu menatap jemari nya. Tersenyum getir saat mendapati cincin pertunangan nya yang melingkar indah di jari manisnya.
"Hiks.." perlahan Air matanya meluruh, suara isakan pun mulai terdengar pelan. Namun buru-buru jennie menyeka nya kasar.
Jennie mengeluarkan coushion nya lalu men touch up tipis tipis di bagian bawah matanya dan hidungnya untuk menghilangkan sedikit wajah nya yang sangat terlihat baru selesai menangis.
Jennie beranjak keluar dari toilet, dan sedikit terkejut saat mendapati Hanbin yang tengah berdiri bersandar pada tembok. Sepertinya lelaki itu menunggu nya.
Jennie melirik ke arah lain dan memutuskan untuk berjalan kembali melewati nya tanpa menghiraukannya. Namun belum sempat dua langkah melewati Hanbin, tangan nya tercekal membuat ia terpaksa berhenti.
"Jen.." panggil Hanbin pelan. Jennie pun menolehkan pandangan nya pada Hanbin.
Menatap hanbin seolah bertanya .kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Jennie||Jenbin
Фанфик"Gue nyerah mbin, selamat tinggal" Setelah mengatakan itu, buru buru jennie keluar dari apartemen Hanbin. Rasa sakit yang menjalar kian menggerogoti hatinya diiringi rasa kecewa yang luar biasa. Tapi Jennie harus kuat! Mau bagaimanapun ini adalah ak...