Tiga belas

2.1K 197 18
                                    


Suasana sore hari di kota seoul begitu ramai.
Banyak kendaraan yang berlalu lalang, orang orang berjalan,Dan para pedagang kecil mulai membuka stand makanan nya.

Jennie sedang berjalan menuju salah satu taman yang berada di tengah kota.
Demam nya sudah turun sejak dua hari kemarin.

Sebenarnya sang mama tak mengizinkannya keluar, tapi langit kuning jeruk itu lebih menggoda yang mengharuskannya merengek pada chaerin agar di beri izin.

Jennie tentu tidak sendiri. Ia pergi bersama Hanbin, lelaki itu datang tepat saat ia akan pergi ke taman. Dan lelaki itu memaksa untuk ikut bersama, padahal jennie sudah menolaknya.

Jennie menyusuri tepi jalan, ia memilih untuk berjalan kaki ketimbang harus naik kendaraan, alasannya karena ia ingin menikmati pemandangan sore. Kalau di mobil dia akan cepat sampai. Lagipula jarak rumah dan taman tersebut tidak terlalu jauh.

"Kenapa gak naik mobil aja sih.." Rengek Hanbin sambil menghentikkan langkahnya, lalu memijit lututnya pelan.

Jennie menoleh kesamping, lalu berdecih.
"Nck udah sana lo balik aja, gue kan udah bilang lo gak usah ikut.."

"Gue kira kita bakal naik mobil!" Jawab hanbin kesal.

Jennie tidak merespon nya, memilih untuk tetap berjalan kembali, tentu diikuti Hanbin yang sekarang malah memberenggut kesal.

Setelah sampai di sisi taman, jennie mengedarkan pandangan nya kesetiap penjuru. Dilihatnya banyak sekali orang orang yang sedang bermain di taman.
Dari mulai anak kecil hingga paruh baya.
Rasanya Jennie sudah lama tidak pergi kesini, terakhir ia menginjakkan kakinya ditaman ini adalah ketika dua tahun yang lalu. Karena Dirinya terlalu disibukkan oleh pekerjaan dan juga Hanbin jadi jarang mempunyai waktu luang.

Sekalinya punya waktu luang, harus sakit dulu.

Jennie berjalan menghampiri satu bangku yang berada tepat di sisi taman. Wanita itu segera duduk disusul hanbin disampingnya.

Menghirup nafas perlahan, lalu menghembuskannya kembali.

"Lo sering kesini?.." Tanya Hanbin memecah keheningan diantara mereka.

Jennie menggelengkan kepalanya." Terakhir dua tahun yang lalu.."

"Kenapa? Padahal kan jarak nya gak terlalu jauh.." Lanjut Hanbin sambil terus memijat pelan Lututnya.

"Gak terlalu jauh, tapi lo ngerengek terus dijalan. Kaya bocah banget!" Cibir Jennie sambil memandang Hanbin sengit.

Hanbin berdecak sebal." Kan gue gak biasa jalan kaki! Gue biasa kemana-mana naik mobil"

Jennie memutar bola matanya malas.
" pemalesan banget lo, jalan kaki itu olahraga. Bikin sehat!"

Hanbin malah meledek jennie dengan mulutnya yang komat kamit. "Bawel! Serius gue nanya kenapa jarang banget lo kesini?"

"Gue sibuk! Lagian pengen tau banget si lo kehidupan gue, mau jadi lambe turah?"  Cerca Jennie yang malah membuat Hanbin menoyor keningnya dengan telunjuk.

"Akhh..shh sakit kambing!" Umpat Jennie kesal.

Hanbin malah terkekeh. Entah mengapa melihat ekspresi kesal jennie sangat lucu baginya. Wajah jennie yang mungil, hidung mungil, senyum yang gummy. Itu semua tak lepas dari perhatian Hanbin.

Hanbin menatap jennie yang terus menerus mencak mencak di bangku nya. Entah lah, memandang wajah tunangan nya itu ada rasa yang beda tersendiri.

"Ngapain lo liat-liat? Udah mulai suka sama gue?!" Ucap Jennie membuat Hanbin langsung memalingkan wajahnya ke arah depan.

My Precious Jennie||JenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang