Waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi.
Jennie masih terbaring di atas kasurnya.
Kepala nya pening, perutnya mual dan badannya panas. Sepertinya ia demam.Jennie meraih ponselnya lalu melihat beberapa pesan masuk disana.
Lalisaaaa
Im sorry je, hariini aku gak bisa datang kerumah kamu, next time oke?!Jongin kim
Je?
Je?
Hei
JennieKim Hanbin❤️
Morning? Gimana keadaan lo?
Kata mama chaerin lo sakit.
Nanti siang gue kerumah.
Jangan lupa minum obat.Satu alis Jennie terangkat, menatap Heran pesan singkat dari Hanbin itu. Aneh!
Jennie menggedikkan bahu nya acuh, lalu menaruh ponsel nya di atas nakas dan kembali memutuskan untuk terlelap. Sungguh bermain ponsel lama lama saat keadaan sakit ini malah membuatnya semakin pening!
***
"Kapan kamu mau ngelamar aku?.." tanya Dahyun pelan, melirik Hanbin dengan sorotan mata seolah meminta kepastian.
Hanbin membuang nafasnya lelah. Untuk yang kesekian kalinya Dahyun menanyakan hal serupa. Bisakah perempuan itu libur menanyakan hal itu sehari saja? Bukan apa-apa. Mood Hanbin sedang tidak bagus hariini.
"Secepatnya.." jawab Hanbin singkat. Membuat Dahyun tertawa remeh lalu melipat kedua tangan nya di depan dada.
"Mau sampe kapan kamu ngomong kaya gitu? Secepatnya-secepatnya,Tapi kamu seolah ngulur waktu!" Sarkas Dahyun disisipi tawa sinis diakhir kalimat.
Hanbin menatap tajam Dahyun.
" Aku belum memutuskan hubungan sama Jennie! Aku sama dia lagi berusaha untuk bicara sama orangtua kita masing-masing! Kamu bisa sabar?.." tutur Hanbin penuh penekanan.Jujur Hanbin muak dengan pertanyaan itu. Tidak Dahyun tidak mama nya Dahyun. Keduanya menanyakan hal yang sama terus menerus ketika bertemu.
"Loh? Kok kamu belom mutusin semuanya? Haha.. terus mau sampe kapan?Aku gak mau terus menerus berbagi sama perempuan lain!" Gencar Dahyun. Wanita itu sedikit menggebu-gebu.
Walaupun dia tahu, bahwa kehadiran nya ditengah hubungan Jennie dan Hanbin yang sudah menginjak pertunangan itu sangat salah.
Namun bagaimana lagi? Cinta sudah menggelapkan nya.Lagipula, seandainya Hanbin tak memberi kepastian sejak dulu. Mungkin perasaan Dahyun pada Hanbin tidak akan berakhir sedalam ini.
"Kamu pikir aku gak pusing? Aku pusing Dahyun mikirin ini semua!" Sentak Hanbin. Oke, kali ini emosi nya sudah mencuat di permukaan kepalanya.
Dahyun menatap Hanbin tak kalah sengit.
"Tinggal Bilang sama kedua orang tua kalian kalo kalian mau udahan apa susahnya?!.."Hanbin tertawa remeh, lalu mengusap wajahnya kasar. Dahyun tidak tahu menahu tentang ini. Bisakah wanita itu diam dan ikuti alurnya saja?
"Gampang kalo ngomong! Kamu gatau kan kalo mama nya Jennie itu ada riwayat serangan jantung? Itu yang bikin kita berdua susah buat bilang dan akhiri semuanya!"
Total! Tukas Hanbin sepenuhnya. Dia beranjak dari duduknya lalu pergi begitu saja meninggalkan Dahyun yang masih termangu. Lebih tepatnya sedang berusaha mencerna ucapan Hanbin baik-baik.
Hanbin berjalan melewati Dahyun begitu saja menuju pekarangan rumah Dahyun untuk segera menaiki mobilnya.
Setelah masuk, ia membuang nafasnya letih, kedua tangan nya mencengkeram kuat stir. Lalu segera lah ia menginjak pedal gas nya dan berlalu begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Jennie||Jenbin
Fiksi Penggemar"Gue nyerah mbin, selamat tinggal" Setelah mengatakan itu, buru buru jennie keluar dari apartemen Hanbin. Rasa sakit yang menjalar kian menggerogoti hatinya diiringi rasa kecewa yang luar biasa. Tapi Jennie harus kuat! Mau bagaimanapun ini adalah ak...