Lima puluh Lima

1.2K 105 17
                                    

Pagi yang terlihat mendung, awan yang berwarna gelap itu setia menyelimuti kota Seoul pada pagi hariini.

"Kamu serius mau berangkat kerja? Kalau hujan gimana?" Tanya Jennie pada Hanbin yang kini menyeruput coklat panasnya.

"Serius dong sayang, lagipula aku pake mobil. Gak akan kehujanan" Jawab Hanbin.

Jennie mengangguk paham saja. Entah lah, sebenarnya Jennie sedang tidak ingin ditinggal sendiri. Tapi, sepertinya Pekerjaan Hanbin lebih penting.

Hanbin beranjak dari duduknya, meraih tas kantornya lalu melirik Sang Istri. Sekilas tersenyum, melihat tubuh Jennie tak lagi ramping seperti dulu. Tapi, dengan begitu Istrinya itu jadi lebih menggemaskan.

"Aku berangkat ya sayang. Kamu gak usah anter aku keluar, dingin. Nanti malem jangan tunggu aku pulang, aku ada lembur" tukas Hanbin.

Jennie beranjak dari duduk nya, wanita kim itu mengangguk. "Hmmm yaudah, jangan lupa makan malem. Pesen gofood aja. Tetep kabarin aku!"

Hanbin terkekeh." Iya bawel. Kalau ada apa-apa kabarin aku juga ya. Jaga diri baik baik dirumah. Jangan lupa minum susu nya, makan juga jangan ditinggal. Kalau takut telpon mama Sandara aja atau Kak Mino"

Setelah mengatakan itu Hanbin mengecup kening Jennie. Kecupan itu berdurasi lumayan lama. Lalu, sebelum Hanbin sempat berjalan Jennie kembali menahnanya dengan sebuah pelukan.

Hanbin mengernyit keheranan, walau akhirnya lelaki itu pun membalas pelukan Jennie seraya mengusap punggung mungil itu.

"Kenapa hm?"

"Nggak papa. Kangen aja pengen peluk" Jawab Jennie seraya menenggelamkan wajahnya di dada bidang Hanbin. Hidungnya terus saja mengendus Parfum sang Suami.

"Kan tiap hari aku pulang sayang. Kenapa? Kamu gak enak badan?" Tanya Hanbin, tapi jawaban Jennie hanya gelengan kepala.

"Maafin aku ya" cicit Jennie pelan.

"Maaf kenapa sayang? Kamu gaada salah apa-apa sama aku" Sergah Hanbin. Namun, lagi lagi Jennie menggelengkan kepalanya.

"Maafin aku kalau selama ini aku belum bisa jadi Istri yang baik buat kamu. Aku selalu manja, minta yang aneh-aneh dan protektif berlebihan" Ujar Jennie Sendu.

"Kamu tau kan? Aku perjuangin kamu itu mati matian Mbin, mengorbankan tenaga dan fikiran termasuk batin ku juga. Jadi, aku gak mau lagi berbagi atau terbagi kaya dulu. Aku gak mau kehilangan sesuatu yang udah aku pertahanin sejak dulu" Lanjut Jennie,

Hanbin mengecup pucuk kepala Jennie. Hanbin jadi ikut terbawa suasana. Tumben sekali Jennie bersikap seperti ini.-fikirnya.

"Kamu ngomong apasih? Kamu ada di samping aku pun udah lebih dari cukup buat aku. Yang harusnya minta maaf mungkin aku, aku yang mungkin belum bisa bahagiain kamu. Aku yang pernah buat kamu luka seluka lukanya. Aku minta maaf, aku Janji aku bakal bahagiain kamu, juga calon anak kita!"

Ucapan Hanbin barusan berhasil membuat Jennie meneteskan Air mata bahagianya. Kemudian, Hanbin menurunkan tubuhnya. Merubah posisi nya menjadi jongkok, lalu tersenyum sekilas dan mengecup perut Sang Istri.

"Dadah sayang, papi berangkat kerja dulu ya"

Cup

Kemudian Hanbin kembali terbangun. Lelaki itu berdiri lalu mengecup kembali bibir mungil sang Istri.

" Baik-baik di rumah" Ujar Hanbin lalu segera berbalik badan dan pergi menuju pintu utama.

Ada perasaan berat meninggalkan Jennie. Tidak seperti biasanya, padahal setiap hari ia merasa biasa-biasa saja.

My Precious Jennie||JenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang