Empat buah Koper sudah berjejer rapih di ruangan tengah Milik keluarga Jiyoung.
Sedangkan disetiap sudut rumah nampak sepi, sepertinya sang penghuni sedang sibuk.Ah, ya!
Jennie yang di dapati di kamar nya sedang sibuk mengemas beberapa barang yang akan ia packing dan dibawa kerumah Barunya.
Sedangkan di bibir kasur sana, Hanbin tampak memperhatikkan punggung mungil sang Istri.Lelaki Kim itu sedang beristirahat sebentar, karena Jujur ia kelelahan karena membereskan beberapa Koper dengan bolak balik naik tangga. Lalu, memasukkan barang-barang ke dalam Mobil. Dan kini, Istrinya belum juga selesai mengemas.
"Sayang, masih banyak banget emang barang nya?" Tanya Hanbin dengan suara lesuh nya.
Yang ditanyai tampak masih fokus dengan Aktivitasnya. " kenapa? Kamu capek?"
Hanbin menggeleng kukuh." Engga gitu, maksud aku tuh kamu gak selesai selesai ngemas dari tadi, aku mah udah bolak balik lagi"
Jennie terkekeh, lalu merapatkan resleting koper nya setelah dirasa barang nya selesai di packing.
Wanita Kim itu terbangun dan berdiri. Berkacang pinggang lantas menghembuskan nafasnya ke udara.
"Gak nyangka, bener bener bakalan pindah dan ninggalin papa mama"Hanbin yang melihat Air muka Jennie berubah begitu nampak tersenyum getir. Hanbin tau, Ini semua Tidak mudah untuk Jennie. Meninggalkan kedua orang tua yang menemani nya sejak kecil hanya untuk pergi tinggal bersama lelaki yang baru baru ini sah menjadi suami nya.
Lelaki Kim itu nampak beranjak dari duduknya, berjalan mendekat ke arah sang Istri.
Mendekatkan tubuhnya, lantas memeluk Jennie dari belakang. Jennie terkejut sedikit, Ahh tapi sungguh jika boleh Jujur, Jennie sangat suka ketika Hanbin melakukan backhug untuknya. Itu selalu saja membuatnya berdesir meski dilakukan sangat sering.
"Kamu....pasti sedih ya?" Tanya Hanbin ragu.
Jennie yang ditanyai seperti itu nampak tersenyum masam, kemudian telapak tangan nya mengulur, menyentuh punggung tangan Hanbin yang bertengger di perut rata nya.
"Ngga ada yang gaakan sedih perihal pisah sama orangtua. Tapi, itu semua udah jadi keharusan. Kamu udah jadi Prioritas aku"
Tuturan Jennie yang lembut itu membuat Hanbin seketika terhenyak. Kalimat yang dilontarkan sang istri itu benar benar membuat hati nya mencelos.
" aku bener bener bersyukur ternyata aku bisa nikahin kamu. Aku janji, gaakan bikin kamu kecewa lagi. Aku bakalan bahagiain kamu semampu aku. Sehat selalu ya sayang"
Jennie terkekeh pelan mendengar Kalimat itu.Hanbin yang sekarang benar benar soft dan sweet. Kadang Jennie tak habis fikir jika Hanbin tiba tiba mengatakan sesuatu yang menurutnya begitu cringe. Tapi, Jennie tak apa. Ia suka, menurutnya, Hanbin terlihat menggemaskan dengan segala tingkah ke uwuan nya itu.
Jennie berbalik, melepaskan tangan Hanbin yang melingkar di perutnya itu. Setelah nya, Jennie menatap manik Coklat yang indah nan bersih itu.
"Kamu juga harus selalu sehat. Aku gak mau sehat sendirian. Juga, kalau kamu sakit aku ikutan sakit" Jawab Jennie.
Percakapan mereka terdengar Lebay memang.
Tapi, sungguh mereka benar benar merasa seperti pasangan Kekasih lagi jika sedang mengatakan hal hal yang manis seperti tadi.Hanbin tersenyum manis, lalu mengecup singkat kening sang Istri.
"Iya say——..""Ini apaan dah siang bolong begini pada drama banget"
Jennie maupun Hanbin tampak tertegun mendengar bias suara berat itu. Kemudian keduanya menoleh ke arah pintu kamar nya yang entah sejak kapan terbuka dan menampilkan sesosok lelaki yang bersandar pada dinding seraya melipat kedua tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Jennie||Jenbin
Fiksi Penggemar"Gue nyerah mbin, selamat tinggal" Setelah mengatakan itu, buru buru jennie keluar dari apartemen Hanbin. Rasa sakit yang menjalar kian menggerogoti hatinya diiringi rasa kecewa yang luar biasa. Tapi Jennie harus kuat! Mau bagaimanapun ini adalah ak...