Hanbin dan Dahyun sedang menyusuri koridor rumah sakit. Mereka berencana untuk menjenguk adik dari Dahyun yang sudah lama di rawat karena penyakit kanker ginjal yang di deritanya.Sudah dua minggu lamanya Hanbin baru menginjakkan kakinya lagi disini. Dengan terus merangkul pinggang Dahyun dengan Posessif,Hanbin berjalan menuju Ruangan sang calon adik ipar.
Ceklek
Pintu terbuka, menampilkan sesosok gadis kurus kering dengan wajah pucatnya. Gadis itu tersenyum mendapati Kakak nya datang menjenguknya.
Dahyun melepas rangkulan Hanbin lembut, lalu berjalan lebih cepat menghampiri sang adik dan merangkulnya. " maafin kaka baru sempet jengukin kamu lagi"
Lia mengembangkan senyuman pucatnya.
"Gak papa ka, lagipula Lia ditemenin mama..""Kak hanbin apa kabar?.." Lanjut Lia, melirik Hanbin yang berdiri di hadapan Brankas yang berada di sampingnya.
Hanbin melangkah lebih dekat lalu mengusap surai hitam gadis itu pelan. "Kaka baik-baik aja"
Lia mengangguk sebagai jawaban, lalu tak lama kemudian Seseorang masuk ke dalam ruangan dengan beberapa botol air mineral dan obat pereda pusing di genggaman nya.
Dia adalah Mama dahyun.Melihat sang calon mertua, Hanbin langsung lekas membungkukkan setengah badannya untuk memberi salam.
"Ada Hanbin dan Dahyun? Udah lama ya? Mama abis dari kantin beli obat ini.." ucap sang mama sambil memperlihatkan obat yang ada di genggamannya.
Dahyun menatap sang mama khawatir." Mama sakit? Kalo gitu dahyun aja yang jaga Lia, mama mendingan pulang.."
Sang mama menggeleng kuat." Mama cuman pening dikit, kamu gausah khawatir.."
Dahyun terlihat membuang nafas nya perlahan. Hanbin mengusap bahu nya pelan. Lalu keduanya memilih untuk duduk.
Hanbin dan mama dahyun asik berbicara, bahkan melupakan kehadiran dahyun disana. Dahyun sempat memberenggut kesal walau pada akhirnya ia mewajarkan mereka yang setiap bertemu selalu berbincang tak kenal waktu.
Hanbin terus saja menceritakan tentang pekerjaan nya dan juga hubungannya dengan dahyun yang terbilang tak ada masalah apapun itu. Namun sang mama tiba tiba bertanya dan sukses membuat Hanbin tertohok tak bergeming untuk beberapa saat.
"Kapan kamu akan menikahi Dahyun?.."
Dahyun Membulatkan matanya, sedikit tak percaya bahwa sang mama akan bertanya sejauh itu. Dahyun melirik mama nya sebal.
"Mah, ngapain si nanya kaya gitu?.." dahyun sedikit malu atas pertanyaan yang dilontarkan sang mama, karena itu Hanbin sukses dibuat bungkam akan pertanyaan tersebut.
"Secepatnya ma.." jawab Hanbin singkat dan berhasil membuat dahyun melirik ke arah nya dengan tatapan jengkel.
Secepatnya gimana? Hubungan nya saja bisa dibilang belum jelas. Dahyun memacari seorang lelaki yang sudah bertunangan. Meski Hanbin tak mencintai tunangannya, itu tidak menjanjikannya untuk mereka bisa menikah!
Sang mama membuang nafas lega.
"Syukurlah, lebih cepat lebih baik. Dahyun sudah cukup untuk menikah. Mama ingin dia mempunyai suami diwaktu yang cepat.."Dahyun masih terdiam dan terus merutuki dirinya dalam hati. Ia tak bisa menghentikkan pembicaraan antara mama dan Kekasihnya itu.
Terlebih, ia tak mau mengecewakan mamanya yang sudah sangat setuju dan suka terhadap Hanbin.
***
"Kenapa kamu ngomong kaya gitu sama mama?.." tanya Dahyun lalu seperkian detik ia memasukkan makanan nya ke dalam mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Jennie||Jenbin
Fiksi Penggemar"Gue nyerah mbin, selamat tinggal" Setelah mengatakan itu, buru buru jennie keluar dari apartemen Hanbin. Rasa sakit yang menjalar kian menggerogoti hatinya diiringi rasa kecewa yang luar biasa. Tapi Jennie harus kuat! Mau bagaimanapun ini adalah ak...