Malam itu di kediaman Kim Hanbin.
Jennie meletakkan beberapa obat pereda pusing dan penurun panas diatas nakas milik tunangannya yang sedang asik memainkan ponsel nya sembari tiduran.
"Sebelum minum obatnya lo harus makan dulu.." Jennie mendudukkan bokongnya di sisi kasur kingsize milik Hanbin.
"Hmmm.."
Jennie hanya membuang nafas nya pelan, seolah sikap dingin Hanbin adalah makanan pokoknya sehari-hari.
"Lo harus buru-buru minum obatnya Kim Hanbin, atau panas lo gaakan cepet turun dan lo semakin lama ninggalin pekerjaan kantor lo itu.." Gencar Jennie menatap Hanbin yang masih tidak bergeming.
"Dahyun udah backup semuanya, jadi lo gak perlu khawatir.."
untuk yang pertama kalinya Hanbin mengeluarkan kata-kata panjang itu, lalu seperkian detik menatap Jennie dengan tatapan malas.
"Lo boleh pergi sekarang.." lanjutnya lagi.
Jennie lagi lagi membuang nafas nya pelan.
Menetralkan rasa kesalnya, bagaimanapun ia adalah manusia biasa, sulit menahan emosi dan rasa kesal yang seringkali tersulut dalam menghadapi lelaki batu seperti Hanbin."Gue mau jagain lo disini, gue cuman khawatir takut lo butuh apa-apa dan gak ada siapa-siapa buat lo pintain pertolongan, mama dan papa lo baru pulang nanti lusa.." Tutur Jennie sambil meletakkan tas selempang nya yang masih asik tersamping di bahu nya .
Jennie berjalan menuju balkon lalu membuka pintu nya lebar supaya udara segar masuk ke dalam kamar milik Hanbin.
"Lagian kenapa sih? Apa salahnya gue mau jagain calon suami gue yang lagi sakit hm?.."
"Jen, berapa kali gue bilang sama lo untuk jangan terlalu mengikuti kata hati lo, gimanapun juga perasaan lo gabisa gue bales.." Tukas Hanbin menatap serius punggung Jennie yang sedang berdiri di sisi balkon kamarnya.
Jennie tersenyum getir, seperkian detik mengulum bibir bawahnya dan membalikkan tubuh nya menghadap Hanbin yang sedang menatapnya di ujung sana.
"Gue yakin suatu saat lo bakal suka sama gue, percaya sama gue Kim Hanbin!" Kata Jennie sambil tersenyum Yakin ke arah Hanbin hingga membuat lelaki itu mendengus sebal.
"Terserah Lo!"
***
Jennie memarkirkan Mobil nya di garasi.
Lalu ia keluar dan segera masuk kedalam rumah mewahnya itu.Jennie adalah anak dari seorang pengusaha kaya Se-Korea selatan.Papanya adalah Pemilik Agensi terbesar di sana, Dan papanya saat ini sedang bekerja sama dengan perusahaan Papa Hanbin untuk membentuk suatu Projek baru dalam Industri permusikan.
Itulah sebabnya Jennie dijodohkan oleh Papanya dengan Hanbin. Mereka terpaksa menerima perjodohan itu. Ahh maksudnya Hanbin saja. Karena jujur saja Jennie tampak tidak Keberatan karena Hanbin adalah Tipe lelaki nya.
Menurutnya Hanbin sangat Tampan dan Bijaksana dalam mengelola Perusahannya.
Itu sangat membuat Jennie cukup bersyukur karena Perjodohan nya segera menginjak sesi pertunangan.Terhitung sudah Dua bulan mereka bertunangan, dan tentu nya dengan Hanbin yang sikap nya masih dingin dan sebodo amatan. Mau bagaimanapun juga ia tidak menyetujui perjodohan ini, Jennie bukanlah Tipe ideal nya.
Jennie merebahkan tubuhnya di atas kasur miliknya lalu merogoh ponsel nya yang masih di dalam tas selempang.
Jennie mengirimi pesan singkat kepada Hanbin untuk Segera meminum obat pemberiannya dan lekas beristirahat. Walaupun ia tahu bahwa pesannya tak akan kunjung dibalas oleh lelaki batu es itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Jennie||Jenbin
Fiksi Penggemar"Gue nyerah mbin, selamat tinggal" Setelah mengatakan itu, buru buru jennie keluar dari apartemen Hanbin. Rasa sakit yang menjalar kian menggerogoti hatinya diiringi rasa kecewa yang luar biasa. Tapi Jennie harus kuat! Mau bagaimanapun ini adalah ak...