Pagi pagi sekali hanbin bangun dari tidurnya.
Setelah mengubah posisinya menjadi duduk, ia mengumpulkan segenap nyawa nya yang masih belum menempel sempurna pada tubuhnya.
Mengucek matanya perlahan, lalu tungkai nya mulai melangkah memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri sejenak.
Sekitar lima belas menit, hanbin keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk yang nelilit di pinggang nya.
Hanbin berjalan menuju lemari nya dan mencari beberapa set pakaian kerja nya.
Hariini hanbin akan berusaha fokus kembali pada kerjanya, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak berlarut larut dalam kesedihannya.
Dia tau semuanya akan terasa sulit, tapi semua akan lebih sulit lagi jika ia tidak bangkit dari sedihnya, dan terus merutuki dirinya.
Hanbin berjalan ke ruangan tengah, menuju meja makan.
Setelah mengencangkan dasinya, hanbin menghampiri lemari es nya untuk mengambil sebotol air minum, namun saat ia hendak membuka pintu kulkasnya, ia melihat secarik kertas menempel pada permukaan kulkas.
Hariini aku gak pergi kerja ya.
Kamu sarapan diluar aja sayang.
Aku izin mau pergi ke hongdae
Sama temen temen aku.
Lov uDahyun
Hanbin membaca surat tersebut sekilas lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.
Setelah meneguk habis satu botol air mineral, hanbin segera bergegas untuk kembali bersiap siap. Lagipula dirumahnya tidak ada sarapan, jadi mungkin berangkat ke kantor lebih awal akan lebih baik.
Belum sempat memasuki kamarnya, kaki nya terhenti. Ia kelupaan bahwa dari semalam ia belum men-charger ponselnya. Ia lupa bahwa semalam dahyun membawa chargeran nya ke kamar nya.
Hanbin segera membalikkan tubuhnya dan berlari lari kecil ke arah kamar dahyun.
"Duh, jangan jangan dibawa lagi ke hongdae.." monolog hanbin lalu seperkian detik ia membuka knop pintu kamar kekasihnya itu.
Belum sempat mencari barang nya, hanbin sedikit terkesiap melihat isi kamar dahyun yang sedikit berantakan. Dan banyak sekali fotonya dipajang di meja.
Memang hanbin tidak pernah masuk ke kamar dahyun, apalagi jika sang empunya tak ada. Meski ini adalah apartemen nya, tapi tetap saja kamar itu sudah menjadi milik pribadi dahyun. Hanbin tidak se lancang itu.
Hanbin menyunggingkan senyumnya,lalu berjalan menghampiri meja yang terdapat banyak fotonya itu. Sedikit menyesal karena akhir akhir ini ia bersikap dingin pada dahyun.
Hanbin terduduk di bibir kasur, sambil terus melihat lihat foto yang terpajang di meja.
Hanbin benar benar rindu dahyun, pasti wanita itu kesusahan selama hanbin bersikap cuek padanya."Apakabar ya anak gue? Harusnya gue ajak dahyun ke dokter kandungan.." hanbin tersenyum getir dengan tangan masih setia mencekal sebuah frame.
"Maafin aku hyun, udah cuek sama kamu dan kandungan kamu.."lanjutnya lalu menaruh kembali frame fotonya itu.
Beranjak dari duduknya, lalu berjalan meraih chargeran nya yang ada di atas nakas. Namun seketika mata nya tertuju pada sebuah kotak coklat persegi yang tertutup rapih disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Jennie||Jenbin
Fanfic"Gue nyerah mbin, selamat tinggal" Setelah mengatakan itu, buru buru jennie keluar dari apartemen Hanbin. Rasa sakit yang menjalar kian menggerogoti hatinya diiringi rasa kecewa yang luar biasa. Tapi Jennie harus kuat! Mau bagaimanapun ini adalah ak...