Ini adalah hari kedua Jennie demam.
Rasa pening dan panas badan nya belum juga turun dengan baik. Walaupun kemarin malam sudah pergi kerumah sakit dan menerima banyak obat,Keadaannya belum juga pulih total. Hanya rasa mual nya saja yang sudah perlahan menghilang.Jennie terduduk di atas kasurnya, dengan punggung tersender pada beberapa tumpukan bantal. Tatapan nya kosong ke depan,Wajahnya juga masih terlihat pucat.
"Makan dulu.." Ucap Chaerin menyodorkan Piring nya kembali ke hadapan Jennie. Namun lagi lagi wanita itu menolaknya dengan alasan 'tidak nafsu''
Chaerin membuang nafasnya jengah. Lalu menaruh kembali piring nya di atas nakas. Dilihatnya Jennie yang masih terdiam tak bergeming, sepertinya Jennie ingin sendiri.
Chaerin beranjak dari duduknya,Lalu menatap putri nya. "Yaudah mama keluar ya, nanti kamu harus makan.."
Mengusap pucuk kepala sang anak, sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar.
Setelah punggung sang mama telah menghilang,Jennie menolehkan wajahnya pada sepiring nasi goreng itu. Lalu seperkian detik ia kembali menatap lurus kedepan.
Biasanya jika keadaannya sedang sehat, nasi goreng kecap buatan mama nya adalah makanan kesukaannya. Namun hariini karena keadaan nya sakit, Rasa Nafsu makan nya pun ikut berkurang.
Rasa pening nya mengalahkan rasa laparnya.
Selang beberapa menit, pintu nya terbuka menampilkan sesosok lelaki bertubuh atletis dengan kacamata hitam setia bertengger di atas hidungnya.
Jennie menatap nya lekat hingga lelaki itu menghampiri nya.
"Udah mendingan?" Tanya Hanbin sambil mendaratkan bokongnya di permukaan sofa, lalu melepas kacamata hitam nya.
"Menurut lo?" Jennie bersuara tanpa menolehkan pandangan nya barang sedikitpun pada Hanbin.
Hanbin terus memperhatikan Jennie yang masih menatap kosong ke arah depan. Lalu Hanbin melihat sebuah piring yang masih terisi rapih nasi goreng. Sepertinya Masih utuh-fikirnya.
"Makan dulu Je.." Gumam Hanbin pelan. Namun Jennie tak kunjung merespon nya.
Bukan apa-apa. Jennie sedang merasakan pusing. Niatnya mengubah posisi tidur nya menjadi duduk agar rasa pusing nya sedikit menghilang. Tapi nyatanya malah semakin terasa berat. Maka dariitu baik Chaerin atau Hanbin yang bicara padanya, Jennie jarang merespon.
Hanbin membuang nafas jengah. Lalu segera diraih nya piring tersebut dan duduk di samping Jennie.
"Makan Je, biar cepet pulih.." Tukas Hanbin. Jennie meliriknya sekilas lalu seperkian detik memijat pelipisnya.
"Jangan manja je, makan dulu. Nanti lo nambah sakit mau?" Lanjut Hanbin. Jennie masih tak bergeming.
"Jangan minta gue buat maksa lo. Itu gaakan pernah terjadi, jadi mending sekarang
lo mak—""Bisa diem? Gue lebih sakit kalo lo terus ngoceh kaya gini. Pala gue pening banget tau ga!" Potong jennie menginterupsi Ucapan Hanbin. Setelah menatap Hanbin malas Jennie kembali memijat pelipisnya.
Hanbin pun akhirnya menyendokkan satu sendok nasi penuh, lalu disodorkan nya ke arah jennie. "Buka mulut lo.."
Jennie menatap Sendok yang berada di hadapannya itu. Lalu menatap Hanbin Jengah.
Maksa banget sih!"Gue gak mau Kim Hanbin!" Tolak Jennie.
"Buka mulut lo atau gue cium?" Kata Hanbin dingin sambil setia menyodorkan nasi nya ke hadapan Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Jennie||Jenbin
Fanfic"Gue nyerah mbin, selamat tinggal" Setelah mengatakan itu, buru buru jennie keluar dari apartemen Hanbin. Rasa sakit yang menjalar kian menggerogoti hatinya diiringi rasa kecewa yang luar biasa. Tapi Jennie harus kuat! Mau bagaimanapun ini adalah ak...