Mobil jennie masuk ke dalam basement apartemen hanbin. Setelah parkir, dengan segera jennie keluar mobil nya dan berjalan menuju evalator dengan sedikit tergesa gesa.
Pintu evalator terbuka, lalu ia segera keluar dan berjalan menuju unit yang di tempati oleh mantan tunangan nya itu.
Dikoridor masih lumayan banyak orang orang yang berlalu lalang, dan tak sedikit dari mereka memperhatikan tampilan jennie dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Ya bagaimana tidak?
Malam malam begini ada seorang pengunjung mengenakan Piama tidur lalu dibaluti sebuah jaket berwarna pink mencolok. Bukan apa-apa, sungguh jennie terlihat menggemaskan!Setelah sampai di depan pintu unit, jennie segera menekan beberapa tombol sandi, lalu setelah pintu terbuka ia segera masuk ke dalam.
Pertama masuk manik nya menemukan dahyun sedang asik menonton televisi di ruangan tengah dengan satu tangan memegang sebuah snack.
Jennie mengernyitkan keningnya heran.
Saat ditelepon tadi Suara dahyun terdengar sangat panik, tapi setelah jennie melihatnya sendiri wanita itu tampak santai. Bahkan kelewat santai.Jennie berjalan menghampiri dahyun tapi masing menciptakan jarak beberapa meter.
"Dimana hanbin?"
Dahyun menolehkan Pandangan nya pada jennie yang kini tengah berdiri.
"Oh lo udah dateng, tuh di kamar nya.."Dahyun menunjuk kamar Hanbin dengan dagu nya. Sempat keheranan karena dahyun benar benar santai, tapi seperkian detik jennie mulai melangkahkan tungkai nya menuju kamar hanbin.
Ceklek
Pintu terbuka, jennie masih berdiri di ambang pintu. Dwimanik nya menemukan sosok Hanbin sedang terlelap di atas kasurnya.
Pertama yang jennie fikirkan kan adalah.
Lelaki itu benar benar terlihat menyedihkan.
Pipi nya semakin tirus, wajah pucat dan lingkaran hitam dibawah mata.Jennie masuk ke dalam kamar, menutup kembali pintu nya dengan pelan lalu melangkah menghampiri Hanbin.
Jennie menatap wajah polos hanbin yang sedang tertidur itu. Tak lama jennie kembali menekan bagian dada nya yang terasa sakit, semua itu benar benar belum hilang dari perasaan jennie. Rasa cinta bercampur kecewa.
Jennie mendaratkan bokong nya di bibir kasur.
Lalu melihat sebuah nampan berisi makanan yang masih utuh. Tangan jennie pun terulur meraih mangkuk tersebut, mengaduknya terlebih dahulu lalu mulai membangunkan Hanbin."Bin, makan dulu yuk? Terus nanti minum obat.." lirih Jennie lembut.
Hanbin masih terlelap, sebenarnya jennie tak tega membangunkannya, tapi hanbin harus makan!
Jennie menggoyahkan bahu hanbin pelan.
"Bin, bangun makan dulu.."Hanbin perlahan terusik, mata nya terbuka sedikit sedikit. Jennie menatap nya antusias.
"J-jennie?.." cicit hanbin, segera lah ia mengucek kedua matanya. Takut takut penglihatan nya salah.
"Iya gue jennie, gue disini.."
Hanbin membuka kedua matanya sempurna. Sedikit kaget karena wanita yang ada di hadapannya ini benar benar kim jennie, mantan tunangan nya. Tak terasa seulas senyum terukir samar samar di wajah hanbin.
"Gue mau minta maaf sama lo je, gak seharusnya gue kaya gini sama lo" ucap hanbin, nada nya sangat terdengar lemah.
Tapi siapa sangka, ucapan itu justru sangat menusuk di indera pendengaran jennie.Jennie membuang nafas nya pelan.
"Jangan bahas, sekarang lo makan dulu, gue suapin ya.."Jennie membantu hanbin untuk bangkit dari tidurnya. Menumpuk beberapa bantal lalu menyenderkan hanbin disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Jennie||Jenbin
Fanfiction"Gue nyerah mbin, selamat tinggal" Setelah mengatakan itu, buru buru jennie keluar dari apartemen Hanbin. Rasa sakit yang menjalar kian menggerogoti hatinya diiringi rasa kecewa yang luar biasa. Tapi Jennie harus kuat! Mau bagaimanapun ini adalah ak...