38. Sakit

651 34 0
                                    

|Badboy and tomboy|
Rasa bisa tumbuh sebisanya, kapanpun, dimanapun, dan pada siapapun!.

***

"Kenapa gak bilang ke gue?"tanya Alan mulai berbicara serius, nada bercandanya langsung hilang bak di telan bumi.

Alan langsung menanyakan hal penting itu pada Afika, dokter menjelaskan bahwa Afika terkena gagal ginjal, dan itu bukan berita kecil.

"Gue-- gue gak papa kali!"jawab Afika mencoba menyembunyikan rahasia terbesarnya.

"Gak usah boong! Gue udah tau semuanya, lu sakit kan!"kata Alan lagi.

Afika diam.

"Kalo lo sakit bilang, biar gue gak put elu buat jadi relawan di sekolah! Kalo lo kenapa-napa gimana? Biasa barabe nanti"nada bicara Alan mulai berubah lembut.

"Gue gak mau nyusahin orang"kata Afika sambil menunduk.

"Tapi cara lo salah, dengan lo diem aja malah lo makin nyusahin orang kalo ada apa-apa"

"Gue gak mau di bilang lemah, Lan! Gue udah cukup lemah karna penyakit ini! Dan gue gak mau semakin dipandang orang lemah!" Afika menangis? Ini kali pertama Alan melihat Afika yang berbeda.

"Hey, lo gak lemah! Buktinya sampe sekarang lo masih bertahan, lo harus yakin kalo lo bisa bangkit!" ucapan Alan memberi sedikit semangat di hati Afika.

Afika menatap Alan, kali ini bukan tatapan permusuhan, melainkan simpati.

"Keluarga lo udah pada tau?"tanya Alan pada Afika.

Afika menganguk kemudian ia berkata, "Makasih lo udah mau nolongin gue, padahal gue udah belagu ke elu"ucap Afika sambil menunduk.

Alan tersenyum.

"Its ok! Lain kali jangan kek gini lagi"ucap Alan tulus.

"Iya Lan"jawab Afika membalas senyuman Alan yang, Manis!.

Alan membayar biaya perawatan Afika, tabungannya masih cukup untuk membayar administrasi.

"Nanti gue ganti ,Lan"ucap Afika setelah Alan menyelesaikan administrasi.

Alan menggeleng sambil menuntun Afika untuk duduk.

"Gek perlu, cuma dikit kok, anggep aja gue sahabat lo! Gak usah sungkan"lanjut Alan.

Afika masih menatap tangannya yang masih di genggam Alan.

Alan menelpon Revan, mengabari kalau dia sedang di rumah sakit, Alan meminta bantuannya untuk mengantarkan motornya ke rumah sakit, karna kebetulan rumah Revan yang paling dekat dengan sekolah.

Alan dan Afika menunggu di ruang tunggu yang dekat dengan parkiran.

Alan lihat Afika masih sangat lemas, kemudian Alan menyandarkan kepala Afika di pundaknya, awalnya Afika terkejut namun akhirnya menurut.

"Gue tau lu masih lemes, santai aja sama gue"ucap Alan menjelaskan, Afika hanya menganguk menuruti Alan.

Tak selang beberapa lama Revan mengabari Alan bahwa ia telah sampai di rumah sakit.

"Kita pulang!"kata Alan mengajak Afika, Afika bangkit, tangannya digandeng oleh Alan.

Ada sesuatu yang terasa aneh di hati Afika saat ia di perhatikan oleh Alan.

Pemikirannya tentang Alan yang sombong, dingin, dan bad boy kini telah sirna entah kemana.

"Gue anter pulang, mulai sekarang kalo lo butuh seseorang panggil aja gue, gue siap bantu"kata Alan pada Afika.

HILOVE (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang