|H I L O V E|
Benarkah? Saat hati memilih, maka seluruh tubuh akan singkron dengan hati.Happy reading:')
***
"Kok bisa gini sih?"tanya Alan pada Gibran dan anak-anak PMR.
Afika masih terbaring di ranjang, wajahnya pucat pasi.
"Tadi Afika disuruh anak sebelah buat beresin ruangan rapat, gue juga gak tau kenapa mereka nyuruh Afika."jawab Gibran.
"Kelas berapa?"tanya Alan penuh emosi.
"Du--dua belas IPS 1."jawab Gibran ragu-ragu.
"Bajingan emang!"ucap Alan sebelum akhirnya Alan pergi meninggalkan ruangan UKS.
Dengan penuh emosi Alan menuju kelas dua belas IPS 1.
Brakk
Pintu kelas yang tertutup terbanting keras oleh Alan.
Seluruh murid yang berada di dalam kelas tersebut sontak langsung terlonjak kaget.
"Gue tanya kalian semua! Siapa yang nyuruh Afika buat beresin ruang rapat?!"bentak Alan penuh penekanan.
Baru kali ini mereka menyaksikan Alan murka untuk kedua kalinya setelah kejadian penyerangan di sekolah beberapa waktu lalu.
Semuanya diam tak ada yang berani menjawab.
"Jawab!"
"Gue, kenapa?"seorang anak lelaki yang duduk di barisan kedua berdiri.
"Maksud lo apaan? Lo kira dia babu lo suruh-suruh gitu!?"bentak Alan.
"Dia seksi acara kan! Bagus dong kalo mau beresin."ucap lelaki tadi dengan nick name Dimas.
"Dia ampe pingsan tolol! Mikir gak sih lu!?"
"Alay banget sumpah! Beresin ruangan segitu aja pingsan segala." Alan kehabisan kesabaran, Alan maju dan langsung memukul wajah Dimas.
"Bangsat banget jadi orang!"ucap Alan sambil meninju perut Dimas hingga Dimas terlempar ke belakang.
"Urusan lo apa ama gua?!"tanya Dimas sambil merapikan seragam sekolahnya.
"Lo nyakitin Afika sama aja lo cari mati ama gua!"
Akhirnya mereka berdua adu hantam, membuat seisi kelas menjadi sangat gaduh.
Gibran datang dengan ke enam sahabat Alan.
"Lan, udah!"teriak Azka.
"Lu diem goblok!"ucap Aldo pada Dimas yang memberontak dalam cekalannya.
"Hey udah, Lan!"ucap Ardian, Alan dan Dimas lepas dari jangkauan mereka.
Dimas menyerang dengan berutal, Alan membalasnya dengan lebih sakit.
Dimas menyeret Alan ke luar kelas, membuat beberapa anak murid kelas lain menyaksikan perkelahian mereka berdua.
Teriakan para siswi menggema, membuat anak-anak lain keluar dari kelas mereka.
"ALAN! UDAH!" Afika datang, rupanya ia telah sadar.
Alan menoleh melihat Afika menggenggam erat baju seragamnya.
Namun tiba-tiba Dimas meninju wajah Alan keras sampai Alan tersungkur di lapangan.
"ALAN!"terian Afika menghampiri tubuh Alan.
"Wey tolol, udah kagak lu!"ucap Beni sambil memegangi tubuh Dimas agar tak lagi menghajar Alan.
"Kenapa jadi berantem sih!?"tanya Afika pada Alan.
Sorot mata Afika menunjukan bahwa ia sangat khawatir dengan keadaan lelaki di pangkuannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILOVE (END)√
Teen Fiction-CERITA SUDAH TAMAT. -TIDAK PERNAH DIREVISI! Cinta bisa datang menyapa kapan saja, yang dapat kita lakukan hanya dua, menyapanya kembali, atau memilih mengacuhkannya dan tak mau mengenalnya. "Salah satu perasaan terbaik di dunia adalah ketika seseor...