|H I L O V E|
Hayayayaa gue bahagiaaaa......Selamat membaca^^
***
"Kenalin, Mah calon menantu!"
Hanya satu kalimat tersebut Sherly dibuat mati rasa. Bagaimana tidak? Alan mengucapkannya langsung di depan Mamanya.
"Kamu ini, dasar!"ucap Bu Avi pada putra sematawayangnya.
"Alan apa-apaan sih?"bisik Sherly masih dirangkulan Alan.
Alan menunduk melihat wajah Sherly di bawahnya, sungguh Alan ingin tertawa saat itu juga, saat melihat wajah Sherly merah merona dibuatnya.
"Ohh, atau gini nih, Ma."ujar Alan sambil merangkul bahu Afika.
Kini ganti Afika yang dibuat Alan ser-seran.
"Kata orang-orang dua lebih baik."Alan menatap Hengky, "Yee gak bro?"tanya Alan pada Hengky.
"Hahaha, sa ae lu!"balas Hengky pada Alan.
"Alan.... Kamu ini! Masa semuanya main embat."jawab Avi melihat tingkah putranya.
Sherly tersenyum masam, rupanya bercandaan Alan begitu garing saat Alan merangkul Afika.
"Hahaha, yaudah mama mau balik dulu yaa, habis ini lomba pertama mau dimulai, kalian semua siap-siap ya." kata Avi berpamitan, mereka semua bersalaman sebelum Avi pergi.
Sherly dan Afika masih diam di sisi Alan.
Kemudian Sherly lah yang pertama bersuara. "Emm gue mesti cabut dulu."ucap Sherly yang ditujukan untuk Alan pastinya.
"Mau ikut gak bang?"tanya Sherly pada Hengky, Hengky menganguk kemudian mengikuti langkah Sherly pergi meninggalkan taman.
Sherly kenapa?. Batin Alan bertanya-tanya.
***
"Hiyak guys! Hari ini dua tim basket dari SMA Tunas Bangsa akan saling beradu, dan bertading di sesi pertama pertandingan basket HARI INIII!!!"teriak Revan di atas panggung dengan volume tinggi.
Pertandingan basket hari ini bukan untuk sesi Alan dan sahabatnya, sesi pertama di isi dengan kelas lain, dan hari kedua akan di isi oleh RL geng dan tim sesi kedua lainnya.
"Kita akan menyaksikan satu tim yang berbobot tai!!! Yang diisi pastinya oleh tim sebelah, HHAHAHA!"lanjut Revan.
"Stres dah si Repan!"ujar Aldo di kursi yang berada di bawah panggung bersama para sahabatnya.
"Kurang obat kali."sambung Beni.
"Yaelah, tapi anak-anak napa masih pada suka sama tuu bocah?"lanjut Ardian.
"Biasa mata mereka mandang muka Repan yang kek lempengan tai itu kek bongkahan berlian."sambung Alan.
"Hahahaha, mata-mata."mereka berenam hanya dapat mencaci dan menyaksikan tingkah sahabatnya yang kurang waras itu.
"Ekhem, jadi gais! Ternyata ada yang ghibahin babang ganteng di sini!"ucap Revan di atas panggung.
"Lah dia denger ternyata, gue kira congek! Buahaha."kata Aldo, seiseng itukah mereka.
"Lu pada kagak pren emang!."ucap Revan sambil turun dari panggung dan berkumpul dengan yang lainnya.
"Yaelah Pan, namanya juga temen, yaa candaan biasa lah."kata Bobi.
"Emang dia temen kita?"tanya Aldo.
"Hiks, kenapa kau berkata seperti itu sayangku..... Kenapa?"ucap Revan seperti seorang wanita, sambil memeluk Aldo dari samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILOVE (END)√
Fiksi Remaja-CERITA SUDAH TAMAT. -TIDAK PERNAH DIREVISI! Cinta bisa datang menyapa kapan saja, yang dapat kita lakukan hanya dua, menyapanya kembali, atau memilih mengacuhkannya dan tak mau mengenalnya. "Salah satu perasaan terbaik di dunia adalah ketika seseor...