14 | Kondensasi Setelah Tersipu

99 35 8
                                    

Acap kali tidak sadar bahwa kita tengah berada di bawah alam sadar. Merasa bermimpi juga halusinasi.

Padahal cerita cinta, tidak beda jauh dari itu. Rasa itu ada dan lambat laun akan terasa nyata.

...

PUKUL lima sore. Gadis dapat merasakan lembab yang begitu kentara. Guyuran hujan membasahi pijakan di depannya. Matanya memandang ke arah depan. Rasanya mustahil mendapatkan angkutan umum di kota Bandung apalagi saat hujan seperti ini, pun sudah terlalu sore untuk perempuan sepertinya pulang ke rumah.

Awalnya mungkin dia merasa terpaksa mengajari kelima adik tingkatnya itu, tapi setelah melihat kesungguhan mereka, hatinya terenyuh juga. Pasalnya mereka berlima bukan siswa yang bodoh, mereka ada di sekolah ini karena beasiswa pada bidang tertentu dan niat pak Jalil sungguhlah mulia. Jika Mila dan Friska dengan Fisika, Adella dengan Bahasa dan sastra, maka Dodi dan Reihan dengan basketnya.

Walau menyerah pada fisika, Dodi cukup pandai di matematika. Tadi saja, dia merengek memintanya ikut bergelut dengan bukunya David Wells yang menjelaskan A sampai Z bilangan prima, puluhan konjekture, konstanta baru, bilangan-bilangan baru, lengkap. Beberapa di antaranya : Konjeture abc, abundant, circle prime, euler, fermant, fibonacci, truncatabel prime, dan pyramid prime.

Hal itulah yang mengakibatkan perempuan malang sepertinya belum bisa pulang dan kini terjebak hujan di halte.

“Huh!” deru napasnya terdengar nyaring. Dia bingung bagaimana caranya bisa pulang pada kondisi seperti ini. Hujan dan ponselnya juga low. Dia tidak bisa menghubungi siapapun. Matanya bergulir memperhatikan sekitar, berharap ada yang bisa membantunya, siapapun juga.

Sebuah mobil sedan warna hitam melaju di depannya. Amat kencang kemudian ....

Crash!

Bajunya basah terkena cipratan dari genangan air hujan yang terlindas oleh ban mobil barusan. Gadis tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dia bingung. Tidak bisa pulang dan bajunya sekarang basah kuyup.

Beberapa saat kemudian, Toyota ft Aero yang agak familier di matanya, berhenti di depannya. Tak lama, kaca mobil itu terbuka. Memperlihatkan wajah rupawan yang ternyata lebih familier dari mobil yang dikendarainya. Tapi perempuan itu tetap pura-pura bingung.

“Ayo naik?”

Gadis mengerjab, lalu menoleh sekeliling. memastikan kalau orang yang Louis ajak bicara memang dirinya.

“Gue?”

Louis menarik napas kasar. Dia mengambil payung kemudian keluar dari mobil. Tak butuh waktu lama untuknya berdiri tepat di hadapan Gadis yang masih kentara raut bingung di wajahnya.

“Iya, siapa lagi?”

Gadis masih mengerjab bingung, apa Louis memang tipe orang yang ketus dan perhatian di waktu bersamaan?

“Nggak apa-apa ‘kok. Gue mau nunggu angkut—“

“Ayo masuk!”

Gadis tidak sadar sejak kapan Louis menariknya agar lebih dekat dengannya, karena memang hanya itu satu-satunya cara agar mereka berdua bisa bernaung di bawah payung kecil untuk dapat melindunginya dan Gadis yang sudah basah tidak semakin basah jika diterjang guyuran hujan.

Melihat Gadis yang diam saja, seolah enggan melayangkan sepatah kata protes pun, membuat Louis dengan gampang dan leluasa mengajaknya masuk ke dalam mobil. Setelah dibukakan pintu, Gadis masuk dan duduk. Sementara Louis harus mengitari mobil terlebih dahulu untuk bisa masuk dan duduk di kursi sebelahnya.

About TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang