10 | Sakit Yang Menyenangkan

121 42 31
                                    

Kala kau lelap, aku mengerjap. Berkali-kali gema tanya mengapa dalam dada.

Siapa kamu dan mengapa aku terpesona?

...


ENTAH dia harus mengucap syukur atau mengganggap ini sial. Sederet rumus di depannya dan kepalanya mendadak pening. Bukan karena rumus fisika di hadapannya tapi karna gemuruh suara murid-muridnya.

Rupanya perintah pak Jalil memang tak bisa diganggu-gugat. Terbukti dengan Gadis yang mau tidak mau harus mengajari adik kelas tingkatnya yang mengalami nilai rendah di eksakta tersebut demi nilai semesternya.

Pak Jalil mengancam kalau nilai semester limanya tidak akan sempurna meski sekeras apapun dia belajar kalau dia menolak untuk mengajari tiga perempuan dan dua laki-laki yang saat ini sedang ribut karena rumus yang dia pikir sudah benar; padahal salah.

"Adella, Friska benar dan kamu yang sebenarnya salah rumus," ucapnya dengan sabar sembari menebar senyuman.

Friska nampak girang saat dibela. "Tuh, gue bilang juga apa. Lo nya aja tuh dungu, masa rumus pendek dari kak Gadis gitu aja lupa." Friska memeletkan lidah, membuat Adella naik pitam. Dia ingin mencoret buku Friska bertepatan dengan Dodi yang sudah menyambar buku Friska kemudian menyalinnya.

Adella mungkin tidak jadi mencoret buku Friska tapi anak itu tetap berteriak karena Dodi yang sedang menyontek-di depan pembimbing belajarnya.

Berikan prok-prok untuk Dodi.

"Mila, ke UKS!"

Secepat kilat Mila melesat meninggalkan keempat teman beserta pembimbingnya ketika temannya dari organisasi kesehatan sekolah memintanya untuk segera ke UKS.

Meski sedari tadi anteng adem ayem, anak satu itu juga tak kalah hebatnya. Pergi meninggalkan pembimbing tanpa embel-embel 'ke UKS dulu, ya'.

Berikan prok-prok sekali lagi untuk Mila.

Gadis hanya bisa menarik napas keras kemudian menyemangati diri sendiri agar sabar hingga mereka benar-benar bisa dilepas tanpa bimbingan; begitu kata Pak Jalil.

Prestasinya di sekolah lama tidak bisa menutupi dua bulan yang sebelum pindah ke SMA Dirgantara. Karena saking sabarnya dia, dua jam mengajar mereka terasa seperti dua tahun dan lagi-lagi dia merapal dalam hati; Pasti bisa!

Mila yang tadi pergi tanpa permisi, sudah datang dan kemudian sudah duduk dengan manis di antara keempat temannya tanpa permisi pula.

"Lama amat, Mil?" tanya Friska si kepo ngintip jawaban orang yang juga kepo masalah orang.

"Ngurus orang sakit, gue tungguin dulu dia sampe tidur."

Adella menangkap ada yang janggal. "Emang siapa yang sakit?"

"Kak Louis."

Gadis berhenti memeriksa jawaban milik Reihan yang baru saja laki-laki itu minta koreksi. Matanya menatap tanya pada Mila, menuntut cerita yang lebih terperinci.

"Halah, pantesan Lo tungguin sampe tidur. Kalo kak Louis mah, gue nunggu dia sampe bangun juga rela," celetuk Adella setelah mendengar pernyataan Mila.

Selanjutnya mereka menceritakan hal-hal lain di luar pelajaran. Gadis hanya bisa terdiam, bukan karena mereka mengabaikan pelajaran dan tugas-tugas darinya dan lebih sibuk membahas Louis, tapi Gadis terdiam karena memikirkan satu hal.

About TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang