22 | Memperbaiki Yang Salah

58 25 10
                                    

Di luar batas, sesuatu bisa saja telah menjadi prioritas.

Yang tidak pernah terpikirkan, bisa menjadi sesuatu yang paling dirindukan.

...


“TUMBEN lo cuma diem aja?” tanya Lilis yang matanya masih fokus membaca novel. Sesekali kelereng mata itu hanya berpindah untuk menyeruput lemon tea di hadapannya, sementara laki-laki yang menjadi orang kedua di ruang kerja itu diam saja sambil menatap bulan yang sedang tersenyum bahagia malam ini.

“Pacar gue kenapa, sih?” Perempuan itu mengangkat kepalanya, lalu beberapa detik kemudian ditutupnya novel bergenre fantasy itu. “Nggak biasanya lo cuma diem. Pasti ada sesuatu yang ter—“

“Refan.”

“Ha?”

Faisal membalik badan, ditatapnya lamat-lamat wajah Lilis yang selama beberapa tahun terakhir ini bersembunyi di belakangnya dengan menyandang status sebagai pacarnya. “Gue rasa, lo udah siap untuk ngomong ini sama dia.”

Lilis yang mendengarnya segera menegakkan badan. “Apa-apaan, sih? Jelas-jelas lo tau sendiri ‘kan Refan itu gimana dulu sama gue?”

“Gue tau.”

“Kalo lo tau, kenapa?”

“Justru karena gue sangat tau. Gue tau semuanya, Lis. Gue tau segalanya. Tentang Refan sama lo atau hanya tentang elo. Gue tau, Lilisia.” Ditatapnya lamat-lamat wajah pacarnya dengan perlahan kakinya berjalan mendekat, membunuh jarak yang membentang.

Faisal yang tahu kalau Lilisia-nya tidak sekuat yang dilihat. Orang tuanya yang bercerai, papanya pergi meninggalkan mamanya demi wanita lain, serta kondisi tante Dewinta yang saat ini sedang memprihatinkan, tapi di balik itu ... Faisal tahu.

Gadis inilah yang sebenarnya lebih memprihatinkan.

Faisal mencengkeram bahunya, kemudian satu tangannya terangkat ke udara dan berhenti tepat di pipi bagian bawah matanya. Jari-jari besar itu bergerak teratur ke samping seolah sedang membersihkan air mata yang tengah mengalir. Lilis tahu hanya satu orang yang akan melakukan ini untuknya.

Lilis tidak mengatakan apa-apa. tanpa kata-kata, tanpa pernyataan, Lilis tahu bahwa Faisal telah memberikan pemahaman yang tidak pernah sanggup Lilis terima dari yang lainnya.

Lilis mungkin bisa bersembunyi dari semua orang, tapi di depan Faisal ia selalu transparan.

“Sakit, ya?”

Lilis tidak menjawab, suaranya tertahan di kerongkongan. “Pasti capek banget bersikap baik-baik aja selama lima tahun? Berpura-pura sudah melupakan semuanya tapi sebenarnya cara Tuan Putriku bertahan hidup hanya karena melimpahkan kesalahannya sama orang lain ‘kan?”

Faisal tidak salah.

Demi melanjutkan hidup dan melupakan masa lalu, Lilis menyalahkan Refan untuk semuanya. Seandainya Refan begini, Refan begitu, mungkin semuanya tidak akan begini tidak akan begitu. Walaupun Refan memang bersalah karena tidak datang di hari ulang tahunnya, tapi tetap tidak benar kalau perceraian orang tuanya juga dia limpahkan pada Refan selama lima tahun ini.

“Tolonglah untuk sekali bicara sama dia, luruskan masalah dan coba memaafkan.”

Lilisia itu keras kepala memang, tapi mau bagaimana lagi? Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk bertahan hidup hingga hari ini. berusaha mengganggap bahwa ini semua bukan salahnya, tapi salah Refan. Dengan begitu dia akan baik-baik saja karena dirinya sudah diselimuti amarah tidak berkejelasan pada Refan.

About TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang