Mengapa dari semua ciptaan Tuhan yang telah disempurnakan, perasaan justru yang paling transparan?
Semua itu Tuhan lakukan agar selain rasa nyaman, kita mengerti akan harapan.
...
Kaki panjangnya berhenti di sebuah kafe. Faisal berbohong mengenai rapat Osis agar Lilisia bisa pulang bersama Refan. Masalah mereka harus segera dituntaskan. Faisal tidak bisa selamanya diam dan tunduk dalam permainan Lilis yang mempermainkan dirinya sendiri.
Faisal yang saat itu pertama kali bisa bertemu Lilis lagi setelah perpisahan mereka saat masih kecil, rasanya senang sekali bisa menjejakkan kakinya di depan rumah Lilis. Ia rasanya tidak sabar ingin bertemu Lilis. Tapi alangkah terkejutnya ia, saat kakinya sampai di muara pintu, bukan Lilis yang ditemuinya melainkan vas bunga pecah, sobekan gorden, sepatu lusuh berhamburan, dan segala huru-hara yang dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya.
Tiba-tiba saja suara teriakan seseorang mengundangnya untuk semakin masuk dan yang di dapatinya sangatlah mengejutkan. Bunda melarikan dirinya lebih dulu untuk menyelamatkan vas bunga yang bibirnya sudah bergerigi agar tidak terlempar.
“JANGAN SAKITI ADIKKU!” ucapnya sambil memeluk erat Lilis yang menangis tersedu-sedu. Rasanya pilu, seolah terdengar suara retakan dalam hati seseorang yang dia peluk.
Tidak terima! Faisal tidak terima saat adik kecilnya dipersalahkan atas kepergian ayahnya Lilis. Ia yakin semua itu hanya salah paham, Lilisnya tidak bersalah. Walaupun Lilis hanya adik—sekedar pengakuan karena waktu itu dia terlalu ngebet ingin punya adik, lalu seenaknya saja mengklaim Lilis yang sering bermain ke rumahnya sebagai adiknya—meski sebenarnya memiliki hubungan darah saja tidak, Faisal merasa bahwa Lilis adalah tanggung jawabnya.
Setelah Tyas lahir, Faisal kehilangan adiknya. Lilis dibawa pergi orang tuanya saat Faisal sudah benar-benar memiliki adik. Rasanya mungkin senang, tapi bukan berarti itu menggantikan posisi Lilis. Baginya Tyas dan Lilis sama saja; kedua adiknya yang harus dia jaga dan ia buat bahagia.
Semenjak ayah Lilis menghilang dan tante Dewinta dilarikan ke salah satu klinik jiwa di Jakarta, Faisal berusaha memberikan rumah yang nyaman untuknya, memberikannya tempat yang pantas untuk menjadi transparan. Faisal memberikan semua yang dia butuhkan, dia mau, dan yang dia inginkan.
Semuanya.
Tapi setelah lima tahun berlalu, Faisal yakin Lilis sudah dewasa dan sekarang sudah siap untuk menerima dan mengerti. Sudah saatnya meluruskan semua ini pada Refan.
“Dia pasti sudah pulang dengan Refan ‘kan?” gumamnya sembari mendorong pintu kafe.
Tring ....
Bunyi lonceng sebagai pertanda seorang pengunjung masuk ke dalam kafe membuat beberapa pasang mata menatap refleks ke arahnya. Tubuh jangkungnya mengibaskan rambut basahnya.
"Oh, gue kehujanan." Karena memikirkan Lilis, dia tidak sadar kalau tubuhnya ia gunakan menerjang hujan di luar sana.
Langkah panjangnya masuk lebih jauh ke dalam kafe, matanya berpencar menyapu beberapa pengunjung yang sedang memperhatikannya yang basah kuyup ini.
“Daf! Biasa,” ucapnya pada seorang barista yang sedang mengontrol mesin kopinya.
“Siap, Bos! Sendirian muluk lo,” ejek barista pada pelanggan setianya di sela-sela kegiatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Together
Teen FictionAda banyak cara untuk bersama. Sebagian akan mengejar dan mengatakan secara lantang. Pada sebagian lainnya, berupa amarah dan cemburu yang disembunyikan. Ada yang mengekang ada pula yang masih gamang. Kita telah menemani satu sama lain, menutupi ma...