Segala susah yang kamu dapat,
Segala luka yang merapat,Fungsinya untuk membuatmu percaya,
Bahwa hidupmu terlalu berharga untuk kamu buang sia-sia....
GADIS berubah jadi pendiam dan sering melamun. Mungkin bagi sebagian orang itu hal yang wajar untuk anak seusianya yang mungkin memikirkan dunia percintaannya, tapi persepsi seperti itu bagi Miranda tidak berlaku untuk putrinya. Gadis mungkin tidak menceritakannya pada siapapun, tapi Miranda dan Hasan sudah mencium gelagat tidak beres dari putri mereka.
Miranda yang khawatir, mengetuk pintu kamar Gadis.
Tok ... tok ... tok ....
Setelah tiga kali ketukan dan tetap tidak ada jawaban, Miranda masuk dengan sendirinya. Dilihatnya putri semata-wayangnya sedang meringkuk di atas kasur dengan headset di telinganya. Posisi Gadis, persis janin dalam kandungan.
“Odis, Mama tau kamu nggak tidur, sayang,” Miranda membelai lembut pucuk kepala putrinya. Gadis pun membuka mata, setelah berbalik dan menemukan Mamanya ada di kamarnya, Gadis akhirnya duduk.
“Mama apa-apaan, sih?” Gadis merenggut kesal seolah merasa tidurnya terganggu.
Miranda tersenyum, dia lepaskan headset dari telinga Gadis yang ternyata ujung headsetnya tidak tersambung ke audio stuff manapun. “Kita ke Jakarta hari ini, ya? Mama sama Papa takut kamu makin parah.”
“Parah apanya? Enggak ada apa-apa, Ma.” Gadis bersikeras tetap dalam posisinya. “Aku nggak mau ke Jakar—“
“Kamu tidak dalam keadaan boleh memilih!” Bukan Miranda, tapi Hasan yang berperan sebagai kepala keluarga itu bicara dari arah pintu. Hasan tidak mendengarkan teriakan putrinya, diambilnya ransel Gadis, lalu dibukanya lemari dan memasukkan barang-barang Gadis secara asal.
Gadis terlonjak kaget, selain berteriak, anak dan ayah ini juga melakukan adegan tarik-tarikan seperti tarik tambang tujuh belasan. “Papa apa-apaan, sih?!”
“Kita nginep di Jakarta, seminggu. Nggak ada tapi! Kalo kamu berani bersikeras sama Papa, kamu sendiri akan tau, apa akibatnya buat kamu.”
Miranda menarik Gadis dalam pelukannya, menyalurkan rasa aman untuk sang putri agar Gadis diam saja pada apa yang sudah mereka tentukan. Karena semua ini, juga demi kebaikan Gadis.
•••
Keputusan Gadis untuk pasrah memang salah. Menuruti keinginan orang tuanya sama saja dengan melemparkan dirinya hidup-hidup ke kandang macan. Karena setelah sampai, Gadis langsung diseret oleh Embun untuk masuk ke ruang praktek demi mengadakan sesi.
Sesi yang dimaksud adalah sebutan untuk kegiatan konsultasi bagi orang-orang yang memiliki gangguan psikologis.
Saat ini, Gadis ada di salah satu rumah sakit Jakarta milik keluarga Hutama. Andre lah yang dulu merekomendasikan dirinya agar dirawat di tempat ini setelah meninggalnya Kiran yang sempat membuat Gadis terguncang hebat lima tahun yang lalu. Dan setelah waktu berlalu sangat lama, Gadis merasa saat ini dirinya sudah baik-baik saja. Dia hanya sedikit syok, tidak lebih. Tidak butuh penanganan lebih lanjut seperti yang pernah dilakukannya dulu.
“Odis?” panggil dokter Yunna lembut.
“Odis nggak mau sesi, Tante.”
Yunna menghela napasnya. Memijit pelipis karena merasa bingung harus bagaimana caranya membujuk Gadis agar mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Karena bagi Yunna, Gadis ini adalah penyelamat keluarganya. Berkat kehadiran Gadis, putranya Andre bisa menerimanya kembali. Jadi, Gadis itu sudah seperti putrinya pun sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Together
Teen FictionAda banyak cara untuk bersama. Sebagian akan mengejar dan mengatakan secara lantang. Pada sebagian lainnya, berupa amarah dan cemburu yang disembunyikan. Ada yang mengekang ada pula yang masih gamang. Kita telah menemani satu sama lain, menutupi ma...