34 | Ketika 'Dia' Kembali

54 23 0
                                    

Sejatinya manusia selalu punya pilihan.

Namun, karena terjebak pada kebingungan, kita malah bersembunyi dibalik tebing pembenaran.

Pada akhirnya, kita kembali.

Hanya kembali sebagai pengecut paling sejati.

...

LIBUR semester telah tiba, tapi ajakan teman-temannya untuk berlibur sebelum menyambut semester baru yang sudah pasti akan menghanguskan syaraf otak itu ditolak mentah-mentah oleh Gadis. Karena semenjak menemukan boneka teddy dan liontin setengah hati di depan gerbang rumahnya, rasa bersalah itu menghimpitnya kembali.

Meski jam di kamarnya sudah menunjukan pukul tiga dini hari. Namun, Gadis masih terpekur di atas tempat tidurnya. Sejak malam itu, jam tidurnya tidak pernah teratur. Bahkan, pernah satu kali Gadis tidak tidur  tiga hari hanya karena liontin bertuliskan nama 'dia' yang sudah dia letakkan jauh-jauh dari tempat tidurnya. Benda keramat itu seperti jimat penghilang rasa kantuk.

Dia kembali.

Boneka teddy dan liontin setengah hati ini buktinya. Meski jauh di lubuk hatinya, Gadis sebenarnya sangat yakin kalau 'dia' sudah tiada. Sudah lama sekali dia pergi dan menghilang. Terbenam, dipeluk bumi. Gadis sendiri yang menyaksikannya.

Dengan gerakan ringkih, Gadis menarik selimut tebal untuk memeluknya. Rupanya meski setebal apapun selimut yang dia kenakan, Gadis tetap gemetar di atas tempat tidurnya.

Matanya menerawang, menatap langit-langit kamar dengan tatapan nanar seolah kejadian itu tengah diputar oleh proyektor masa lampau.

•••


Lima tahun yang lalu ....

Malam itu hujan deras. Gadis sedang mengerjakan soal-soal untuk ulangan di ruang tamu. Dia tersentak kaget saat ponselnya di kamar lantai dua berdering nyaring. Karena rasa penasarannya, Gadis naik ke lantai atas dan setelah melihat bahwa nama Kirana sebagai penelponnya, maka tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Gadis untuk segera mengangkatnya.

"Gadis."

Sambil menuruni anak tangga untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, Gadis berbicara dengan Kiran. "Lo ada urusan keluarga atau gimana, sih? Absen lo merah-merah tuh."

"Sakit."

Gadis terkekeh pelan. "Sakit apa? Kalo cuma demam dan pilek bukannya lebih sering nggak lo peduliin, ya? Bentar lagi 'kan ulangan, tuh. Kasian banget lo kalo harus ulangan susulan."

Kiran tidak merespon ucapannya tapi malah bicara yang lain. "Oh, ya, Dis. Kalo Karina telpon lo, bilang aja gue nginep di rumah lo, ya?"

Gadis mengerutkan dahi, merasa ada yang janggal dari permintaan Kiran. "Kok, gitu?"

"Tolong bilang kek gtu, ya."

Lalu setelahnya, panggilan ditutup secara sepihak.

Gadis hanya bisa menatap ponselnya dengan kuriositas tinggi. Tapi, berapa kali pun memutar otak, jawaban tak kunjung dia temukan. Tak berselang lama, panggilan telpon dari Karina yang berstatus sebagai adik kembar dari Kiran benar-benar langsung menelponnya setelah terputusnya sambungan dengan Kiran beberapa detik yang lalu.

"Dis, Kiran lagi belajar bareng di rumah lo sekalian nginap, ya?"

Sebenarnya agak ragu untuknya mengatakan seperti yang diinginkan Kiran. Tapi, karena sudah terlanjur berjanji, Gadis merasa tidak bisa berkhianat. "Iya, Rin."

About TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang