31 | Mantra-Mantra

40 21 0
                                    

Semua akan baik-baik saja.

Berulang kali semoga.

Berharap semoga.

...

KEDUANYA berjalan bersisian menuju parkiran selepas bel tanda ulangan selesai berdentang. Setelah tadi, maka peperangan mereka dinyatakan berakhir. Dodi, Reihan dan tiga cewek yang tidak Louis kenali mendatangi Gadis. Mereka berterima-kasih perihal waktu luang yang sudah rela Gadis buang demi mengajari mereka untuk mengejar ketertinggalan di bagian materi yang tidak mereka kuasai.

Dari yang dilihatnya sejauh ini, Louis menyadari satu hal bahwa Gadis adalah sesosok perempuan yang selalu berusaha menangani masalah yang terjadi di sekitarnya. Beban mereka seolah bebannya juga. Dialah yang paling gigih dari siapapun menangani problem yang terjadi. Bahkan kepada dirinya, Louis tahu bahwa Gadis sudah berusaha untuk membantunya melupakan ucapan ayahnya waktu itu dengan lebih sering menghabiskan waktu dengannya.

Ya, Louis akui bahwa dia sudah mulai tidak peduli pada tua bangka itu dengan banyaknya waktu dan perhatian yang Gadis limpahkan kepadanya. Perihal kelahirannya yang tidak diinginkan, Louis sudah tidak peduli. Baginya, selama masih ada Bunda dan Gadis di sisinya sudah lebih dari cukup untuk jadi alasan Louis melangkah maju.

Sekarang, Gadis di sampingnya tampak baik-baik saja, sangat berbeda dengan dia yang sebelumnya Louis lihat jatuh terduduk di koridor depan kelas. Wajah muramnya tergantikan dengan senyum menawan membingkai rupanya.

Louis menarik napas keras, lalu membuangnya secara kasar. Berulang-kali memutar otak, pemuda itu rupanya juga belum menemukan titik terang dari keanehan yang tadi disaksikannya.

"Hey!" Louis mengerjab. "Eh?"

"Lo dari tadi jalan sambil ngelamun, ya? Hebat banget. Pantesan dari tadi gue panggil nggak nyaut-nyaut." Gadis mencebikkan bibirnya sebal.

"Tapi, ya, udahlah. Beruntung lo nggak kesambet jin sekolah."

"Emang ada?"

"Berdoa aja nggak ada." Louis terkekeh pelan, namun Gadis melongo di tempat.

Saat wajah tampan itu terkekeh meski pelan, tapi rupanya sudah lebih dari cukup untuk membuat pahatan rupanya tertarik ke atas. Alis tebal itu tertarik dan matanya menyipit sedikit membuat bulu mata lentiknya bergerak-gerak. Gadis menahan napas, merasa sekelilingnya telah diberi filter bunga-bunga.

"Lo ... barusan ketawa?"

Louis menghentikan tawanya, menatap heran ke arah Gadis. "Kenapa, nggak boleh?" Diacak-acaknya gemas rambut panjang kecoklatan milik gadisnya itu. Kemudian, Louis menyambar tangannya, menyeretnya lebih jauh masuk menerobos parkiran. Karena letak mobil Gadis dan Louis berdampingan, mereka berhenti di titik yang sama.

Louis melepaskan pegangan tangannya dan Gadis merasa tak rela dengan hal itu. Entah Louis yang terlalu peka atau memang ekspresi Gadis yang mudah terbaca, Louis membawa Gadis segera ke dalam rengkuhannya yang sontak saja membuat Gadis memekik tertahan.

"Lou—"

"Ssst, cuma 10 detik."

Gadis diam. Mengikuti instruksi dari Louis. Beruntung keduanya disembunyikan badan mobil Gadis. Karena kondisi sekolah yang sedang ulangan, maka hanya akan ada segelintir siswa di parkiran yang pulang masing-masing setelah ulangan mereka selesai. Katanya siapa cepat, boleh pulang.

About TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang