E P I L O G

26 6 0
                                    

Ia tak pernah tahu apakah sebenarnya arti dari bersama. Apakah sebentuk kekeras kepalaan berbalut egois ataukah keinginan tak berkesudahan yang agak memaksakan?

Sampai akhirnya segala hal baik mulai sering terjadi dalam hidupnya, saat di mana ia bersama dengan orang lain yang juga ingin bersamanya.

Pada Minggu pagi itu, Gadis awalnya berlarian kecil di alun alun karena Pelo, si papillon butterfly kesayangan Louis itu tengah mengejarnya karena dia tidak langsung memberinya makan padahal makanannya sudah ia pegang sedari tadi.

Karena fokus memerhatikan belakang agar tidak digigit Pelo, Gadis tidak sadar kalau ada Louis yang sedang menghalangi langkahnya. Alih-alih berhenti, Gadis justru menabrak Louis sampai terhuyung dan hampir jatuh. Louis sendiri, masih berdiri kokoh tak tergeser sedikit pun.

"Iseng banget, sih." Laki-laki itupun mengambil alih makanan Pelo dari tangan Gadis lalu mendekati Pelo dan memberikannya langsung hingga habis dilahapnya.

Gadis menatap Louis dengan bibir merengut sebal. "Nggak asik banget sih, Pelo aja gak marah tuh. Gue kan lagi main sama dia."

Louis menatap Gadis sebentar kemudian mengelus bulu-bulu putih peliharaannya dengan senyum tipis mengejek. "Untung Pelo gak bisa ngomong, kalau iya gue yakin dia lagi ngedumel abis-abisan."

"Cih." Gadis meninggalkan Louis. Ia memilih duduk di kursi panjang taman alun-alun tersebut, tepat di bawah pohon sekaligus ingin berteduh.

Setelah mengusap Pelo sekali, Louis bangkit berdiri dan duduk di samping Gadis dan berdehem sekali. Louis tak bicara apa-apa setelahnya, membuat keduanya terdiam sama-sama memandangi ramainya alun-alun Bandung setiap akhir pekan.

Dari gelagatnya, Gadis menyadari kalau ada sesuatu yang laki-laki itu ingin katakan, tapi bahkan setelah lima kali menoleh dengan wajah yang lengkap raut penasarannya, Louis tetap tidak mengatakan apa-apa.

"Kenapa, sih?" tanya Gadis geram sendiri. "Ngomong aja lah," katanya lagi dengan nada tidak sabar.

"Temenin gue ke Jakarta, yuk?" ajak Louis setelah kembali terdiam cukup lama.

Gadis yang mendengar ajakan Louis secara tiba-tiba mengerjabkan mata bingung. "Ngapain?" tanya Gadis masih tak paham apa-apa.

"Ikut aja, dari pada nganggur 'kan di rumah."

Gadis tergelak di tempatnya, merasa jarang-jarang Louis mengajaknya jalan-jalan seperti ini. Menerima ajakannya untuk jogging bersama di alun-alun saja adalah hal yang harus dia syukuri. Namun tak pelak senyum terkembang juga di bibirnya, menyadari bahwa Louis pelan-pelan berusaha memberikan yang terbaik untuk dirinya.

"Boleh," jawabnya setuju tanpa pertimbangan sama sekali. Tak peduli apa akibat dari keputusannya yang semena-mena.

•••

"Louis ...."

Gadis berujar panik ketika ia mulai menyadari ke mana arah mobil Louis melaju. "Kita ... mau ke mana?"

Louis menoleh sebentar, namun tidak menjawab. Ia fokus mengemudikan mobilnya dengan mengikuti arahan GPS dari mobilnya.

Mereka berdua memang sudah hampir sampai di tujuan setelah berangkat dari Bandung sekitar tiga setengah jam yang lalu. Meski awalnya bingung, tapi Gadis sudah sepakat untuk setuju menerima ajakan Louis ke Jakarta meski tak tahu sama sekali ke mana Louis akan membawanya. Ia bahkan tak memiliki bayangan tentang tempat seperti apa yang akan mereka datangi nantinya.

Semakin lama mobil melaju dan semakin jauh perjalanan mereka, Gadis mulai menyadari di mana mereka saat ini. Hatinya mendadak tak tenang saat mulai menyadari ke mana Louis membawanya. Setelah mengingat-ingat, Gadis mulai mengerti kenapa Louis sempat berhenti di jalan untuk membeli sebuket bunga indah.

About TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang