37 | Kita Bertemu Kembali

42 14 0
                                    

Dulu,
Kamu siapa-siapa.

Sekarang,
Kamu bukan apa-apa.

...

HARI demi hari berlalu. Tidak terasa liburan semester sudah habis dan Gadis pun sudah kembali dari Jakarta. Pertemuannya dengan Lilis tempo hari dia lupakan begitu saja, seperti permintaan Lilis. Tapi selain karena itu, Gadis merasa untuk tidak perlu ikut campur meski sekarang dia sudah tahu apa yang terjadi dan siapa sebenarnya sahabat Gadis itu. Lilis dan Louis bersaudara; fakta mengejutkan yang berhasil Gadis temukan.

Handphonenya yang bergetar sejak beberapa jam yang lalu, ia hiraukan begitu saja. Tergeletak di atas nakas tanpa tangan sang empunya bergeming sedikitpun untuk membalas pesan di dalamnya.

Dari awal liburan semester hingga hari ini, chatting teman sekelas ataupun teman-teman terdekatnya, Gadis abaikan begitu saja. Gadis memilih untuk sendiri sampai misteri miliknya sendiri bisa dia pecahkan. Sejak malam tahun baru, Louis terus mengiriminya chat setiap hari meski Gadis tidak menjawabnya. Dan malam ini, Louis lagi-lagi mengiriminya chat. Dan Gadis hanya membacanya sekilas dari layar notifikasi.

Louis: Besok gue jemput.

Louis: Kalo dandan jangan lama! Bu Mia biasanya lebih sadis di hari pertama.

Gadis menghela napasnya keras, memandangi langit-langit kamarnya yang gelap. Benang-benang yang membentang sekarang kusut, terpuntal tidak terlihat yang mana ujungnya.

"Bahagia itu ... sesusah ini, ya?" gumamnya sendirian.

•••


"Dis?" Louis melambaikan tangannya di depan wajah Gadis, karena hanya dengan cara seperti itu, perhatian dari perempuan di sampingnya akan tertarik.

"Eh? Iya?" Gadis tersadar dari lamunannya.

"Udah sampe loh," ujarnya memberi isyarat. Gadis pun melirik sekitar. Matanya berkeliling, lalu tersadar bahwa mereka memang sudah ada di parkiran sekolah.

"Lo nggk papa?" tanya Louis cukup khawatir. Karena setelah malam tahun baru itu, Gadis sulit sekali dihubungi dan chatnya Louis tidak pernah dibalas. Laki-laki itu sangat yakin bahwa ada sesuatu yang aneh pada Gadis. Padahal waktu itu, saat Louis mengantar Gadis pulang, perempuan itu terlihat baik-baik saja. Tapi sekarang terlihat seolah ada sesuatu yang sedang mengganggu pikirannya.

"Iya, gue nggak papa 'kok." Gadis melepaskan safety belt-nya. "Gue ke kelas duluan, ya." Gadis tersenyum simpul, lalu turun dari mobilnya Louis.

Tapi, baru saja dia hendak turun, tangannya malah dicekal oleh Louis. "Beneran?"

"Hah?" Gadis tidak mengerti.

"Lo beneran nggak apa-apa?" Sebuah pertanyaan yang lengkap dengan raut muka khawatir.

Lagi-lagi perempuan itu menampilkan senyumnya. "Iya, Lou," ujarnya sambil mengelus punggung tangan Louis untuk meyakinkan pemuda itu. "Selama lo bersama gue, pasti baik-baik aja 'kok."

Mendengar hal itu, Louis merasa dadanya menghangat. Senyum Gadis menular juga padanya. Satu tangannya yang bebas, ia letakkan di atas tangan mereka lalu menggenggamnya erat-erat.

Louis tersenyum lembut. "Hm, iya."

Saat mereka keluar bersama, ada tiga semprul yang cekikikan menertawakan mereka. Siapa lagi kalau bukan Fajar, Refan, dan Aldo yang diam-diam mengintip interaksi mereka.

About TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang