30 | Terlalu Banyak Mungkin

45 24 1
                                    

Jika yang tak kau senangi tidak terjadi, maka bersenang-senang lah pada apa yang terjadi.

...

Dering alarm pagi membangunkannya, Gadis mengucek matanya kemudian berusaha mengenali sekitarnya. Ia bernapas secara teratur kemudian mengambil handuk dan masuk kamar mandi. Ini adalah hari terakhir ulangan semesternya. Dan tidak ada yang tahu seberapa senang membuncah dalam dadanya. Meski posisinya sebagai siswi dengan ranking teratas, Gadis juga sama dengan pelajar lain yang girang tak terkendali saat tahu ulangannya akan segera berakhir.

Setelah selesai dengan proses mandinya, Gadis melesat turun ke bawah. Sarapan bersama Miranda dan Hasan. Melihat putrinya nampak senang, Miranda merasa senyum itu menular juga pada dia dan suaminya.

"Odis berangkat, ya, Ma," ujarnya sambil menyambar ranselnya. Mengecup punggung tangan Hasan dan mencium pipi Miranda. Setelahnya, dia pergi berlalu meninggalkan rumah.

"Udah lama nggak liat dia sesenang ini."

Hasan mengangguk akan kebenaran ucapan istrinya. "Iya, sepertinya dia sekarang sudah mulai terkontrol."

"Semua akan baik-baik saja, Odis," ujar sang Mama Gadis itu dengan bibir melengkung sempurna. Perasaan mereka senang dan sepertinya sekarang mereka sudah bisa tenang. Serasa tidak akan terjadi hal buruk lagi pada putrinya. Karena memang pindah ke Bandung adalah pilihan yang paling tepat. Memberikannya tempat sejauh-jauhnya dari dia adalah pilihan yang tepat.

•••

“Yey, akhirnya!” Gadis memekik senang sampai tidak menyadari kalau ada satu kaki membentang lurus di depannya. Hampir saja Gadis tersandung kalau saja Louis tidak segera menyambutnya.

“Sialan emang.”

“Haha, sorry. Tapi, sengaja sih.” Aldo cengegesan.

Louis mengeraskan rahang. “Kenapa, sih? Lo ada dendam apa sama Gadis?”

“Gue yang nyuruh.” Refan muncul dari balik Aldo. Senyum jahil tercetak jelas pada wajahnya. Sesuatu yang tidak pernah Gadis lihat sebelumnya dari Refan karena wajah Refan yang biasanya cenderung santai dan terkesan ramah. Hampir mirip dengan mimik wajah Faisal. Oh, iya, sekarang Gadis mengerti penyebab dari letak kemiripan itu. Biasalah, persaingan sehat antar penyuka dengan pengagung Key Lilisia.

“Sengaja biar Gadis jatoh ke pelukan lo kaya sekarang. Terima kasih dong sama gue.” Refan menepuk dadanya bangga.

“Eh?”

Karena keasyikan menerjemahkan mimik muka Refan, ia tidak sadar kalau Louis masih memeganginya. Tidak, tidak boleh begini. Saat Gadis mendongak dan wajah Louis yang amat dekat dengannya itu sepertinya bukan hal yang bagus. Degup jantungnya menjadi tak karuan. Postur tubuh Louis yang kokoh menopang dirinya dengan baik tapi itu malah membuat Gadis benar-benar tak bisa mengendalikan debaran yang menggila dari jantungnya, sementara Louis ....

Sorry.”

Louis melepaskan tangannya, kemudian meninggalkan Gadis dengan Aldo dan Refan yang kini tertawa ngakak. “Lo liat nggak?”

“Iya, liat gue. Mukanya merah padam gitu, haha.”

“Nggak nyangka pagi-pagi bisa godain Louis.”

About TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang