36

496 64 6
                                    

Kringgggg!

Ponsel Junho berdering diatas meja belajar. Sejak pulang sehabis menghantarkan Eunsang pulang, Junho kembali ke rumahnya. Eunwoo tidak ada dirumah, mungkin dia memang belum pulang dari Kampus.

Junho melihat siapa yang menelepon nya dari jarak yang cukup jauh, karena sungguh ia sangat malas untuk mengangkat telepon atau menerima panggilan lain saat ini setelah kejadian yang tidak mengenakan tadi di sekolah.

Panggilan itu dari mama nya. Junho masih menyimpan rasa kesal kepada kedua orangtua nya atas apa yang mereka lakukan kepadanya dulu, tetapi hal itu tidak membuat Junho menghilangkan rasa sayangnya kepada kedua orangtuanya. Junho masih sangat menyayangi kedua orangtua nya walaupun hal yang mereka lakukan dulu kepadanya cukup membuat Junho menderita.

Ia menarik nafasnya perlahan, dan menghembuskannya perlahan. Junho mengangkat telepon nya, ia sangat mendengar, sangat mendengar jelas suara mama nya yang terdengar seperti sedang menangis.

"Halo Junho..."

"Halo? Mama kenapa? Mama nangis?"

"Junho... Papa...."

"Papa? Papa kenapa, ma? Ada apa sama papa?"

"Papa..."

Junho mendudukkan dirinya di sofa kamarnya, lalu mencoba untuk menenangkan mama nya yang masih menangis.

"Mama tenang dulu, tarik nafas... buang... Mama coba tenang dulu, jelasin pelan-pelan,"

Mama nya —Cha Jiwon— melakukan apa yang Junho katakan, ia menarik nafasnya perlahan dan membuang nafasnya perlahan. Mama nya mencoba untuk menjelaskan apa yang terjadi pada papa nya, tetapi tetap saja sulit rasanya.

"Papa... Meninggal..."

Junho membeku, tatapan nya lurus kedepan, nafasnya tercekat, tubuhnya melemas dan ingin merosot ke bawah. Kekehan Junho terdengar sangat miris, ia tidak percaya apa yang mama nya katakan.

"Mama pasti bohong kan? Mama bercanda kan? Papa masih hidup, papa gak mungkin meninggal, papa masih hidup, papa— GAK! POKOKNYA PAPA MASIH HIDUP, MA! PAPA MASIH ADA!"

Suara tangisan Jiwon terdengar semakin keras ketika mendengar suara anaknya yang mulai meninggi dan tidak percaya. Junho melemparkan ponsel canggih miliknya —yang tentu mahal harganya— ke sembarang arah, dan ponsel nya membentur dinding sangat keras sehingga membuat suara benturan yang tentu keras juga. Ponsel Junho rusak, layarnya pecah tak karuan, bagian-bagian ponselnya berceceran dimana-mana.

Junho memukul dinding sangat keras dengan tangan nya, membenturkan kepalanya di dinding, dan mengacak-acak kamarnya hingga terlihat seperti kapal pecah. Junho bersandar di dinding, karena tubuhnya yang melemas, membuat dirinya tak bisa berdiri lagi dan akhirnya jatuh duduk di lantai.

"Papa... Maafin Junho..." Lirih Junho. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan nya dan menunduk, menangis sejadi-jadinya.

Pintu kamar di dobrak begitu saja oleh kakak Junho —Cha Eunwoo.

"Dek!" Eunwoo berlari menghampiri adiknya, mencoba untuk mendongakkan kepala adiknya dan menghapus air mata Junho yang jatuh ke pipi.

"Kak... Kenapa... Kenapa papa bisa pergi secepat ini? Bahkan, Junho belum sempat bikin cita-cita papa terkabul..." Junho kembali menangis, Eunwoo menangkup wajah Junho dengan kedua tangannya. Jujur saja, Eunwoo juga sangat sedih dan ingin menangis sekeras mungkin. Tapi ia justru menahan air matanya yang sudah hampir saja jatuh.

"Tuhan sepertinya lebih sangat sayang papa dibanding kita yang sangat menyayangi papa, jun. Kita harus ikhlas..." Sudah tak kuat menahan tangisnya, air mata Eunwoo jatuh juga. Deras, bahkan Eunwoo tidak bisa untuk berhenti menangis. Ia memeluk tubuh adiknya, mencoba menenangkan adiknya.

Candu [Junsang+Hwangmini+Wonkyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang