Rere semakin tenggelam dalam tatapan mata coklat nan indah itu. Memaksa Rere untuk tetap tinggal meski berkali-kali ia membuyarkan lamunannya. Begitupun Jio, dia semakin larut dalam degup jantung yang semakin tidak karuan.
Suasana yang tadinya hangat menjadi canggung. Seketika mereka sama-sama memalingkan pandangannya. Menyibukkan diri dengan pikiran masing-masing.
Malam yang semakin larut memaksa mereka berpisah.
"Re, lo mau gua anterin pulang ke villa atau rumah?" tanya Jio sembari berjalan bersama menuju lift.
"Gua mau ke rumah aja." Jawab Rere yang membuat Jio merasa senang.
"Syukurlah. Gitu dong." Ujar Jio sembari mengacak rambut Rere yang tengah diam di dalam lift itu.
"Ihh jangan." Bantah Rere sembari menghindar dari Jio.
Keusilan Jio berakhir saat pintu lift terbuka. Mereka berjalan menuju depan apartemen dan segera pergi. Pergi kembali ke rumah Rere.
Perjalanan kota Bandung yang sangat padat membuat mereka harus sampai dengan sedikit lama. Namun, perjalanan itu akhirnya menuntun mereka ke gerbang rumah Rere.
Mereka berdua serentak turun dari mobil. Jio berniat ingin mengangantarkan Rere sampai ke depan pintu rumah. Namun, Rere yang tau sikap ibunya itu malah melarang. Ia takut akan terjadi perseteruan lagi akibat kesalahpahaman.
"Udah Ji. Gua bisa sendiri kok." Ujar Rere sembari tersenyum ke arah Jio. Berusaha meyakinkan dan mengode Jio untuk pulang.
"Yakin gua ga perlu pamit sama nyokap lo?" tanya Jio meyakinkan lagi.
"Nggak usah nanti nyokap marah." Sahut Rere mendorong Jio untuk segera masuk ke mobil. Namun, Jio tetap berdiri di samping mobil nya ingin memastikan bahwa Rere baik-baik saja.
Rere yang mengira Jio akan pergi itu langsung masuk ke rumah. Perlahan membuka pintu agar yang di dalam rumah tidak sadar akan kehadirannya.
Namun, baru saja akan melangkah masuk. Dari ruang tamu menuju depan pintu sudah berjalan sosok seorang wanita. Sosok yang beberapa hari lalu membuat ia rindu akan seseorang yang telah pergi.
Wanita itu tak berkata apa-apa. Ia menghampiri dan langsung memeluk Rere. Ia memeluk erat Rere di depan pintu rumahnya itu.
"Maafin mama Re." Ujarnya sembari meneteskan air mata.
Rere hanya bisa mengelus lembut pundak malaikatnya itu. Berusaha meyakinkan bahwa tidak ada marah lagi di hatinya. Jio yang melihat suasana itu terharu akan kedekatan ibu dan anak. Setelah melihat itu ia yakin bahwa Rere akan baik-baik saja.
Jio pun memutuskan untuk segera pergi sebelum ibu Rere melihatnya. Namun, Mama Rere yang sedang berpelukan itu tepat mengarah ke Jio. Melihat persis wajah laki-laki yang hendak masuk ke mobil itu.
"Eh tunggu nak." Sorak Mama Rere yang membuat langkah Jio terhenti.
"Saya?" tanya Jio tak percaya sembari menunjuk sendiri dirinya.
"Iya kamu, sini dulu." Sahut Mama Rere sembari melambaikan tangan agar Jio menuju ke arah mereka.
Jio akhirnya berjalan gontai ke arah dua wanita itu. Sementara Rere terpaku memandang Ibunya itu. Ia takut jika Ibunya akan marah langsung ke Jio.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATAH SEBELAH [COMPLETED]
Teen FictionTentang Gadis 17 tahun bernama Reyna Rafasya yang belum pernah jatuh cinta, akhirnya dipertemukan oleh seseorang yang bisa merubah dunianya. Persahabatan hangat yang tanpa rasa, akhirnya berubah menjadi jalinan asmara. Reyna Rafasya, bersahabat erat...