Tepat di ujung hari Ari menepati janjinya untuk segera menuntaskan apa yang perlu dituntaskan ini.
Ari duduk di taman itu ditemani Vika. Sedangkan, Jio yang ditunggu nampak belum menunaikan ajakan Ari.
"Lo telfon Arey deh." Bujuk Vika sembari menyuruh Ari segera mengeluarkan ponselnya.
Ari tak menjawab ucapan Vika. Karena ia sudah sangat malas dengan tipu muslihat Vika ini. Ari segera menelpon Jio yang entah sekarang di mana.
"Halo Ji, lo jadi kan ke Taman Panda?" tanya Ari memastikan.
"Jadi, tapi tunggu sebentar dulu." Ujar Jio sembari menutup telfon.
Ari yang telah tau kepastian singkat itu hanya menunggu. Menunggu Jio entah sampai jam berapa. Dan yang lebih malasnya lagi adalah bersama Vika di sini.
***
"Halo sayang?" ujar Jio yang membuat Rere sedikit terkejut. Rere memang belum terbiasa dengan panggilan spesial itu."Iyaa. Kenapa Ji?" tanya Rere.
"Kamu sibuk gak hari ini?" tanya Jio balik yang membuat Rere semakin penasaran.
"Nggak. Lagi bosen juga sih. Mama kan baru pulang besok." Jawab Rere singkat.
"Yaudah, kamu siap-siap aku mau ke sana." Tegas Jio sembari menutup telfon.
"Tapi,...." Senggal Rere yang dibalas oleh bunyi suara telfon putus.
Rere yang masih bingung dengan kekasihnya itu segera bersiap. Menukar pakaian piamanya dengan kemeja maroon serta pita yang mengikat sebagian rambut belakangnya yang pendek itu.
Klakson mobil membuat Rere segera turun ke bawah. Pergi menemui si pemilik mobil itu.
"Ayo naik." Ujar Jio dari dalam mobil yang dibalas bukaan pintu oleh Rere.
"Kita mau kemana emang?" tanya Rere bingung.
"Liat aja nanti kamu juga paham."
Tegas Jio sembari meng-gas mobilnya ke alamat yang diminta Ari.Mobil itu melaju menuju Taman Panda. Membawa mereka menyusuri taman di siang hari ini.
Di kursi taman terlihat Ari dan seseorang di sana. Jio tak mengetahui sebelumnya bahwa Ari akan membawa Vika juga. Namun, dirinya telah menerka bahwa Ari pasti akan menghubungi Vika juga.
Jio berjalan menuju mereka sembari menggenggam tangan Rere. Rere yang bingung itu hanya bisa pasrah mengikuti Jio.
"Areeyy?" ujar wanita itu sembari berdiri dari tempat duduknya.
Sementara Rere yang masih terkejut Jio membawanya ke sini segera melepaskan genggaman tangannya. Namun, Jio tetap membiarkan tangan mereka saling menggenggam.
"Rere?" sapa Ari dengan nada terkejut.
Sementara Jio dan Rere sama-sama bungkam.
"Areyy, lo kenapa masih sama cewek ini sih?" ketus Vika bertanya ke Jio.
"Jadi, mau apa lo bawa gua ke sini?" tanya Jio tegas tanpa menghiraukan Vika.
"Duduk dulu Re, Ji." Ujar Ari sembari menunjuk kursi di sebelahnya.
"Terus terang aja Ri." Senggal Jio cepat.
"Gua ngajak kalian berdua ke sini sebenarnya cuma mau minta kejelasan." Tegas Ari kearah Jio dan Vika.
"Kejelasan apa Ri?" tanya Vika bingung.
"Gausah sok polos deh lo Vik. Lo kan yang udah muter fakta kalo seolah Jio yang nyakitin lo?" tanya Ari lugas.
"Fakta apa?" tanya Vika semakin bingung.
"Sekarang gua tanya sama lo. Lo selingkuh sama Aldo waktu itu?" tanya Ari lantang.
Sementara Rere hanya diam. Jio masih menggenggam tangan Rere yang berdiri di sampingnya.
"Emang kenapa kalo itu bohong?" tanya Vika membuka suara.
"Kenapa lo bilang? Kebohongan lo itu udah buat gua salah paham sama Jio." Jelas Ari.
"Itu salah lo siapa suruh mudah percaya." Sinis Vika ke arah Ari.
"Bener ternyata kata Aldo. Lo itu licik!" ketus Ari lagi.
"Kalo cuman buat bahas ini gua ga punya waktu." Bantah Vika dengan sinis.
"Areyy, lo kenapa bawa dia juga ke sini?" tanya Vika sembari menunjuk Rere.
"Bukan urusan lo!" bentak Jio sembari menyingkirkan tangan Vika dari wajah Rere.
"Sekarang lo jelasin dulu semuanya biar kita di sini denger dari mulut lo kalo emang lo yang salah." Jelas Ari meminta ke Vika.
"Baikk. Fine. Gua akan jelasin. Emang bener kata Aldo, gua ini licik, gua udah selingkuh sama Aldo waktu kita pacaran dulu Rey." Ujar Vika sembari menatap ke arah lain.
"Tapi ini semua karena Areyy." Tegas Vika menatap Jio.
"Lo ga bisa nyalahin orang lain atas apa yang lo lakuin." Ketus Ari membela sepupunya itu.
"Coba waktu kita pacaran dulu lo ga banyak ngelarang gua Rey. Kita sekarang mungkin masih sama-sama." Lirih Vika di depan tiga orang itu.
"Ga bisa!" tegas Jio lantang.
"Lo kan sayang banget Rey sama gua." Jelas Vika yang membuat hati Rere semakin memanas.
Beberapa kali ia hendak pergi dari tempat itu namun, tangannya terpaku oleh Jio.
"Sebaiknya lo jaga omongan lo!" ketus Jio menatap Vika tajam.
"Kenapa? Karena cewek kampungan ini?" tegas Vika sembari menyentuh pipi Rere.
"Jangan lo sentuh pacar gua!" sorak Jio sembari menyingkirkan tangan Vika. Rere terkejut dengan pernyataan Jio itu apalagi Ari. Ari bahkan sempat mengulang pernyataan itu dalam benaknya.
"Kalian pacaran?" tanya Ari lugas.
"Mulai sekarang lo berhenti sebut gua dengan nama panggilan lo itu." Ketus Jio.
"Karena sekarang, panggilan yang bisa gua terima cuma dari mulut wanita di sebelah gua!" tambah Jio lagi sembari menarik Rere untuk pulang.
"Reyy tunggu dulu!" sorak Vika menghentikan Jio yang terus berjalan pergi bersama Rere itu.
Rere hanya diam terpaku. Mengikuti kemana langkah Jio pergi. Sementara Ari dan Vika masih berdiam di sana. Mereka masih berada di posisi sebelumnya, menatap kepergian Jio dan Rere dari kursi taman itu.
----------------
Haiii Guyyss:)
Maaf kalau masih belum bagus yaa:"Jangan nilai sesuatu dari Cover apalagi Prolognya:)
Karena, kita butuh banyak halaman untuk paham apa yang sebenarnya ingin di sampaikan dalam cerita.
Terima kasih telah membaca.
Jangan lupa Vote, Follow dan Comment untuk saling support.Ig:bella.fadia
KAMU SEDANG MEMBACA
PATAH SEBELAH [COMPLETED]
Teen FictionTentang Gadis 17 tahun bernama Reyna Rafasya yang belum pernah jatuh cinta, akhirnya dipertemukan oleh seseorang yang bisa merubah dunianya. Persahabatan hangat yang tanpa rasa, akhirnya berubah menjadi jalinan asmara. Reyna Rafasya, bersahabat erat...