Penjelasan

124 30 2
                                    

"Gua minta maaf Ji." Lirih Rere terisak.

"Gua salah besar." Ujar Rere lagi.

"Gua bodoh." Bentak Rere dengan isakan.

Rere terus menggenggam tangan Jio dengan tangisan karena Jio belum juga sadar.

"Lo hebat Ji. Lo udah jadi pengganti Lisa di kelas baru. Lo jadi runner up kelas kita." Jelas Rere sembari meredakan tangisannya.

"Dan lo tau gak, lo dapet piala yang bagus banget." Tambah Rere lagi.

"Gua bangga punya pacar kayak lo." Ujar Rere singkat.

"Gua mohon sadar Ji." Lirih Rere dengan mata berkaca-kaca.

"Gua ga mau kehilangan lo." Ucap Rere sembari terisak lagi dalam tangisnya.

"Gua sayang lo Ji." Ujar Rere sembari menenggelamkan kepalanya dalam lingkup tangan Jio.

"Gua tarik ucapan gua di malam itu. Tapi, lo sadar ya. Gua mohon." Jelas Rere semakin larut dalam tangis.

Rere terus menangis sendiri diruangan itu. Tepat ditangan Jio. Tangisan Rere terhenti saat suara serak seseorang di hadapannya terdengar.

"Bener kamu mau tarik ucapan itu?" tanya Jio sembari memfokuskan matanya.

Air mata Rere seketika terhenti. Ia menatap wajah Jio dan segera memeluknya. Sementara Jio, mulai tersenyum tipis dan seketika rasa sakitnya hilang.

"Jadi, kita pacaran lagi kan?" tanya Jio memastikan.

Rere melepaskan pelukannya dan membisu. Ia menggenggam erat tangan Jio.

"Kenapa kamu bisa kayak gini?" tanya Rere memastikan.

"Suka aja." Goda Jio sembari tertawa kecil.

"Ihh... apaan sih." Ujar Rere kesal dengan jawaban ngasal milik Jio.

"Sayang, ga usah cemburu sama Vika. Waktu itu dia cuman nganterin kado yang sama sekali aku gak mintak." Jelas Jio yang mulai direnungi Rere.

"Terus kenapa dia cium kamu?" tanya Rere memalingkan wajahnya.

"Ngiri ya?" goda Jio menatap Rere yang hanya diam dengan pipi memerah.

"Becanda. Kamu juga bisa liat kan sayang, kalau aku tuh ga minta dicium." Jelas Jio sembari mengelus kepala Rere.

"Ree, kamu ingat kan? Kalau aku pernah bilang aku ga akan nyakitin bagian dari diri aku sendiri." Lirih Jio menatap Rere dalam.

"Kamu harus percaya itu Re." Ujar Jio.

"Kamu mau kan kasih aku kesempatan?" tanya Jio sekali lagi.

"Aku..." Ujar Rere yang langsung disambut suara pintu itu.

Kreeekk...

Suara pintu membuyarkan kehangatan mereka. Mata mereka kini tertuju pada Ari yang tengah menjinjing banyak makanan.

"Eh... udah sadar sepupu gua." Celetuk Ari sembari meletakkan makananya.

"Makasi ya bro." Ujar Jio menatap Ari.

"Ah, sok kayak orang lain lo." Bentak Ari sinis.

"Btw, lo dapet juara kelas lo ngalahin gua." Jelas Ari yang membuat senyum Jio semakin kembang.

"Oh ya? Gimana ceritanya?" tanya Jio penasaran dengan kejadian di sekolah tadi.

"Nanti kita ceritanya sambil makan aja." Ujar Ari sembari membuka beberapa kotak makanan di tempat tidur Jio itu.

PATAH SEBELAH [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang