Tepat hari kamis. Hari ke delapan mereka ujian. Hari terakhir pertempuran mereka dengan soal sebelum libur panjang. Hari ini Rere sedikit gelisah berharap apa yang mereka lakukan tidak ketahuan karena pengawas hari ini adalah salah satu guru killer di sekolahnya.
Rere duduk di kursinya dengan gugup. Sementara, Bu Mia tengah berjalan membagikan kertas ujian beserta lembar jawaban. Kini tiba giliran Rere menerima kertas itu.
Tanpa menatap sang pengawas Rere mengambil kertas itu dan segera mengisi identitasnya. Setelah identitasnya terisi, Rere segera meraba soal. Melihat dengan cermat berbagai macam senyawa yang ada di lembar itu.
"Ya ampun. Atom? Malah gua sering tidur lagi pas pelajaran." Rutuk Rere pada dirinya sendiri.
Sementara, Bu Mia yang telah siap membagikan kertas itu segera berdiri di depan meja para murid.
"Ingat! Jangan ada suara apalagi mencontek." Bentak Bu Mia yang killer itu.
"Siapa yang ketahuan akan ibu bawa ke kantor untuk tindakan lebih lanjut." Bentak Bu Mia lagi.
"Baik Bu." Sahut para murid dengan kegugupannya masing-masing itu.
Sementara Rere, dia berusaha memfokuskan diri pada soal yang jawabannya saja ia tidak tau apa. Rere berusaha mengisi beberapa soal yang sedikit familiar di benaknya.
Meski telah berusaha keras,tak banyak materi yang terjawab olehnya. Rere melihat jam dan tepat pukul 10.30. Itu artinya 30 menit lagi ujian akan usai. Rere menatap pintu dan melihat sosok Jio di sana. Namun, Bu Mia yang selalu berjalan mengelilingi kelas itu membuat Rere semakin ragu meminta izin.
Rere memberanikan diri untuk meminta izin agar Jio tak lama menunggu di luar.
"Permisi Bu." Ujar Rere sembari mengangkat sebelah tangannya.
"Waktu tinggal sebentar lagi." Balas Bu Mia dengan nada mengintrogasi.
"Cuma 2 menit Bu. Saya kebelet pipis." Ujar Rere sembari berdiri dan memegang perutnya.
"Yasudah, cepat." Sahut Bu Mia sembari berjalan menuju meja guru.
Rere berlari ke depan kelas. Menemui Jio yang tengah berada di depan pintu kelas. Rere segera menarik tangan Jio menuju ke kelas sebelah agar tidak terlihat Bu Mia.
"Bu Mia." Ujar Rere dengan sedikit cemas.
"Ini pegang." Balas Jio memberikan secarik kertas.
"Gua ga bisa Ji." Balas Rere singkat.
"Nilai lo." Ujar Jio sembari meletakkan kertas itu di tangan Rere.
"Tapi,..." Sahut Rere yang langsung disenggal Jio.
"Gua tau apa yang harus gua lakuin." Ujar Jio singkat sembari memegang pundak Rere.
Jio segera pergi ke kelasnya begitupun Rere. Ia masuk ke kelas dan langsung meraba saku. Memperhatikan sekeliling terutama Bu Mia.
"20 menit lagi ya." Ujar Bu Mia dengan mata yang terus memperhatikan sekeliling.
Rere semakin gugup dengan kunci yang ada di tangannya itu. Perlahan ia melihat dan menyalin kunci itu dengan sangat hati-hati.
Masih banyak isian yang perlu ia salin ke kolomnya itu. Rere terus menyalin kunci dengan kegugupan. Sementara, Bu Mia kembali mengecek para murid apakah ada yang mencontek atau tidak.
Rere terus melihat ke kunci sembari menyalin. Tanpa menyadari kalau Bu Mia akan berjalan ke arahnya. Dia terlalu fokus karena takut waktu habis sampai lupa akan hukuman.
"Apa itu?" tanya Bu Mia dari arah belakang yang membuat Rere segera menegakkan kepalanya.
"Ga ada buk." Sahut Rere cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATAH SEBELAH [COMPLETED]
Teen FictionTentang Gadis 17 tahun bernama Reyna Rafasya yang belum pernah jatuh cinta, akhirnya dipertemukan oleh seseorang yang bisa merubah dunianya. Persahabatan hangat yang tanpa rasa, akhirnya berubah menjadi jalinan asmara. Reyna Rafasya, bersahabat erat...