Jalan Bareng.

147 34 1
                                    

"Kamu mau boneka ga?" tanya Jio sembari menunjuk boneka yang ada di etalase mall itu.

"Mauu banget." Ujar Rere manja sembari masuk untuk melihat boneka berukuran 1,5 meter itu.

Boneka itu sungguh besar. Lebih besar dari Rere. Jio yang melihat itu gemas dengan raut wajah Rere.

"Ini mbak. Makasi ya." Ujar Jio sembari memberikan beberapa lembar uang.

"Sama-sama kak." Balas pelayan toko dengan senyum ramahnya itu.

Rere dan Jio segera menuju ke mobilnya yang ada di baseman untuk meletakkan boneka raksasa itu.

"Suka gak?" tanya Jio sembari menggenggam sebelah tangan boneka itu karena yang sebelah lagi dipegang Rere.

"Suka banget." Sahut Rere dengan pipi meronanya itu.

Mereka meletakkan boneka itu dan segera masuk ke mobil.

"Apapun akan gua kasih buat lo Re." Ujar Jio sembari mengelus rambut Rere yang sebahu itu.

"Gua ga mau dikasih banyak barang. Gua cuma mau dikasih hati lo sepenuhnya." Lirih Rere sembari merangkul sebelah tangan Jio.

Jio mulai bermain dengan gas. Menyusuri kota Bandung hendak menuju ke sebuah tempat.

Mobil mereka kini telah berhenti di sebuah arena wisata. Di sana terdapat banyak sekali permainan. Namun, Rere hanya tertuju pada komedi putar yang menurutnya aman.

"Yuk naik kereta hantu." Ujar Jio sembari menarik Rere.

"Nggak aku mau ke sana aja." Balas Rere sembari melangkah ke arah yang berbeda.

"Ih ayukk." Ajak Jio sembari menarik Rere yang kini hanya bisa diam dengan rasa takut di depan petugas karcis.

"Makasi ya mas." Sahut Jio kepada petugas sembari berlalu kedalam untuk naik ke kereta hantu.

"Eh, Ji gua sakit perut." Ujar Rere dengan wajah cemasnya yang Jio tau kalau itu karena takut.

"Bilang aja takut." Ujar Jio sembari memasangkan sabuk pengaman ke tubuh Rere.

Rasa takut Rere terpaksa harus ia pendam agar tidak ditertawakan Jio. Kereta itu melaju ditemani lorong gelap. Sangat gelap. Sesekali ada penampakan beberapa hantu yang diam.

"Aaaaaaa.." Sorak Rere sembari bersembunyi di balik lengan Jio.

Sedangkan Jio yang mencari kesempatan itu tersenyum manis. Ia mengira Rere akan terus seperti itu sampai kereta ini tiba.

"Aaaaa.." Sorakan Rere terdengar beberapa kali.

"Udah tenang ada aku." Ujar Jio meyakinkan.

Sementara Rere tengah dibasahi keringat dingin itu kini telah tidak sadarkan diri. Terpaku pada lengan Jio yang dirinya sendiri mengira Rere masih sadar.

Kereta itu membawa penumpang ke lorong terang. Menandakan perjalanan telah habis dan usai. Beberapa penumpang sudah turun. Namun, Jio masih terpaku di sana.

"Reee. Udah selesai... ayo." Ujar Jio sembari menyentuh Rere.

"Reee." Ujar Jio lagi yang tak digubris oleh Rere itu.

Hal ini membuat Jio panik. Mengecek Rere yang ternyata pingsan. Jio yang panik segera menggendong Rere sepanjang arena. Beberapa orang memperhatikan mereka namun, Jio terus melangkah menuju mobil.

Disana Jio meletakkan Rere di kursi depan seperti biasa. Ia mengambil minyak angin dan mengoleskannya di hidung Rere.

"Reee.. sadarrr Ree." Ujar Jio sembari mengusap aroma minyak angin itu ke hidung Rere.

PATAH SEBELAH [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang