Depresi

161 30 2
                                    

Tepat seminggu sejak tahun baru itu berlalu. Kini para siswa telah melakukan aktivitas normalnya kembali sebagai pelajar tak terkecuali Rere.

Rere masih menetap di atas ranjang itu. Dengan secarik luka dan rasa yang menyiksa.

"Kenapa lo tinggalin gua setelah apa yang gua perjuangin buat lo?" lirih Rere sendu.

"Lo jahat banget Ji!" ketus Rere.

Tokk... tokk.

Seseorang tengah mengetok kamar Rere dan mencoba masuk. Sementara Rere hanya diam tak berkutip dalam selimutnya itu. Ia segera menyeka beberapa air mata yang masih tertinggal itu.

"Ree... bangun.... ayo sekolah." Ujar Bu Maya masuk dan membuka selimut Rere itu.

"Rere masih demam Ma." Ujar Rere singkat.

"Nggak panas kok sama kayak sebelumnya." Ujar Bu Maya melepas tangannya dari kening Rere.

"Udah seminggu loh kamu ga sekolah. Obat demamnya juga ga diminum." Sahut Bu Maya.

"Nanti Rere minum Ma." Balas Rere menarik kembali selimutnya.

"Sebenernya kamu ada masalah apa sih?" tanya Bu Maya duduk disebelah Rere.

"Sini cerita sama Mama." Ujar Bu Maya mengelus kepala Rere.

"Nggak kok Ma. Cuman ga enak badan." Jelas Rere singkat.

"Jujur sama Mama. Mama tau siapa anak Mama." Ujar Bu Maya.

Rere beralih duduk dan memeluk Bu Maya. Dia menangis dan meluapkan semua yang ia rasakan kepada malaikatnya itu.

"Kenapa sayang?" tanya Bu Maya menatap wajah Rere.

Rere terus menangis dan memeluk Bu Maya erat.

"Luapin aja semuanya. Nanti baru cerita." Ujar Bu Maya memeluk Rere.

Rere menangis dipelukan Bu Maya cukup lama. Sementara Bu Maya, dia hanya menatap putrinya iba.

"Sekarang ceritain." Ujar Bu Maya merenggangkan pelukannya.

"Mama bener." Ujar Rere singkat.

"Bener? Maksud nya?" tanya Bu Maya heran.

"Iya Ma. Jio selingkuhin Rere sama temen Rere sendiri." Ujar Rere lantang.

"Dia ninggalin Rere begitu aja." Sahut Rere.

"Padahal Rere sayang banget sama dia." Jelas Rere mantap.

"Dengerin Mama ya." Ujar Bu Maya mengelus kening Rere.

"Dari pertama Mama juga udah ga srek sama dia." Ketus Bu Maya.

"Ini yang Mama takutin. Bukannya ngelarang kamu kenal sama cowok lebih jauh." Ujar Bu Maya.

"Tapi, Mama ga mau masa depan kamu dan waktu kamu terbuang untuk hal kaya gini." Ujar Bu Maya lagi.

"Maafin Rere Ma." Ujar Rere lagi.

"Apalagi kalau nginget Linda." Lirih Bu Maya.

"Kak Linda?" tanya Rere lagi.

"Iya. Mama ga bisa lupain kejadian dia bunuh diri di malam itu." Sahut Bu Maya.

"Mama ga bisa hilangin rasa bersalah Mama atas kematian dia." Ujar Bu Maya sendu.

"Rere sekarang juga ngerasain beratnya beban itu Ma." Ujar Rere pasrah.

PATAH SEBELAH [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang