--ALFIRA 17--

1.7K 104 3
                                    

Kita punya keinginan, tapi semesta punya kenyataan.

~ Syafira Amalia ~

--ALFIRA--

Saat ini Fira sedang duduk di atas tempat tidurnya sambil menangis tersedu-sedu. Ingatannya kembali terputar pada saat Papa nya membawanya ke klinik untuk mengambil darahnya.

Flashback on.
Saat ini Fira sudah masuk ke dalam sebuah ruangan bernuansa putih dengan seorang dokter laki-laki didalamnya.

" Ra nggak mau Pa." Ucap Fira lirih.

Tio tidak sama sekali menghiraukan ucapan Fira. Dia malah semakin mencengkram tangan Fira kuat-kuat dan langsung membawanya menuju ke ranjang klinik itu.

" Dia adalah orang yang saya maksud akan mendonorkan darahnya." Ucap Tio kepada dokter yang Fira ketahui bernama Bima dari baju seragam dokternya.

" Bukannya dia itu gadis yang beberapa Minggu lalu kamu bawa kesini untuk mendonorkan darahnya?" Tanya Bima sambil menatap Fira. Tio hanya mengangguk sebagai jawaban.

" Apa kamu gila? Coba lihat dia! Dia sendiri sepertinya keberatan mendonorkan darahnya, tapi kenapa kamu memaksanya!?!" Ucap Bima sambil menunjuk Fira yang terbaring lemah.

" Biar ku ingatkan lagi, tugasmu disini itu hanya untuk mengambil darahnya. Bukan untuk menasehatiku. Kau dibayar bukan untuk menjadi seorang penceramah! Dia adalah putriku. Jadi aku berhak melakukan apapun padanya! Jadi jangan ikut campur!" Balas Tio sambil menyuruh dokter Bima untuk segera mengambil darah Fira.

Akhirnya dokter Bima hanya bisa pasrah dan memilih melakukan tugasnya sebagai dokter. Dia sadar, disini tugasnya hanya sebagai dokter. Tidak lebih dan tidak kurang. Dia tidak diperbolehkan mencampuri urusan pasiennya karena dia tidak memiliki hak itu.

Selang 1 jam kemudian, dokter Bima selesai dengan pekerjaannya. Dia pun segera menghampiri Tio yang sudah menunggu di mejanya.

" Sudah selesai?" Tanya Tio. Dokter Bima hanya mengangguk sebagai balasan.

Tio pun langsung berdiri dan menghampiri Fira yang duduk di atas ranjang klinik dan masih merasa lemas.

" Ayo! Cepet turun! Mau pulang nggak!?!" Gertak Tio sambil menarik tangan Fira.

" Tio! Biarkan dia istirahat sebentar! Dia itu masih sangat lemas!" Cegah Bima.

" Lebih baik kamu tutup mulut dan tetap diam." Balas Tio lalu membawa Fira keluar dari dalam ruangannya.

Sesampainya di parkiran...

Fira tiba-tiba menahan tangan Tio yang sedang menyeretnya. Dan itu membuat Tio berhenti dan menatapnya tajam.

" Pa-papa kenapa jahat ba-banget sama Ra? Memangnya Ra sa-salah a-apa sama Papa?" Tanya Fira dengan berlinang air mata dan juga sesenggukan.

" Sudahlah, jangan banyak drama kamu! Cepet masuk!?!" Balas Tio kembali menarik Fira.

" Jawab dulu pertanyaan Ra! Ra salah apa sama Papa..." Ucap Fira sambil terus menahan Tio.

ALFIRA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang