"Gaara, aku baik baik saja."
"Sstt... Aku hanya ingin Menganti perbanmu"
"Tapi aku baru diperban beberapa jam yang lalu"
Gaara tidak mendengarkan Sakura. ia tetap dengan aktivitasnya.
Sakura, ia hanya bisa menatap sendu pada Gaara. Jika Gaara terus seperti ini padanya. Ia akan semakin sulit melupakan lelaki itu. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin menangis karena perasaannya yang tidak bisa ia kendalikan.
Ini sangat sulit baginya. Tak lama lagi Gaara akan menjadi milik orang lain dan hatinya masih terombang Ambing. Ini bukan salah gaara. Ini salah nya sendiri yang terlalu naif.
"Sakura, aku buatkan teh hangat untukmu"
Sakura mendongak dan tersenyum manis pada Hinata" terima kasih"
"Hmm..." Hinata ikut duduk ditepi kasur dekat Sakura.
"Apa masih terasa sakit?"
"Tidak. Aku tidak apa. Sasuke itu terlalu berlebihan. Dia juga pemaksa. "
Hinata terkekeh. " Dia khawatir padamu."
Sakura mendengus. Ia bersyukur Hinata datang. Karena dengan itu ia bisa sejenak tidak terbuai dengan perhatian Gaara.
"Dimana Temari?"
"Dia sedang mandi. "
"Dan Naruto?"
"Naruto-kun pergi ke villa sebelah. Tempat Shikamaru dan Sasuke"
"Apa?... Jadi mereka juga menyewa villa disini?"
Hinata mengangguk setuju.
"Selesai..." Ucapan Gaara membuat keduanya menoleh.
"Terimakasih Gaara"
"Sama sama. Aku pergi dulu sebentar"
"Ya."
Hinata kembali menatap Sakura.
" Sakura... Aku rasa Sasuke menyukaimu"
"Tidak mungkin"
"Tapi aku merasa begitu"
"Itu hanya perasaanmu saja."
.
.
.
.
.
."Hallo...?"
"Gaara-kun. Besok aku sampai di meldives. Kau akan menjemputmu, kan?"
"Tentu saja. Beritahu aku jam berapa kau sampai. Aku juga sudah menyiapkan semuanya. Aku akan memberitahu semua temanku aku akan menikah dengan mu"
"Hmm... Kalo begitu aku matikan teleponnya. Sampai jumpa Gaara-kun"
"Ya... Sampai jumpa tayuya''
Gaara kembali memasukan ponselnya dalam saku celana. Ia tak sabar memberi kejutan semua orang. Akan bagaimana reaksi teman temannya saat mengetahui ia akan menikah dan mendahului mereka semua.
.
.
.
.Sasuke terdiam dalam kamar yang sudah Shikamaru tentukan untuknya.
Pandangannya tak lepas dari jendela yang menuju langsung pada villa disebelahnya walaupun banyak pepohonan yang menghalangi.Pikirannya tengah kusut.
"Apakah ini yang dinamakan patah hati?" Ujarnya lirih.
"Kenapa Sakura tidak bisa melirikku. Aku sudah dua tahun mengejarnya. Tapi dia sama sekali tidak tertarik padaku. Dan sekarang... Aku malah melihat sendiri tatapan penuh cinta Sakura untuk orang lain." Gerutunya
"Huh... Apa perjuanganku selama ini tidak cukup?"
Sasuke kembali terdiam. Apa ini waktunya menyerah. Mungkin Sakura memang tidak ditakdirkan untuk nya.
"Aku jadi bingung seperti ini. "
Tok..tok..tok..
Sasuke beralih menatap pintu kamar.
"Masuk"
"Maaf tuan. Ada telepon dari nyonya Mikoto ." Ujar Sai seraya menunduk hormat.
"Hmm... Berikan ponselnya padaku"
Sai kembali berlalu saat sudah memberikan ponsel milik Sasuke.
"Sasuke..."
"Iya ibu."
"Apa kau benar benar pergi berlibur?"
"Iya. Tapi aku bukan sepenuhnya berlibur. Aku ada pertemuan penting disini"
"Sasuke... Kenapa kau tidak mengajak ibu? Ibu kesepian disini"
"Kan ada ayah"
"ayahmu selalu pulang larut. Sementara kakakmu sekarang jarang kesini"
"Maaf ibu. Aku pikir ibu tidak akan. Tertarik."
"Tapi sasuke., Ibu dengar kau sedang jatuh cinta pada seseorang. Apa sebenarnya kau pergi untuk menemuinya."
Ya. Jawaban yang benar. Entah dari mana ibunya selalu bisa menebak sesuatu yang terjadi padanya.
"Iya..." Ujar nya tanpa berbohong.
"Huh... Ibu sudah duga. Dan apa gadis yang kau incar belum menerimamu?"
"Dari mana ibu tahu?" Ujarnya tak percaya.
"Insting seorang ibu. Tenang saja. Kau hanya perlu berjuang keras. Jangan sampai gadismu direbut nanti"
"Tapi aku sudah mulai lelah ibu"
"Hey... Kau itu putraku. Tidak ada kata menyerah dalam kamusmu"
"Entahlah, ibun gadis yang kusukai sepertinAenyukai orang lain"
"Begitu?..."
Suara ibunya terdengar ragu. Lalu mereka sama sama terdiam.
"Em... Kalau begitu.... Ibu juga tidak tau. "
"Tak apa ibun mungkin dia bukan ditakdirkan untukku"
"Kau terdengar sedih. Pasti kau sangat mencintainya, kan?"
"Hmm.."
"Ibu tidak tau harus mengatakan apa. Tapi firasat ibu. Kau pasti akan mendapatkannya. Percayalah..."
"Terimakasih, Bu. "
Firasat. Itu hanya firasat ibunya. Tapi itu seperti cahaya dikegelapan Sasuke. Perkataan dan firasat ibunya selama ini tidak pernah salah. Bolehkah ia berharap bahwa firasat ibunya kali ini juga tidak akan salah? Sakura akan ia dapatkan.
.
.
.
.Seperti biasa... Double up. Jangan lupa VOMMENT nya. Dan kalo bersedia tolong share cerita aku dan follow aku juga...(banyak kemauan ya si author)
Maaf kalo banyak typo ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
squad
Teen FictionIni kisah perjalanan para lelaki untuk mendapatkan cinta para gadis yang mereka sukai. Sasuke x sakura Naruto x Hinata Shikamaru x Temari Sai x ino ******* Pinjem karakternya....