15

1K 113 11
                                    

Makasih banget buat kalian yang udah nungguin cerita aku ini. Walaupun ceritanya sangat...amat....gak jelas.

Makasih buat readers semua....:):):)



Lelaki dengan kulit putih pucat itu tengah berdiri tegak dengan kedua lengan yang ia salipkan di saku celana yang tengah ia pakai.

Kepalanya mendongak, memandang lurus pada bintang bintang dilangit malam.

Helaan nafas terdengar keluar dari mulutnya. Ini adalah kebiasaannya. Sejak Ino sahabatnya mempunyai kekasih. Ia melakukan hal ini dengan sendiri karena dulu biasanya ia selalu memandangi langit malam ditemani Ino.

"Hey... Sedang apa kau?"

Sai berbalik dan menemukan atasannya yang tengah berdecak pinggang.

"Emm... Maaf tuan. Apa anda perlu sesuatu?"

Sasuke terkekeh lalu berjalan mendekat kearah Sai.

"Tidak usah terlalu formal seperti itu. Ini bukan dikantor. Lagi pula kita sepertinya seumuran.''

Sai mengangguk patuh.

"Sebelumnya aku ingin minta maaf"

"Aku menyelidiki latar belakangmu. Ternyata kau juga salah satu anak dari pengusaha. Tapi, kenapa kau malah bekerja di orang lain?"

"Saya hanya ingin belajar dari bawah"

"Aku sudah bilang jangan formal seperti itu. Dan lagi, panggil aku Sasuke diluar maupun di dalam kantor"

Sai mengangguk.

Mereka sama sama terdiam. Sai melihat kearah Sasuke yang kini tengah menatap langit yang tadi ia tatap.

"Melihat bintang seperti ini ternyata tidak terlalu buruk. Pantas saja dari tadi kau sama sekali tidak berkutik"

"Itu kebiasaanku"

"Terasa cukup menenangkan"

Sai mengangguk setuju.

"Bukankah sekarang sedang ada pesta jagung bakar divilla sebelah? Kenapa kau tidak ikut?"  Sai bertanya tanpa kata kata formal seperti yang diperintahkan Sasuke.

"Aku sedang tidak ingin"

"Kau bersahabat dengan Ino sudah lama?" Sasuke mengalihkan pembicaraan.

"Dari kami kecil. "

"Ino juga sahabatku. Dia selalu membantuku dalam suatu hal"

"Seorang gadis?" Tebak Sai.

Sasuke menatap terkejut. "Dari mana kau tau?''

"Hanya menebak. Dan apa kau mencintai sahabat Ino yang memiliki rambut pink tadi? "

Sasuke mengangguk. Ia merasa heran, tadi ibunya, sekarang sekretarisnya bisa menebak keadaannya. Apa mungkin ia terlalu memperlihatkan rasa sukanya pada sakura ?

"Aku tebak, Ino selalu memberimu cara dan informasi agar kau bisa dekat dengan gadis itu"

"Kau benar"

"Dan aku bisa menebak bahwa gadis itu mencintai orang lain. "

"Dari mana kau tau?"

"Hanya menebak"

Sasuke mendengus keras.

"Bagaimana dengan Ino?"

Sai terdiam. Melihat itu, Sasuke tersenyum mengejek.

"Kami hanya sahabat."

"Jangan membohongiku. Aku juga bisa baca tatapan seseorang. Tatapanmu pada Ino tadi sama seperti tatapanku pada Sakura"

Lagi, Sai hanya bisa terdiam karena ucapan Sasuke memang benar adanya.

"Jadi, kita sama?"

Sai tertawa canggung. "Tidak... Aku... Maksudku. Kami hanya bersahabat. Dan itu murni"

"Aku tidak bodoh. Kau mencintainya.
Kau mencintai Ino sahabatmu dan sekarang... Kau berusaha mengelak."

Sai lagi lagi terdiam. Bingung ingin mengatakan apa.

"Benarkan?"

Beberapa menit terdiam, Sai akhirnya mengangguk seraya tersenyum.

.
.
.
.
.
.


"Ini sudah larut. Sebaiknya kita istirahat sekarang"

Semua orang mengangguk setuju.

"Gaara dimana?''

Semua orang terdiam lalu saling memandang satu sama lain. Mereka melupakan Gaara yang sudah lama tidak ada diantara mereka.

"Ya ampun. Kenapa aku bisa melupakan adikku sendiri" ujar Temari seraya menepuk keningnya.

"Aku baru menyadarinya. Pantas saja aku merasa kurang"

Tak lama, Gaara datang dengan seorang gadis yang tangannya ia gandeng.

Semua menetap heran pada Gaara begitupun gadis itu. Lain halnya dengan Sakura, ia malah menundukan kepalanya. Ia tahu gadis yang digandeng Gaara pasti calon istri lelaki itu.

Tanpa bisa ditahan, air matanya jatuh begitu saja. Langsung saja Sakura menghapus airmatanya sebelum semua melihatnya.

Temari lebih dulu menghampiri Gaara.

"Siapa gadis ini, Gaara?"

Gaara tersenyum penuh arti.

Ia mengabaikan Temari dan malah membawa gadis itu kehadapan semua orang.

"Aku ingin mengatakan sesuatu"

Semua orang tampak terdiam mendengarkan.

"Sebelumnya, aku ingin mengenalkan kalian kepada seseorang."

Gaara melirik pada Tayuya lalu saling melempar senyum.

"Dia Tayuya. Calon istriku"

Semua orang terkejut tak percaya. Bahkan Temari membekap mulutnya yang terbuka lebar. Ia tidak menyangka adiknya yang sama sekali tidak pernah terlihat membawa gadis kini mengatakan bahwa gadis disampingnya adalah calon istrinya.

"Ini sebenarnya mendadak. Rencana awal, aku ingin mengenalkan kalian besok malam. Tapi ternyata Tayuya sampai disini lebih awal. "

" Tapi... Gaara, ini..."

"Terkejut?"

"Tentu saja. Kau tidak pernah terlihat bersama gadis. Dan sekarang..." Temari tidak mampu berkata-kata.

"Ayolah kakak ku sayang.... " Gaara mendekat kearah Temari lalu memeluk bahu Temari.

"Aku sudah mengatakan ini pada ayah dan ibu. Mereka juga sama terkejut. Tapi kemudian mereka terlihat sangat bahagia. Kau... Kau juga harusnya terlihat bahagia."

Tayuya mendekat. "Hai kak. Kau pasti kak Temari, kan? Gaara selalu menceritakan kalian semua padaku. "

Tayuya mengulurkan tangannya lalu dibalas oleh Temari.

"Kau pasti Naruto, kan?" Tayuya menunjuk Naruto.

"Kau Ino, kau Hinata dan kau.... Sakura" ujarnya seraya menunjuk mereka satu persatu.

"Aku dan Gaara memutuskan langsung menikah. Hubungan kami tidak terlalu lama. Tapi kami memang berencana untuk langsung menikah dari pada pacaran atau tunangan dulu." Jelas Tayuya dengan senyum yang tak luntur diwajahnya.

"Jadi... Aku harap kalian bisa menerimaku dengan baik." Lanjutnya penuh harap.

Hinata menghampiri Tayuya lalu menggandeng tangan gadis itu.

"Kami pasti akan menerimamu dengan baik. Tadi kami hanya terlalu terkejut."

"Terimakasih"

.
.
.
.
.




squadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang