12

1K 98 4
                                    



Maaf aku up nya lama... ...
Happy reading ya!!!
Jangan lupa VOMMENT.
Maaf kalo banyak typo....


Semua orang tengah berada didepan halaman villa. Mereka menunggu Sasuke yang akan mengantar Sakura.

Awalnya, Ino, Temari dan Hinata memaksa ingin pergi dan melihat Sakura Dirumah sakit. Tapi, para lelaki berhasil memenangkan mereka.

"Kenapa Sasuke belum sampai juga..." Ujar Hinata seraya menggigit kukunya khawatir.

"Tenanglah Hinata. Sasuke bilang Sakura baik baik saja." Naruto kembali menenagkang.

Tak lama, mobil taxi yang ditumpangi Sasuke sampai divilla. Mereka sontak berdiri dan menghampiri Sasuke yang lebih dahulu keluar dari taxi.

Sakura keluar disusul oleh Sai. Ino yang melihat sahabatnya sontak membulatkan matanya.

"Sai..." Gumamnya tak percaya.

"Sakura... Kau baik baik saja... Tidak ada yang luka, kan.?"

Sakura menggeleng. "Aku baik baik saja. Hanya terkilir. "

"Kau sampai masuk rumah sakit. pasti ini sangat parah." Gaara menghampiri Sakura membuat gadis itu menunduk ragu.

Semua terdiam saat melihat Gaara yang berjongkok didepan kaki Sakura yang diperban lalu memegangnya perlahan.

"Apakah ini sakit?" Tanyanya khawatir.

Sakura menggeleng pelan.

Sementara itu, Sasuke hanya bisa melihat interaksi keduanya. Pemikirannya memang benar. Sakura menyukai lelaki yang saat ini berjongkok didepannya.

Ia bisa melihat tatapan berbeda yang ditunjukan Sakura untuk lelaki berambut merah itu. Apa ia memang harus menyerah?

" Aku pikir kau sakit parah, Sakura" Temari berujar seraya bernafas lega.

"Aku sudah bilang aku baik baik saja. Dia saja yang keterlaluan. " Sakura melirik sinis pada Sasuke.

"Aku hanya khawatir"balas lelaki itu.

" Sudah...sudah... Lebih baik kita masuk sekarang. "

Hinata mengangguk setuju. "Ayo Sakura. Aku akan memapah mu"

"Tidak.  Aku akan menggendongnya"

Gaara sigap mengendong Sakura lalu membawanya masuk kedalam Villa diikuti Temari dan Hinata.

Naruto mendekati Sasuke yang terdiam ditempatnya. Ia menepuk pelan bahu Sasuke.

"Kau tidak akan menyerah, kan?" Tanya Naruto pada sahabatnya itu.

"Aku tidak tau" ujarnya lemas.

"Entahlah... Aku juga sebenarnya bingung. Tapi aku mengharapkan yang terbaik untuk kalian berdua"

Sasuke mengangguk. "Terima kasih..."

Naruto balas mengangguk lalu berlalu pergi meninggalkan Ino, Sai dan Sasuke.

"Sai, ayo ." Sasuke berujar seraya melirik ke arah Sai.

"Tunggu. Kau mengenal Sai?" Tanya Ino bingung.

"Hmmm... Dia sekretaris baru, ku"

Kedua mata Ino membulat tak percaya. "Benarkah? Syukurlah... Sai, Sasuke itu temanku. "

Sai melirik pada Sasuke begitupun sebaliknya.

"Sasuke. Dia sahabat baik ku, Sai. Aku harap kau tidak memperkerjakan hal hal aneh pada sahabatku ini" ancam Ino.

" Aku bos nya kalau kau lupa "

Ino mengedikan bahu. " Em.. Sasuke, aku ingin bicara sebentar dengan Sai. Boleh, kan?"

Sasuke mengangguk. "Sai, jika urusan kalian sudah selesai. Kau susul aku divilla sebelah sana"

"Baik tuan Sasuke."

Sasuke berbalik hendak membayar ongkos taxi. Setelah itu berlalu pergi menuju Villa tempat Shikamaru.

Ino menatap Sai lalu memeluk tubuh sahabatnya erat.

"Aku merindukanmu"

Sai diam. Ia tidak membalas ucapan dan pelukan Ino.

Lelaki itu bergerak melepaskan pelukan Ino. "Ino, itu tidak baik."

Ino mengernyit. "Kenapa? Kau sahabatku"

"Jika Utakata melihat kita. Dia bisa salah paham"

"Tapi dia tidak melihatnya. Lagi pula Utakata tau kalau kau sahabat terbaikku"

"Itu hanya ucapannya saja.  Hatinya sebenarnya tidak akan bisa menerima"

"Dari mana pemikiran mu itu? " Protes Ino tak terima.

"Aku lelaki. sama sepertinya"

Ino terdiam. Ia jadi semakin bingung dengan semua nya. Utakata? Sai? Entahlah.

Ia hanya ingin dekat dengan keduanya. Tanpa ada jarak dengan salah satu dari mereka seperti sekarang. Ia yang seperti jauh dengan Sai.

"Sai... Apa kau menjauhiku?"

Sai terdiam lalu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak menjauhimu"

Ino kembali memeluk tubuh Sai. Ia tidak peduli dengan ucapan Sai tadi.

"Tapi aku merasa kita semakin menjauh. Apa itu karena aku sudah memiliki pacar?"

Ino memejamkan matanya. Pelukan nyaman Sai memang tak pernah berubah. Ia ingin merasakan ini setiap saat.

"Apa perkataan ku benar?"

"Tidak...."

.
.
.
.
.

squadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang