22

872 112 1
                                    

Hai.... Cerita paling gaje dan absurd ini balik lagi. Maaf kalo aku up nya kelamaan. Aku susah mikir sama cerita yang ini.

Jadi mohon maaf kalo alurnya berantakan atau apalah kesalahan lainnya. Mohon dimaklumi ya....

Happy reading

.
.

Lelaki putih pucat itu berjalan dengan terburu buru memasuki gedung rumah sakit tempat ayahnya dirawat.
Sai-lelaki itu tadi mendapat kabar bahwa ayahnya sakit hingga harus dirawat Dirumah sakit.

Ya, sebenarnya Sai sudah pulang dari Meldives. Ia diperintah Sasuke untuk mengurus urusan kantor setelah meeting penting di Meldives selesai.

Setelah meminta izin, ia akhirnya bisa pergi dari kantor tempat bekerjanya dan langsung pergi kerumah sakit.

"Ayah...." Panggil Sai saat ia sudah sampai diruangan ayahnya.

"Sai..." Lirih ayahnya.

"Ayah baik baik saja? Dimana ibu?"

"Ayah baik. Ibumu ayah suruh pulang. Ayah lihat ibumu seperti kelelahan, karena itu ayah menyuruhnya istirahat Dirumah."

Sai mengangguk lalu mendudukan dirinya dikursi samping bangkar ayahnya.

"Sebenarnya ayah sakit apa?" Tanya Sai lembut.

Ia memang tidak tau apa apa mengenai penyakit ayahnya. Saat ia bertanya, ibu dan ayahnya seperti menyembunyikan semuanya. Mereka hanya mengatakan kalau ayahnya itu hanya kelelahan.

"Ayah tidak apa apa. Ayah hanya-..."

"Ayah, jangan berbohong padaku"

"Tapi ayah memang baik baik saja"

Sai menggeleng. " Tidak ayah. Jika ayah memang hanya kelelahan, tidak mungkin ayah sering keluar masuk rumah sakit. Ayah, katakan padaku apa yang terjadi pada ayah..."

Sang ayah hanya menatap nya datar. Setelah beberapa menit berlalu, ayahnya akhirnya membuka mulut.

"Sai...sebaiknya nanti saja ibu yang memberitahukan ini padamu. Ayah sekarang ingin meminta sesuatu padamu."

"Apa?"

"Ayah mohon, kau uruslah perusahaan keluarga kita. ayah sudah tidak sesehat dulu. Ayah tidak bisa menjamin kalo perusahaan kita tidak akan bangkrut kelak. Keadaan ayah sudah sangat berbeda. Ayah mohon, kau uruslah perusahaan keluarga kita.

Ayah tau, niatmu baik. Kau ingin menjadi pria mandiri. Tapi tidak ada pilihan lain. Jika bukan kau, siapa lagi yang akan mengurus perusahaan kita? Apalagi sekarang ayah mendapat banyak masalah. Ayah harap kau mau menerima dan memperbaiki semua yang terjadi diperusahaan."

Sai terdiam sejenak. Padahal pekerjaannya saat ini sangat nyaman untuknya. Jika ia menjadi pemimpin, ia belum bisa menjamin. Kemampuannya memimpin perusahaan masihlah sangat minim. Tapi, perkataan ayahnya Memang benar. Siapa lagi jika bukan dirinya yang mengurus perusahaan. Ia anak satu satunya.

Sepertinya ia memang harus mengambil langkah ini. Ia harus keluar dari pekerjaannya sekarang dan mulai belajar memimpin perusahaan.

"Baiklah Ayah, aku akan mengurus perusahaan. Tapi, aku masih butuh bantuan ayah. Aku akan keluar dari pekerjaan ku sekarang"

Ayahnya tersenyum lebar. "Terima kasih Sai. Ayah akan membantumu nanti"

.
.
.
.
.

"Jadi??? Kau setuju dengan persyaratannya?"

Temari menatap tajam pada Shikamaru yang duduk tenang dihadapannya.

"Hey... Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Temari mendengus kesal. Bagaimana tidak? Baru saja ia sampai, Shikamaru sudah menyodorkan sebuah kertas yang berisi perjanjian.

Shikamaru mau menjadi lelaki yang akan dikenalkan dengan kedua orang tua Temari jika:
1.Temari harus menjadi kekasih asli Shikamaru.
2. Temari tidak boleh memutuskan Shikamaru secara sepihak nanti.
3. Temari harus menuruti permintaan Shikamaru .

Harus dilakukan saat sudah ditanda tangani. Jika Temari melanggar, Shikamaru bisa mengambil semua milik Temari tanpa terkecuali.

Memang kertas itu berisi tulisan singkat. namun, maknanya cukup membuat Temari kesal. Jika seperti ini, rencana awalnya tentu saja gagal.

"Kenapa kau malah diam?"

Ingin sekali Temari menampar wajah datar lelaki didepannya itu. Jika saja ia bisa menemukan orang lain, ia sangat tidak ingin berurusan dengan lelaki itu. Tapi ia juga tidak punya pilihan lain. Dengan terpaksa, Temari mendatangani kertas tersebut.

Shikamaru tersenyum penuh kemenangan.

"Jadi... Sekarang, kau sudah menjadi pacarku."

Temari memutar bola mata malas. Ia lantas segera mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi ayahnya. Ia ingin segera pergi dari tempat itu.

Tut...Tut...Tut...

Temari mengernyit. Ayahnya tidak menjawab telepon darinya.

Tut....Tut...Tut...

Sekali lagi, ayahnya masih tidak menjawab penggilan teleponnya.
Ada apa ini? Bukannya tadi ayahnya menghubunginya? Tapi kenapa sekarang ayahnya tidak menjawab telepon darinya.

Setelah percobaan kelima dan tidak mendapatkan jawaban sama sekali, akhirnya Temari mendapatkan notifikasi pesan dari ayahnya.

Ayah:
Ada apa Temari? Tadi ayah sudah menghubungi Sakura. Ayah sudah bicara padanya bahwa hari ini ayah sangat sibuk.

Temari semakin mengernyit kebingungan. Sibuk? Tapi tadi sakura tidak mengatakan apapun padanya.
Apa ayahnya melupakan janjinya waktu itu?

Ayah:
Temari, mengenai perjanjian kita. Ayah akan mengundurkan waktunya. Saat pekerjaan ayah sudah selesai kau harus menunjukan langsung lelaki yang kau maksud . Untuk saat ini ayah sangat sibuk. Jangan menghubungi ayah lagi hari ini.

Temari menjatuhkan rahangnya kuat kuat. Jadi... Ayahnya??

Sakura.. ini semua karena gadis itu. Kenapa Sakura tadi tidak mengatakan apa apa dan malah menyuruhnya datang kesini.?  Ini sudah pasti Sakura menjahilinya.

Karena Sakura sekarang ia... Ia harus terjebak dengan lelaki menyebalkan yang sangat ia hindari. Bahkan ia tidak bisa keluar dan membatalkan perjanjian yang sudah ia tanda tangani.

Aarrggh... Ingin rasanya sekarang ia mengamuk pada gadis merah muda itu.

"Hey... Kenapa? Ayahmu tidak menjawab panggilan mu?"

Temari menoleh sinis. "Diam."

Temari langsung berjalan keluar dari villa. Tanpa menghiraukan panggilan Shikamaru?

"Hey... Kau mau kemana? Kita baru saja menjadi sepasang kekasih? Dan apa kau tidak jadi mengenalkan ku pada ayahmu?"

Shikamaru terkekeh saat ia tidak mendapati respon Temari. Rencananya berhasil. Sekarang ia dan Temari sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Bukan hanya memenangkan taruhan antara dirinya dan Naruto, ia juga berhasil membuat perjuangannya selama ini untuk mendapatkan Temari tidak sia sia.

Walaupun dengan sedikit kelicikan, tapi ia akhirnya bisa berhasil. Walaupun Temari terlihat terpaksa, tapi jika sudah begini, akan memudahkannya untuk membuat Temari bisa mencintai dirinya.

.
.
.
.
.
.

squadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang