5. Rumah Sakura.

1.6K 133 2
                                    

Jangan lupa vote nya ya...
Maaf kalo banyak typo...

*****

Sakura keluar dari kamarnya. Ia sudah siap dengan baju kantornya. Sakura bisa melihat kaa-sannya yang tengah berdiri didepan tempat pencuci piring.

Sakura berjalan perlahan lalu berdiri disamping Mebuki.

"Sakura... Mengagetkan saja."

Sakura hanya tersenyum.

"Kenapa bangun terlambat? Tidak biasanya. Dan, bagaimana acara pertunangan Naruto?"

Sakura terdiam. Mana mungkin ia memberitahu Kaa-san nya bahwa semalam ia berendam air dingin seraya menangis karena patah hati.

"Kaa-san. Aku lapar" ujarnya mengalihkan pembicaraan.

Mebuki tersenyum. "Kaa-san akan menyiapkan nya sebentar. Kau tunggu dimeja"

Sakura mengangguk. Lalu duduk dimeja makan tempat nya biasa. Sakura menimang nimang ponsel ditangannya. Tadi ia menerima pesan dari Gaara yang menanyakan kabarnya dan sampai sekarang, ia masih bingung apakah ia harus  membalas pesan Gaara atau tidak.

Gaara... Cinta pertamanya yang dulu ia anggap sebagai cinta terakhirnya juga. Menyakitkan sekali. Ternyata selama ini hanya dirinya yang terlalu jauh berangan.

"Sakura.." panggil Mebuki membubarkan lamunannya.

Mebuki meletakan piring berisi makanan dihadapan Sakura lalu ikut duduk disamping putri nya itu.

"Kau melamun? Pasti ada masalah."

"Hanya masalah pekerjaan. Tidak ada yang serius"

"Benarkah?... Tapi, Kaa-san berpikir, masalahmu sekarang cukup serius."

Sakura hanya terdiam. Walaupun ia selalu menyembunyikan masalahnya. Tapi, Mebuki selalu bisa menebak. Mebuki memang tidak mendesak Sakura agar selalu menceritakan masalahnya. tapi, selama ini  Sakura memang tidak pernah membicarakan kesusahannya .

"Kaa-san tidak akan memaksamu. Tapi, kau bisa menceritakannya pada Kaa-san."

Sakura tersenyum. "Tidak apa kaa-san. Masalahku tidak begitu serius."

Mebuki ikut tersenyum lalu membiarkan Sakura melanjutkan sarapannya.

Beberapa menit berlalu, Sakura selesai dengan sarapannya lalu pamit pada Mebuki.

"Kaa-san, aku akan bekerja"

"Hati - hati. Jangan pulang larut Sakura."

"Baik Kaa-san"

Sakura berjalan menuju pintu. Saat ia membuka pintu, sosok Temari berdiri tegap didepannya membuat dirinya terkejut sekaligus gugup.

"Te..Temari"

Temari berdecak pinggang. Menelisik penampilan Sakura.

"Em... Temari... Aku masih sangat pusing. Kepalaku rasanya berputar terus. Ku rasa... Aku tidak akan ikut liburan bersama kalian." Temari memperagakan suara Sakura seperti ditelpon tadi.

"Kau berbohong?"

"Tidak.." sakura menggeleng. "Tadi aku memang benar benar pusing"

Temari menyipitkan matanya. " Kau bukan pembohong yang handal Sakura"

Menghela nafas, sakura akhirnya mengakui kebohongannya.

" Masuk, kita akan bersiap siap. Kau akan ada di rumahku sebelum kita berangkat"

"Tidak bisa... Aku harus ke kantor"

"Tidak ada penolakan." Temari menarik lengan Sakura agar ikut masuk kedalam Rumah.

"Aku tidak bisa Temari...''

"Aku tidak mau tau." Temari kembali menarik tangan Sakura dan Sakura berhasil ia bawa masuk. Saat diruang tamu, sebelah tangan Sakura mencengkram pada meja kecil tempat guci besar sehingga langkah Temari ikut terhenti.

"Aku tidak bisa..''

"Sakura, kau tidak mungkin mengecewakan sahabatmu"

"Tapi aku..."

"Ayolah sakura..."

Sakura terdiam. Hampir saja ia akan memberitahu Temari alasannya tidak ikut. Untung saja Temari langsung menyela ucapanya tadi.

"Sakura, kau belum pergi?eh... Temari, Kau disini?" Mebuki datang dari arah dapur.

"Bibi, besok kita akan pergi berlibur. Dan aku akan membantu Sakura berkemas"

"Berlibur? Tapi Sakura tidak  memberitahu ku. "

"Aku tidak ingin ikut Kaa-san. Tapi Temari memaksaku" Sakura mengadu pada Mebuki.

"Tidak bibi. Kemarin Sakura bilang dia akan ikut. Aku sudah membeli tiketnya."

Mebuki mendekat kearah Sakura.

"pergilah berlibur. Kau terlalu banyak bekerja, Sakura.  Sesekali, harus merasakan kebebasan. "

Temari tersenyum mendengar ucapan Mebuki yang memihaknya.

Sakura terdiam. Kaa-san nya sepertinya tidak mengerti. Jika sudah begini? Apa lagi yang ia harapkan. Pilihan yang tersisa hanyalah ikut berlibur, walaupun nanti ia harus menyiapkan hati saat bertemu Gaara.

"Baiklah, aku akan pergi. Tapi, aku harus izin dulu. Aku bukan boss yang bisa seenaknya cuti"

"Tidak usah Sakura. Aku sudah mengizinkanmu tadi."

"Kalo begitu, kalian cepat berkemas. Nanti Kaa-san akan memasak kan makan siang "

.
.
.
.

squadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang