36

821 134 19
                                    





Sakura, Naruto, Temari dan Ino. Tengah duduk dimeja bundar ditengah tengah pesta. Mereka saling diam. Fokus pada diri mereka sendiri.

Naruto masih betah melamun begitupun dengan Sakura yang masih tidak bisa melupakan Sasuke. Temari fokus mengutak-atik ponselnya menghubungi kekasihnya Shikamaru.
Dan Ino yang celingak-celinguk menunggu kedatangan Sahabatnya.

Temari mendongakkan kepalanya saat ia sudah memberitahu Shikamaru dimana keberadaannya. Ia terheran melihat satu persatu sahabatnya yang hanya saling diam satu sama lain.

"Hey... Kenapa kalian diam?"

Sakura tersentak. "Temari, kau mengagetkanku."

"Aku sedang menunggu Sai. Ibu bilang dia akan datang hari ini"

Mereka langsung mengalihkan tatapannya pada Ino.

"Kau yakin dia akan datang? Bukanya kau bilang sahabatmu itu pergi dan tidak bisa dihubungi?"

"Ya, tapi tadi malam aku berhasil meneleponnya. Bukan Sai yang mengangkat tapi ibunya. Dia bilang Sai akan datang hari ini. Karena ini pernikahan temannya."

Mereka mengangguk mengerti.

Beberapa menit mereka kembali dilanda keheningan. Sampai akhirnya sebuah suara menyapa mereka.

"Hey... Kenapa kalian saling diam?"

Itu suara Sasuke. Sakura sontak membulatkan matanya. Lelaki itu datang?  Dan dengan santainya dia tersenyum manis dihadapan semua orang? Tidak taukah Sasuke selama ini Sakura mencemaskan dirinya hingga sering melamun beberapa saat?

"Sasuke, kau sudah kembali? Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik. Terima kasih sudah bertanya Temari"

Sakura masih terdiam.tatapan tajam tak henti ia layangkan pada Sasuke. Sasuke yang menyadari itu sontak merasa salah tingkah.

"Hay.. sakura!"

Semua menatap Sakura yang terdiam dengan masih memandang tajam Sasuke.

Sedetik kemudian, Sakura beranjak lalu berlari dari sana menuju balkon hotel.

Sasuke terdiam tak mengerti.

"Sasuke, Sakura terlihat marah padamu. Kau membuat kesalahan?" Tanya Ino.

Sasuke menggeleng.

"Sebaiknya kau kejar dia Sasuke"

"Iya, sebaiknya kau kejar dia. Sakura terlihat marah melihatmu tadi"

Sasuke terdiam sebelum akhirnya mengangguk ragu. Ia kemudian berjalan mengikuti langkah Sakura.

Wajahnya masih terlihat kebingungan. Ia baru sampai di sini dan sudah disuguhi tatapan tajam dari gadis yang dicintainya. Itu membuatnya bertanya tanya.

Sasuke sudah sampai dibalkon ia bisa melihat Sakura yang berdiri membelakanginya. Menghadap gedung gedung lain.

"Sakura..." Panggil nya pelan.

"Sakura aku..." Belum sempat Sasuke menyelesaikan perkataannya, tubuhnya sedikit tersentak saat Sakura menubruk kuat dirinya lalu memeluknya.

"Aku merindukanmu" ujar Sakura lirih.

.
.
.
.
.

Sementara itu, Ino nampak tersenyum bahagia saat matanya akhirnya menangkap sesosok lelaki yang sedari tadi ia harapkan kedatangannya.

"Temari, Naruto. Aku kesana dulu, aku ingin menemui Sai"

Kedua sahabatnya mengangguk. Ino berjalan riang kearah Sai.

Tak bisa ia pungkiri hatinya sangat bahagia melihat Sai. Rindunya seperti sudah terbayar lunas sekarang.

"Sai..."

Sai menoleh lalu tersenyum kearahnya.

"Hay, Ino"

Ino memeluk tubuh tegap Sai. "Kau kemana saja Sai? Aku merindukanmu"

Bukannya balasan yang Ino dapat,Sai malah melepaskan pelukannya.

"Ino, kita berada ditempat umum."

"Memangnya kenapa? Kita bebas melakukan apa saja disini." Ino memberengut .

"Tapi itu tidak baik. Bagaimana jika ada orang yang melihat kita?"

Ino akhirnya mengalah. Ia menatap wajah Sai. Benar, hatinya mengatakan bahwa kali ini ia benar. Sai lah yang ia cintai. Sudah cukup dan sekarang ia akan memberitahukannya pada Sai.

"Sai.."

"Hmmm...?"

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu"

"Sesuatu? Apa?"

"Sebenarnya, aku dan Utakata sudah putus. Utakata tidak mencintaiku. Dia hanya menganggap ku sebagai adiknya. Aku menerima itu. Karena perasaannya juga tidak melarang mereka. Dan karena itu, aku jadi menyadari sesuatu Sai..."

Ino menjeda ucapannya . Tatapannya tak pernah berpaling dari mata Sai.

"Aku baru sadar kalo selama ini , ternyata aku mencintai-...."

"Sai"

Panggilan seseorang menghentikan ucapan Ino. Mereka berdua menoleh pada asal Suara.

Orang yang memanggil Sai tadi berjalan mendekati mereka.

"Sai, dia siapa"

"Maaf aku belum mengenalkannya padamu. Dia Ino. Sahabat masa kecilku. " Ujar Sai tersenyum lembut.

"Dan ino, dia tenten.  tunanganku"

Degh....

Seketika raut berseri diwajah Ino luntur seketika. Hatinya sakit bak diremas oleh tangan tak kasat mata saat mendengar kata terakhir yang diucapkan Sai.

Tenten menjulurkan tangannya pada Ino.

"Hey, aku tenten. Senang bertemu denganmu"

Ino menatap dalam uluran tangan dihadapannya. Ia kemudian kembali memandang Sai yang masih tersenyum kearahnya.

Perlahan, Ino membalas uluran tangan tersebut.

Apa ini? Kenapa ini harus terjadi padanya.? Disaat ia menyadari perasaannya, ia malah dikejutkan dengan kejutan yang luar biasa.

Tunggu, apa ini yang ibu Sai maksud? Kejutan seperti ini?

Jika memang ya, bukan bahagia yang Ino rasakan, ia justru merasa hancur dan sakit hati. Ino meremas sisi dress-nya. Berusaha menahan tangis yang hendak keluar dari pelupuk matanya.

"Ino? Kau baik baik saja?"

Ino tersentak. "Aku...aku ingin pergi ketoilet"

Tanpa mendapatkan jawaban, Ino berlari menuju toilet meninggalkan tenten dan Sai yang menatap heran padanya.

Ino mengunci pintu toilet dari dalam. Ia mulai menangis. Hatinya sesak dan sakit. Benar benar kejutan yang luar biasa. Ia baru akan mengungkapkan perasaannya pada Sai. Tapi mengapa lelaki itu malah berbuat kejam padanya. Kenapa Sai malah bertunangan dengan orang lain?

Kenapa Sai sangat tega padanya. Meninggalkannya tanpa kabar dan membiarkannya tersiksa rindu. Lalu sekali bertemu langsung menghancurkan hatinya.

"Hiks...hiks... Sai... Kenapa kau.... Tega padaku...."

.
.
.
.
.

Dapet feel-nya gak sih? Aku bingung banget. Takut gak ngena ceritanya. Minta masukan dan saran kalian dong. Ini cerita kayak gimana?

Yaudahya maaf kalo banyak typo dan penulisan jelek. Dan kesalahan lainnya.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya....

squadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang