28

793 106 0
                                    

"Hinata..." Hinata tersentak kaget saat mendengar panggilan dari kakaknya.

"Kau melamun?"

Hinata menggeleng. Neji berjalan kearahnya.

"Apa kau sedang bertengkar dengan Naruto?"

"Tidak... Kami baik baik saja" bohongnya seraya kembali menggeleng.

"Jangan berbohong padaku. Kau tidak akan menginap di rumahku lebih dari dua hari jika kau tidak memiliki masalah"

Hinata meringis. Kakaknya ternyata selalu memperhatikannya. Memang benar, ia akan kabur kerumah kakaknya selama beberapa hari jika ia tengah memiliki masalah.

"Baiklah,aku tidak akan bisa berbohong padamu kak. Dan, ya. Aku sedikit bertengkar dengan Naruto"

"Sudah ku duga." Ujar Neji. "Memangnya ada masalah apa? Kau terlihat selalu melamun setiap waktu. Apa masalah kalian itu sangat berat?"

"Tidak. Aku hanya merasa bingung"

"Kau hanya perlu menghadapinya. Aku tidak bisa memberi solusi karena dari dulu kau tidak pernah mau berbagi masalahmu pada siapapun. Da aku yakin, jika sekarang aku memintamu menceritakan masalahmu pun, kau pasti akan menolak."

Hinata tersenyum. Kakaknya sangat mengerti akan dirinya. Dia beruntung mempunyai kakak yang penyayang seperti Neji.

"Coba kau bicarakan dengan Naruto. Selesaikan semua masalah kalian dengan kepala dingin dan tanpa emosi. Aku tidak mau melihatmu terus melamun seperti tadi. "

Hinata memeluk Neji dari samping.

"Kau adalah kakak terbaik. Aku sungguh bahagia bisa menjadi seorang adik dari pria yang begitu penyayang dan perhatian sepertimu, kak. Terima kasih"

Neji membalas dengan mengusap punggung dan rambut adiknya itu.

"Itu sudah kewajibanku. Menyayangimu dan menjagamu seperti apa yang papah dan mamah katakan"

Hinata mengangguk dalam pelukan. Beberapa menit berlalu, ia akhirnya melepaskan pelukan mereka.

"Coba kau hubungi Naruto. Semakin cepat semakin baik. Jangan sampai masalah kalian semakin besar karena kalian tidak berusaha mengerti"

"Aku akan menghubungi Naruto. Tapi mungkin besok saja. Aku takut naruto-kun sudah tidur jam segini"

Neji mengangguk.

"Terserah kau saja. Yang penting kalian harus saling bicara dulu"

Neji beranjak pergi saat sudah mengucapakan selamat malam pada Hinata.

Hinata terdiam. Kakaknya memang benar. Ia harus segera bicara dengan Naruto. Jangan sampai masalah mereka semakin membesar nanti.

.
.
.
.

Ino tersenyum bahagia begitu dia bisa mendengar suara kekasihnya. Tadi Utakata menghubunginya dan mengatakan ingin bertemu dengannya ditempat biasa.

Itu semakin membuat senyum gadis itu mengembang. Jika Utakata meminta bertemu ditempat biasa, sudah pasti Lelaki itu ingin memberikan kejutan padanya. Karena dari sejak mereka pacaran untuk pertama kalinya dulu, Utakata mengajaknya kesana hanya ketika lelaki itu ingin memberi sesuatu padanya.

Dengan terburu buru, Ino berjalan menuju tempat ibu Sai tadi.

"Ibu..."

"Ino, kau tidak apa? Mengapa kau lama sekali"

"Maaf ibu, tadi aku mendapat telepon dari kekasihku. Dia ingin bertemu denganku" ucap Ino tanpa bisa menyembunyikan senyumannya.

Ibu Sai mengangguk. "Begitu? Tapi bagaimana dengan ini?"

Ino menatap Foto foto beberapa hadis yang disodorkan padanya. Ia terdiam sejenak. Ia harus tegas. Ia sekarang sudah mempunyai kekasih. Ia tidak boleh mengganggu Sai lagi. Ia harus segera memastikan bahwa perasaannya selama ini pada Sai hanya sebatas sayang sebagai sahabat, bukan sayang seorang lelaki pada perempuan.

"Ibu, aku kira, sebaiknya kau saja yang memilihkan gadis untuk Sai. Pilihan mu selalu yang terbaik. Aku yakin sekarangpun kau pasti bisa memilih yang terbaik untuk Sai."

Ibu Sai terdiam. " Entahlah, untuk masalah seperti ini, aku merasa takut. Aku takut pilihanku kali ini gagal"

"Tidak mungkin. Ibu pasti bisa memilih yang terbaik" Ino tersenyum meyakinkan. Entahlah, walaupun sisi lain hatinya ada yang memberontak ketika ia berbicara tadi, tapi ia tidak mempedulikan itu. Ia harus membuat Sai bahagia dengan gadis lain. Bukan dengan dirinya.

"Baiklah ibu, sekarang sudah hampir larut. Aku harus pergi"

"Iya Ino. Terimakasih atas saran mu"

Ino mengangguk lalu berlalu pergi dari hadapan Ibu.

Diperjalanan, Ino menghubungi teman temannya bahwa ia sekarang tidak akan bisa ikut berkumpul. Ia rasa semua temannya pasti akan mengerti. Ia akan bertemu dengan kekasihnya yang belakangan ini menghilang tanpa kabar.

.
.
.
.

Waahhh.... Sepuluh hari berlalu aku ngak update. Maaf banget buat semua yang udah nungguin.

Jangan lupa comment and vote setelah selesai baca! (Maksa nih)

Dan maaf kalo banyak kesalahan
dalam penulisannya. Makasih:):):)

*****

Ngak papa kan ya setiap akhir chapter aku ada ngajakin kalian siapa tau ada yang mau ikut bisnis Ori***** bareng aku. Kalo mau tanya tanya dulu juga boleh dan bisnis ini ngak ngerugiin kita dan gak perlu modal lhoo. Tinggal posting-posting aja !!!..

squadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang