Malam ini langit tampak cerah. Bintang-bintang bersinar terang mengelilingi bulan. Angin berhembus membelai wajah seorang gadis yang sedang memejamkan matanya menikmati suara musik cafe yang berbaur dengan suara pengunjung.
"Kalau lo merem gitu terus gue tinggal sekarang" kata seorang laki-laki yang duduk di depannya.
Gadis itu membuka matanya kemudian terkekeh mendengar perkataan laki-laki tersebut.
"Nay gue mau ngomong serius sama lo" kata laki-laki tersebut sambil menggenggam tangan Nayla.
Nayla tidak memberontaknya. Nayla tersenyum kecil melihat tangannya digenggam.
"Serius banget lo, tumben.." kata Nayla sambil tertawa kecil.
"Jangan merusak momen ya Nay, gue udah deg-degan dari tadi" katanya sambil memegang dadanya.
Lagi-lagi Nayla tertawa kecil mendengarnya.
"Nay, kita udah 3 tahun pacaran.. gue dan lo emang belum dapat pekerjaan yang bener bener kita impiin" kata laki-laki itu sambil menatap mata Nayla serius.
Ya, Nayla masih kuliah begitu juga dengan laki-laki tersebut yang masih menjalankan pendidikan militernya. Dalam sebulan, pertemuan mereka bisa dihitung dengan jari.
Cafe ini adalah milik laki-laki itu, ia sudah mulai bisnisnya sejak SMA. Sedangkan Nayla, ia sudah menerbitkan 2 novel karangannya. Bahkan salah satu novelnya akan segera difilmkan.
"Gue punya niat buat ngelamar lo, gimana menurut lo?" Lanjutnya.
Nayla salah tingkah sendiri di situ,entah bagaimana kabar detak jantungnya saat ini. Nayla menggigit bibir bawahnya menahan rasa gugupnya.
"Nay" panggilnya seraya menggenggam tangan Nayla lebih erat.
"Hmmmm gi-gimana ya, gu-gue bingung" kata Nayla gugup.
"Santai aja Nay, kalaupun lo belum siap ya gapapa.. cuma lamaran kok bukan nikah Nay astagaaa" katanya sambil mencubit pipi Nayla.
"I-iya gue tau Nichoo gue tau, ya tapi kann..." Kata Nayla sambil mengacak rambutnya.
Ya, Nicho. Masih ingat?
Teman SMA Nayla yang dulu suka sama Nayla.Setelah Ditto pergi, beberapa hari bahkan minggu Nayla tidak memiliki semangat apapun. Untuk makan saja Nayla malas. Nicho tidak langsung menghampiri Nayla saat itu. Ia bertemu Nayla ketika Nayla menerbitkan novel pertamanya.
Nicho hadir di acara penerbitan novel pertama Nayla. Mungkin 3 bulan setelah Nayla putus dengan Ditto. Mulai saat itu, Nicho berusaha mengembalikan senyum ceria Nayla yang selalu ia lihat ketika SMA.
Waktu pertama kali Nicho mendekati Nayla, awalnya Nayla menolak karena ia benar-benar menganggap Nicho sebagai temannya. Ia tidak mau melibatkan perasaan di dalamnya. Tapi siapa sangka kalau rasa suka tumbuh di hati Nayla?
Rasa suka memang datang kapan saja dan juga bisa menghilang kapan saja tanpa kita mau.
Sifat humoris yang dimiliki Nicho membuat Nayla nyaman berada di dekatnya. Senyumnya tak pernah luntur dari bibirnya ketika bersama Nicho.
Tak terasa sudah 3 tahun mereka menjalin hubungan ini. Nayla sama sekali tidak memiliki niat untuk menjadikan Nicho sebagai tempat pelampiasan. Ia sudah meyakinkan diri dan hatinya untuk memberikan ruang kepada orang lain.
Perlahan rasanya pada Ditto menghilang, walaupun tidak 100%. Karena mulupakan tak secepat mencintai.
"Nanti gue omongin sama mama dulu gapapa kan?" Tanya Nayla.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nayla
RandomJatuh cinta kepada seseorang tidak membutuhkan waktu. Jatuh cinta kepada seseorang tidak membutuhkan alasan. Tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tentang perjalanan cinta yang rumit. Tentang perjalanan cinta yang penuh masalah. Tentang pe...