4 tahun kemudian..
"Ayahhh.." Teriak anak berusia 4 tahun itu lalu terbangun dari tidurnya dengan tergesa-gesa, membuat sang Bunda ikut terbangun dari tidurnya juga.
"Farel, kenapa nak? " Tanya Shasha khawatir, lalu ikut duduk di sebelah sang anak.
"Bunda, Ayah, Farel mimpi ketemu Ayah tapi Ayah ninggalin Farel." Anak kecil yang di panggil Farel itu pun langsung memeluk Shasha sambil menangis.
"Farel, jangan nangis dong, anak Bunda kan kuat, gak boleh nangis. Ayah kerja nak,nanti Ayah pulang kok."
"Tapi Bunda, Ayah kemana? Kok gak pulang-pulang? Bunda selalu bilang sama Farel kalau ayah kerja, tapi kok gak pernah pulang, apa Ayah gak rindu sama Farel? " Tanya Farel sambil melihat sang Bunda.
"Ayah kerja lama-lama buat apa sih Bunda? Farel kan juga udah terbiasa pakai baju robek, makan makanan dari tong sampah, Farel juga gak papa kan tinggal berdua sama Bunda di rumah yang atap nya bolong-bolong kaya rumah kita sekarang ini, terus Ayah kerja buat apa? Farel gak minum susu, Farel gak pernah minta jajan dan mainan. Farel anak baik,iyakan Bunda? tapi kenapa Ayah gak datang sampai sekarang?" Mendengar pertanyaan sang anak Shasha pun menangis terisak sambil memeluk anaknya yang berusia 4 tahun itu.
"Bundaa, Bunda jangan nangis, Farel salah ya karena bahas Ayah? Setiap kali Farel nanya Ayah Bunda selalu nangis,maafin Farel Bunda,maafin Farel. Farel gak mau Bunda sedih, huaaa." Anak kecil yang bernama lengkap Farel Abqary Aldrich itu pun ikut menangis karena merasa bersalah kepada bundanya.
"Enggak nak, Farel gak salah dan Bunda enggak sedih kok, nih Bunda senyum kan. " Shasha pun menghapus airmata nya lalu tersenyum manis di depan sang anak tak lupa ia juga mengusap air mata Farel.
Bukan mudah hidupnya berada di titik sekarang, semenjak di usir dari rumah Gibran, Shasha hanya tinggal di sebuah rumah tua berukuran 4×4 meter, hanya rumah itu yang paling murah, sebulan hanya 100 ribu, rumah yang dindingnya terbuat dari Papan, Papan yang kini mulai melapuk. Atap nya dari seng bocor yang sengaja di tutupin daun kelapa kering supaya kalau hujan gak banyak masuk air ke dalam rumah. Lantai nya hanya berkeramik tanah, bahkan ketika hujan turun tak jarang rumah itu becek dan tergenang air. Belum lagi sang anak yang semakin lama semakin besar mulai penasaran akan keberadaan sang Ayah, membuat kesedihan Shasha semakin bertambah.
"Maafin Bunda ya Nak karena gak pernah bahagiain Farel." Ucap Shasha sambil memegangi wajah sang anak.
"Bunda kok ngomong gitu? Farel bahagia banget sama Bunda, Farel sayang sama Bunda, Bunda baik, gak pernah marah, selalu sayang Farel."
"Oh iya Bunda, sekarang jam berapa?" Shasha pun melihat jam di yang di letakkan di atas meja kecil di sebelah nya.
"Jam setengah 6 Nak."
"Oh gitu, Farel sholat subuh dulu ya Bunda." Farel pun memegangi pinggangnya yang sedikit sakit.
"Pinggang Farel sakit ya Nak? " Tanya Shasha, karena mereka hanya tidur di kasur sebuah ranjang kayu sederhana dan sebuah kasur usang tipis di atasnya.
"Enggak kok Bunda. Farel mau ambil Wuu--,,wu-- apa Bunda? Farel lupa. " Ucap Farel lupa.
"Wudhu nak."
"Nah iya, wudhu Bunda. "
"Iya, do'ain ya, semoga jualan Bunda laris." Farel pun mengangguk lalu berlari ke kamar mandi yang ada di belakang rumah, kamar mandi yang berukuran 2×2 meter. Anak kecil itu pun mengambil Wudhu dan melaksanakan sholat subuh.
"YaAllah. Farel gak akan bosen-bosen berdoa minta tolong semoga Ayah pulang, ketemu Farel sama Bunda, supaya Bunda gak capek kerja lagi, Farel kasian sama Bunda yang harus kerja jualan kue di pinggir jalan yaAllah, kasian Bunda. Tolong bilang sama Ayah ya YaAllah kalau Farel rindu, mau ketemu. Aamiinn. " Farel pun langsung melipat sajadah dan ke dapur membantu Bunda nya membuat Kue.
"Bunda, Farel bantu ya? Boleh? "
"Kalau selesai sholat itu cium tangan--" Shasha pun menduduk mensejajarkan badannya dengan badan sang anak sambil mencolek hidung Farel.
"Cium tangan bundaa, hihi Farel lupa Bunda, maaf ya. " Farel pun langsung mencium tangan Shasha.
"Anak pinter, sholeh, Bunda bangga banget sama kamu."
"Makasih Bunda karena udah bangga sama Farel. Tapi Ayah bangga gak sama Farel, bunda? "
"Pasti bangga, siapa sih yang gak bangga punya anak kaya Farel, lucu, pinter, rajin sholat,ganteng lagi." Ucap Shasha sambil menyubit pipi Farel gemas. Farel pun tertawa memamerkan gigi susunya.
"Aaa, Farel jadi gak sabar ketemu Ayah. "
"Bunda, Farel bantu boleh? " Tawar Farel dengan lembut.
"Farel gak ngantuk? "
"Enggak Bunda."
"Farel belajar baca aja gimana? Biar makin lancar, untuk sekarang bunda aja yang buat kue nya ya, Farel kan masih kecil tugasnya belajar, kalau udah besar baru boleh buat kue."
"Tapi Bunda--"
"Kita bagi tugas aja kalau gak? Farel tugasnya belajar supaya nanti jadi orang sukses, Bunda yang nyari uang buat Farel, setuju?" Tawar Shasha dengan lembut.
"Setuju Bunda, Farel janji akan jadi orang sukses, Farel mau beliin rumah buat Bunda, tapi rumah yang mau Farel beli itu rumah yang bagus Bunda, atap nya gak bolong, lantai nya ada keramik, rumah nya ada warna, supaya Bunda gak terlalu kepanasan dan gak terlalu kedinginan kena air hujan kalau rumah nya ada atap. Kaya rumah tetangga kita itu Bunda, rumah Buk Susanti. Bunda mau kan. "
"Mau dong nak." Ucap Shasha dengan lembut. Farel pun tersenyum lalu masuk ke kamar,,dan memulai belajar berhitung, membaca.
"Maafin Bunda karena selalu bohong tentang Ayah ya Nak. Ayah kamu gak akan pernah dateng, maafin Bunda karena selalu membuat kamu berharap kedatangan Ayah kamu." Monolog Shasha sambil menangis,,ia menyesal mempermainkan sang anak tentang sosok Ayah yang di carinya itu.
"Coba aja kamu gak usir aku, pasti kamu bangga banget punya anak secerdas Farel."
*************
Ada yang baper karena Farel gak nih? 😂
Note!
Di ketik 18 Juni 2020..
Publish 18 Juni 2020.Maapin kalau ada typo ya.😊
Makasih.🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Shasha(end)
Fanfiction#01 in Shasha (13/6/2020) #01 in happyorsad (23/6/2020) #01 in stres {31/7/2020) #01 in kebahagiaan (1/8/2022) Warning📢⚠ Di dalam cerita ini mungkin akan ada banyak hal yang akan kalian rasakan, di antaranya sedih, senang, ngakak? Atau mungkin y...