Shasha_56

2.2K 92 5
                                    

"Aku tau, semuanya salah aku, tapi aku mohon, kasih aku 1 kesempatan untuk bahagiain kamu dan anak kita. Farel." Lirih Gibran di dalam pelukan Shasha.

"Ngga Mas, aku gak bisa."

"Tapi kenapa? " Tanya Gibran dengan sendu.

"Aku gak bisa lupain kamu, cinta dan hati aku masih buat kamu." Sambung Gibran berharap Shasha masih mau menerimanya.

"Lupain aku."

"Banyak hal yang kelak akan kamu pelajari dari sakitnya di paksa lupa, melupakan hal yang sudah terlalu keras melekat di hati dan pikiranmu, yang semakin di paksa akan semakin melukai. Ya sama seperti aku dulu yang berjuang cukup keras untuk benar-benar menghapus mu dari dalam sini. Jangan cari aku lagi. Kamu gak akan menemukan apapun selain kenangan yang menggebu. Tidak ada lagi kita, tidak ada lagi aku, kamu dan cerita. Semua sudah tertata sebagaimana aku yang sudah sembuh dan kamu yang sudah hilang. Sekarang kita sudah berjalan di garis masing-masing, garis yang persis sama seperti sebelum kita bertemu dulu. Sekarang kita sudah tiba pada tempat yang dimana kita tidak lagi melihat masa depan dari sisi yang kita impikan saja, melainkan menerima ketika kita harus melihat semua dari sisi yang kita bisa. " Sambung Shasha lalu menghapus air matanya.

"Kalau memang itu yang kamu mau, oke, aku turutin. Aku akan lupain kamu. Aku akan lupain semuanya. Itu kan yang kamu mau." Ujar Gibran pasrah.

"Secepat itu kamu lupain aku Sha. " Batin Gibran miris melihat Shasha yang sekarang berubah karena ulahnya dulu.

"Iya itu yang aku mau. Aku mau ke pulang sebentar. Mau ambil beberapa keperluan Farel."

"Aku anter? "

"Gak usah Mas, anter aja selingkuhan kamu yang sakit kanker itu berobat kerumah sakit. " Shasha pun langsung keluar dari ruangan Farel dan pulang.

"Bran, sialan banget tuh cewe. Lu juga sialan pake acara kagak setia ama istri sendiri. Gimana mau di luluhin kalo udah kaya gitu." Ucap Bimo bingung.

"Kan sekarang ada Farel. Dia pasti bisa bantuin Ayah dan Bundanya bersatu. "

"Tante Sarah udah lu kabarin? "

"Sebelum gua rujuk ama Shasha jangan kasih orang tua gua, ntar kepikiran." Bimo pun mengangguk.

"Lucu ya Bran si Farel."

"Lucu lah kaya gua."

"Kaya gua kali Bran."

"Lah? Bapaknya kan gua Bimo."

"Kan kita sodara kembarrr. Jadi anak lu mirip gua juga. "

"Dih, ngarep amat bisa kembaran ama gua."

"Iri bilang bos." Ucap Bimo gak mau kalah.

"Iri dari hongkong, lu kali yang iri ama gua."

"Lu."

"Lu."

"Lu Gibran."

"Lu Bimo. Elu"

"Yang waras ngalah." Ucap Bimo.

"Yang ngalah gila." Ujar Gibran.

"Ngajak gelud?"

"Ayo. Siapa takut. "

"Males lah. Blom sarapan, masih lemes gua Bran. "

"Emang lu pernah rajin? "

"Idihh, gua selalu rajin gak kaya lu, masuk kantor sesuka ati, mentang-mentang kantor punya ayahanda lu sendiri." Gibran pun hanya terkekeh.

"Bim, gua punya ide buat naklukin Shasha lagi. "

"Apa Bran? "

"Gini, ntar kalo Farel dah keluar dari rumah sakit, gua pura-pura bangkrut dan semua harta disita Bank, trus gua nanti minta tolong ama Shasha buat tinggal dirumah Shasha, gua gak punya tempat tinggal soalnya. Kalo nanti di bolehin, gua deketin dia tuh, gak yakin sih bakal berhasil, tapi di coba aja lah."

"Seru tuh, gua ikutan ya." Pinta Bimo.

"Kalo lu ikut kantor siapa yang urus anjir? "

"Gampang tuh, kan ada manager."

"Yaudah, kita berdua

" Seru nih jadi OMD." Ujar Bimo sambil tersenyum.

"Apa tuh OMD? "

"Orang miskin dadakan." Jawab Bimo ngasal.

"Yee sayur kol bisa aje lu."

"Sayur kolllll, sayur kool, makan daging anjing dengan sayur kol." Ujar Bimo sambil bernyanyi.

"Wtf." Umpat Gibran ketika mendengar Bimo bernyanyi.

*************

Ketika Shasha kembali ke rumah sakit.

"Bunda." Panggil Farel lemah.

"Iya, kenapa hem? "

"Farel sayang Bunda, hihi. " Goda Farel cekikikan.

"Anak Bunda gemes banget sih." Ujar Gibran kagum melihat Farel sempat-sempatnya menggoda Shasha.

"Kok cuman anak Bunda? " Tanya Farel sedih.

"Anak Ayah Bunda gemess banget." Ujar Shasha membuat Farel tersenyum.

"Bunda Ayah, sini peluk Farel." Shasha dan Gibran pun memeluk Farel yang berada di tengah-tengah mereka. Farel langsung menciumi pipi Gibran dan Shasha secara bergantian.

"Farel sayang banget sama kalian berdua, jangan ninggalin Farel ya Bunda,Ayah."

"Ayah gak akan ninggalin Farel, Ayah janji."

"Bunda kok diem? Jangan tinggalin Farel ya Bunda, Farel takut, Farel gak mau hidup tanpa Bunda. Bunda kan pernah janji gak akan tinggalin Farel. Di dunia ini Farel cuman takut kehilangan Bunda.." Ucap Farel dengan mata berkaca-kaca.

"Enggak Nak, Bunda gak akan ninggalin Farel." Ucap Shasha sambil mencium rambut Farel.

"Yeyey, seneng banget punya orang tua lengkap, ada Ayah, Bunda."

"Om Bimo? " Tanya Bimo yang sedang duduk di sofa pojok ruangan rawat inap Farel.

"Om Bimo kan bukan orang tua Farel."  Jawab Farel polos.

"Om Bimo yang jelek itu kakeknya Farel." Bisik Gibran pelan, Farel pun tertawa geli.

"Hihi, kakekkk. " Panggil Farel sambil tersenyum geli ke arah Bimo.

"Kakek? " tanya Bimo heran.

"Kakek Bimo jelek."

"Farel, gak boleh gitu, gak sopan Nak." Ucap Shasha menasehati Farel.

"Ayah yang salah, bukan Farel. Ayo Bunda marahin Ayah."

"Ayah, gak boleh ajarin Farel yang gak sopan ya Ayah. Ayah gak boleh nakal." Ucap Shasha dengan terpaksa.

"Sehh, Farel memang mantep, seminggu mah udah bisa nih Shasha balikan ama Gibran kalo ada Farel." Batin Bimo senang.

"Iya Bunda, Ayah gak akan nakal lagi deh." Ucap Gibran sambil tersenyum jahil. Membuat Shasha malas melihatnya.

"Jangan nakal ya Ayah, nanti Bunda marah." Ucap Farel berbisik.

"Ayah kan gak pernah nakal, iyakan Bunda? " Ucap Gibran seolah-olah meminta persetujuan Shasha tentang dirinya yang gak pernah nakal.

"Iya, gak pernah, Ayah kan baik." Jawab Shasha terpaksa sambil tersenyum kecil.

"Coba aja Farel tau kalau Ayah Farel itu nakalnya minta ampun, sampai selingkuh lagi. " Batin Shasha kesal.

**************



Note!
Di ketik 21 juni 2020.
Publish 21 juni 2020.

Maapin kalau ada typo..

Makasih😃

**************

Shasha(end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang