"Parah nih kalo bener itu anaknya,berarti si Gibran cerai sama Shasha pas Shasha lagi bunting." Monolog lelaki itu tak percaya saat di dalam mobil.
*************
Setelah berlari sambil menggendong Farel selama kurang lebih setengah jam. Akhirnya Shasha pun sampai kerumah mereka.
"YaAllah, gimana ini? Hujan masih deres, mana rumah aku bocornya udah parah banget, kasian Farel." Batin Shasha sedih.
"Farel tidur di pojok ya Nak, supaya gak terlalu kena air hujan, biar Bunda yang tidur di sebelah sini." Ucap Shasha menyuruh Farel ke pojokan yang bocornya tidak terlalu parah, dan Shasha tidur di bawah atap yang paling parah bocornya.
"Hu h u, iya Bunda." Ucap Farel sambil kedinginan.
"YaAllah, udah ganti baju, tapi Farel masih kedinginan ya Nak? " Tanya Shasha khawatir.
"Iya Bunda, Farel di-ngin bang-et, Bunda gak ding-in?" Tanya Farel terbata-bata.
"Dingin, malah dingin banget, tapi gak mungkin Bunda jujur." Batin Shasha, jujur ia sangat kedinginan.
"Enggak, sini Bunda peluk sampai Farel tidur, semoga bisa gak terlalu dingin ya." Farel pun mengangguk, Shasha langsung memeluk Farel sampai ia tidur. Setelah Farel tidur, Shasha pun menangis, ia kasian pada anaknya.
"Mau sampai kapan kaya gini terus? Kasian kamu Nak. Kalau nanti Ayah kamu datang dan minta hak asuh kamu, Bunda rela kasih kamu ke Ayah kamu, hidup kamu lebih terjamin sama Ayah kamu daripada sama Bunda, kamu gak akan kedinginan karena atap yang bolong, kamu akan punya kasur yang empuk, mainan yang banyak, makanan yang terjamin dan sehat, daripada kamu sama Bunda, Bunda gak bisa bahagiain kamu, Bunda gak pernah kasih kamu makan makanan bergizi, kamu sering makan makanan sisa dari tong sampah. Bahkan beliin kamu es krim aja Bunda susah. Gak ada yang bisa di banggain dari Bunda. Bunda ikhlas banget kalau nanti Farel sama Ayah, Bunda gak papa sendirian disini asalkan hidup kamu bisa terjamin." Racau Shasha ketika Farel tidur, ia hanya bisa menangis dengan nasibnya beberapa tahun ini.
"Kenapa aku gak pernah bisa berguna bahkan untuk anak ku sendiripun aku tetep gak berguna? Aku gak punya apa-apa. Bukan cuman itu, karena pendidikan cuman sampe tamatan SMA aku cuman bisa jualan kue yang untungnya gak seberapa, aku, aku gak berguna, tapi aku janji sama diri aku sendiri, kalau suatu saat nanti Mas Gibran datang di hidup aku dan Farel. Aku akan kasih Farel ke Mas Gibran, walaupun berat, tapi itu yang terbaik. Daripada Farel sama aku, hidupnya susah, gak terjamin." Sambung Shasha sambil menangis.
*********
Beberapa jam kemudian..
"Jam berapa ya ini? " Shasha yang lebih dulu bangun pun melihat jam yang ternyata masih jam 5 pagi.
"Masih hujan ternyata. Aku ngantuk tapi gak bisa tidur, mana badan ku lemes, huft, aku gak boleh males-malesan, aku harus buat kue buat jualan hari ini." Setelah memastikan Farel masih nyenyak dalam tidurnya. Dengan badan yang lemas Shasha pun langsung ke dapur.
"Alhamdulillah.Akhirnya udah selesai aku buat 2 macem kue, semoga badan aku kuat untuk jualan." Shasha pun tersenyum kecil melihat kue yang sudah selesai di buatnya, ada Bakwan dan Dadar gulung isi kelapa. Ia sengaja tidak buat banyak karena cuaca sedang hujan, takutnya gak laku banyak pas keliling.
Uhuk, uhuk.
"Kok aku lemes banget ya? Flu lagi, huh." Shasha pun langsung membaringkan badannya di sebelah Farel.
"Bunda.." Panggil Farel saat terbangun dari tidurnya. Anak kecil itu pun menggosok-gosokan matanya, lalu melihat jam yang sekarang pukul setengah 7 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shasha(end)
Fanfiction#01 in Shasha (13/6/2020) #01 in happyorsad (23/6/2020) #01 in stres {31/7/2020) #01 in kebahagiaan (1/8/2022) Warning📢⚠ Di dalam cerita ini mungkin akan ada banyak hal yang akan kalian rasakan, di antaranya sedih, senang, ngakak? Atau mungkin y...