Shasha_60

2.3K 90 11
                                    

Beberapa bulan kemudian..

Cuaca di sore ini mendung, Shasha dan Farel sedang duduk di dalam kamar sambil menunggu Gibran pulang. Tiba-tiba Mbok Dewi ngetuk pintu kamar.

"Iya mbok, silahkan masuk."

"Nyonya, ada tamu di luar cariin nyonya."  Ucap mbok Dewi ketika masuk ke kamar.

"Tamu? Mas Gibran? "

"Bukan Nyonya, mbok juga kurang tau siapa yang datang." Jawab mbok Dewi. Shasha pun mengerutkan keningnya.

"Mungkin temen kantornya Mas Gibran kali ya." Batin Shasha.

"Yaudah, Farel disini dulu ya. Bunda tinggal ke bawah sebentar. " Farel yang sedang bermain mainannya pun hanya mengangguk patuh.

Ketika sampai di bawah.

Deg!

"Kalian? Ngapain? "  Tanya Shasha dengan nada ketus.

"Shasha, ini kamu nak? Yaampun makin cantik anak Mama." Puji seorang Ibu yang tak lain adalah Munira, Mama kandung Shasha ketika melihat Shasha memakai baju branded dan perubahan drastis lainnya.

"Maafin Mama Sha, maafin Mama." Isak Munira.

"Kak, maafin aku juga, aku sering fitnah kamu. Maaf. " Lirih adik kedua Shasha yang bernama Andra.

"Maaf? Setelah semuanya yang kalian lakuin? I don't believe." Ucap Shasha sambil fokus melihat kedepan.

"Sha. Papa kamu masuk rumah sakit, kami gak punya uang, dia mau ketemu sama kamu, hiks, temuin papa kamu ya."

"Oh jadi kalian kesini karena mau minta uang? Kaya pengemis ya. Dulu aku sekarang kalian. Dulu aku sakit? Kalian gak pernah perduli, terus sekarang kalau salah satu di antara kalian lagi sakit ngapain aku harus perduli? Dasar manusia pintar Bersekongkol." Ucap Shasha di akhiri nada sindiran.

"Mama tau Mama salah, tapi maafin Mama, Mama mohon." Lirih Munira,

"Dulu aku juga pernah mohon-mohon supaya kalian percaya dan gak usir aku? Tapi ternyata? Yang kalian lakuin malah percaya sama anak kedua kalian kan, kenapa susah dateng ke aku? Andelin dong anak kesayangannya." Ujar Shasha sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Yang lalu biarlah berlalu kak. Sekarang tolong maafin kami semua." Pinta Andra.

"Yang lalu biarlah berlalu? Iya semua itu bisa berlalu. Tapi aku tetep ingat perlakuan buruk kalian dari aku kecil sampai terakhir kali aku kerumah kalian karena pengen ketemu Aufa. Disitu kalian ngehina aku, bilang aku jual diri, nyuruh aku mati, argh, apa pantas seorang Ibu bicara kaya gitu buat anaknya? Aku rasa juga aku bukan anak kalian. Manusia kejam."

"Iya, Mama tau itu salah, maaf, maaf." Lirih Munira masih menangis penuh penyesalan.

"Sayang? Ada apa? " Tanya Gibran yang baru pulang dari kantor.

"Woi, ada pengemis ya? " Tanya Bimo ketika melihat Munira dan Andra dari belakang seperti orang sedang bersujud.

"Kalian? " Tanya Gibran setelah berdiri di sebelah Shasha.

"Silahkan masuk. Jangan disini. Kok pada sujud-sujud?" Tanya Gibran heran.

"Ini orang tua Shasha kan? Yang ngehina Shasha sampe mau bunuh diri." Ujar Bimo ketika berusaha mengingat orang di depannya.

"Iya, saya Ibu yang kejam, saya gak jauh beda dari iblis. " Ucap Munira masih terisak.

"Ciahaha,emak lu ngaku Sha." Celetuk Bimo. Membuat Gibran kesal.

"Bimo, gak sopan." Bisik Gibran.

"Iya, baguslah kalau sadar diri." Ucap Shasha.

"Kak! Jangan ngehina Mama kaya gitu, Mama,Aku,dan Papa itu beneran nyesel tapi kamu malah kaya gini." Ucap Andra gak Terima hinaan Shasha dan Bimo.

"Kalian bukan nyesel! Tapi kalian gak ada uang makanya datang kesini! " Ucap Shasha gak mau kalah.

"Bunda, siapa yang datang? " Tanya Farel yang berdiri di tengah-tengah Shasha dan Gibran.

"Farel, ngapain disini? " Tanya Shasha.

"Bunda? Ini anak kamu? Cucu N----"

"Yeayy. Ayah udah pulang." Teriak Farel senang memotong ucapan Munira.

"Farel, ini Ne---"

"Mas! " Sergah Shasha cepat memotong ucapan Gibran.

"Ayah sama Bunda kenapa? " Tanya Farel bingung.

"Gapapa Nak." Jawab Shasha lalu menggendong Farel dan masuk ke dalam rumah meninggalkan Gibran, Bimo, Munira, dan Andra di teras rumah.

"Bunda kok nangis? " Tanya Farel bingung ketika mereka di kamar.

"Gapapa. Bunda cuman kelilipan Nak."

"Bohong." Ucap Farel lalu langsung menghapus air mata Shasha.

"Sayang, kamu kenapa main masuk ke kamar? " Tanya Gibran ketika masuk ke dalam kamarnya.

"Ayah itu siapa sih? Gara-gara mereka datang Bunda jadi nangis. "

"Sha, kamu nangis? Kamu masih gak Terima masalalu kamu? " Shasha pun hanya diam mendengar pertanyaan Gibran.

"Farel ke kamar Farel sendiri dulu ya, Ayah mau ngomong bentar sama Bunda, boleh gak nak? " Tanya Gibran.

"Boleh kok Ayah. Farel juga mau turun mau ambil es krim di kulkas."

"Oke jagoan. " Farel pun langsung keluar dari kamar Shasha dan Gibran.

"Mereka dimana Mas? " Tanya Shasha dengan tatapan kosong.

"Sha, jangan kaya gini, aku takut kamu depresi kaya dulu lagi, seengganya mikirin Farel, dia pasti sedih. Maafin aja mereka. Jahat gak harus di balas dengan kejahatan kan sayang. "

"Maafin? Kamu belain mereka? Yaudah kamu nikahin aja Mama aku gak usah nikah sama aku. "

"Lahh? Bukan gitu, aku cuman gak mau kamu salah langkah dan berdosa. Maafin aja mereka. Kasian mereka, mereka juga udah nyesel."

"Kamu pikir segampang itu Mas? Mereka nyesel karena gak ada uang lagi kamu harusnya paham dong. "

"Di satu sisi mereka gk ada uang itu bener, tapi disisi lain mereka menyesal itu atas kesalahan yang udah mereka buat ke kamu, bukan demi harta mereka nyesal. "

"Kamu selalu belain mereka, bisa gak mihak aku? Kamu suami aku, mereka jahat, mereka gak pantes ada di dekat kita semua."

"Tapi mereka itu keluarga kamu sayang."

"Enggak, keluarga aku cuman kamu, Farel, Mama Sarah, Papa Farid. "

"Ckckc, iya bener, tapi--"

"Aku gak mau denger apa-apa lagi Mas, aku capek. Belain aja trus mereka. Belain! " Potong  cepat. Lalu beranjak dari kasur dan masuk ke kamar Farel.

"Bunda kok disini? Udah selesai bicaranya? " Tanya Farel yang sedang memakan es krim.

"Bunda tidur disini ya Nak. "

"Boleh kok Bunda."

*********

Note!
Di ketik 30 Juni 2020.
Publish 30 Juni 2020.

Next part nya sabar yaw..🙃

Maapin kalah ada typo..

Makasih 🖤

Shasha(end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang